RI – SINGAPURA JAGA NON BLOK YANG MURNI

Presiden: Wajib Timor Timur Dipertahankan

RI – SINGAPURA JAGA NON BLOK YANG MURNI

Indonesia dan Singapura sepakat untuk tetap menjaga garis kemurnian Non Blok seperti sejak didirikan semula. Hal itu merupakan salah satu hasil perundingan empat mata antara Presiden Soeharto dengan Perdana Menteri Lee Kuan Yew Senin malam dan Selasa pagi di Singapura, Menteri Sekretaris Negara Soedharmono menyatakan hari ini.

Presiden Soeharto berada di Singapura sejak Senin siang hingga Selasa pagi, kira-kira 22 jam, untuk mengadakan perundingan dengan P.M.Lee.

Presiden beserta rombongan tiba kembali di Tanah airjam 14.00 WIB, disambut oleh Wakil Presiden Adam Malik, Menhankam Jenderal M.Jusuf, beberapa Menteri serta para pembesar lainnya.

Soedharmono mengatakan, pendapat kedua negara bertetangga itu perlu ditonjolkan karena setelah KTT Non Blok di Havana berakhir, terdapat gagasan untuk mendorong gerakan Non Blok ke aral 1 salah satu kekuatan, sedangkan pendorong gerakan itu adalah ketua sidang KTT Non Blok itu sendiri yang di jabatnya untuk masa tiga tahun.

Dikatakannya, anggota-anggota Non Blok yang sejak semula menginginkan kemumian gerakan perjuangan, termasuk RI dan Singapura, berusaha meningkatkan kewaspadaan agar benar-benar gerakan Non Blok itu mengarah kepada tujuan semula.

Teknis memperjuangkan gerakan Non Blok yang murni itu, kata Soedharmono, dapat dilakukan dengan berbagai forum apakah melalui PBB, forum dialog Utara dan Selatan, dan forum-forum internasional lainnya.

”Rl dan Singapura tidak akan meninggalkan gerakan Non Blok itu, malah justru kedua negara memperjuangkan garis murni Non Blok itu," kata Soedharmono.

Menurut Soedharmono, ketua KTT untuk masa tiga tahun itu adalah Kuba. Tidak perlu diberitahu pun, orang sudah tahu, katanya.

Dia tidak bersedia menjawab ke arah mana Non Blok mau didorong oleh Kuba. Soedharmono mengatakan, "Saudara-saudara ‘kan sudah baca laporan Pak Adam, sudah pula baca di koran-koran."

"Kepada kekuatan Uni Sovyet?" tanya wartawan.

"Kuba itu kan…," kata Soedharmono tanpa menyelesaikan kalimatnya.

Sidang Kabinet

Hasil pertemuan antara Soeharto – Lee akan dibicarakan dalam suatu sidang kabinet bidang politik dan keamanan yang akan berlangsung hari Rabu ini di Bina Graha Jakarta.

Sebelum melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Lee, Selasa siang, Presiden Soeharto telah mengadakan pertemuan ramah tamah dengan masyarakat Indonesia di Singapura di halaman kediaman Dubes RI di sana, Sudjatmiko.

Dalam pidatonya, Presiden Soeharto mengatakan, seluruh warga negara Indonesia yang jumlahnya 140 juta jiwa wajib mempertahankan wilayah Timor Timur yang oleh rakyatnya telah minta bergabung dengan RI.

Kepala Negara menegaskan pula, Pemerintah RI wajib melindungi warga negaranya, baik yang asli maupun bukan termasuk mereka yang berada di Timor Timur.

Pulau Batam

Soedharmono mengatakan, dalam pertemuan empat mata yang berlangsung hari ini antara Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Lee selama 100 menit dibicarakan masalah Pulau Batam.

Dia mengatakan, Indonesia ingin mengembangkan Pulau Batam dan sampai di mana dapat dilakukan kerjasama dengan Singapura guna, mengembangkan pulau Batam itu.

PerdanaMenteri Lee Kuan Yew dalam pertemuannya dengan Presiden Soeharto mengemukakan gagasannya untuk meningkatkan kerjasama dan keikutsertaan Singapura dalam pembangunan serta pengembangan Pulau Batam itu.

Soedharmono mengatakan, Singapura ingin turut melaksanakan pembangunan infrastruktur di Pulau Batam dengan kemungkinan terjaminnya pengembalian modal yang ditanam untuk membangun infrastruktur itu.

Menurut Menteri, jaminan itu antara lain adalah managementnya. Tetapi semua ini baru merupakan gagasan Singapura yang masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam.

Dikatakannya, managemen yang diinginkan oleh Perdana Menteri Lee berada di tangan Singapura.

"Bukan di tangan otorita Batam?" tanya wartawan.

"Ini baru gagasan kemungkinan," kata Soedharmono:

Penelitian yang akan dipelajari oleh Indonesia adalah sampai di mana gagasan itu dapat menguntungkan kedua belah pihak, guna mengembangkan Pulau Batam itu, serta sesuai atau tidak dengan kebijaksanaan peraturan penanam modal.

Soedharmono mengatakan, untuk memecahkan persoalan itu diperlukan suatu pembicaraan lanjutan antara pejabat-pejabat RI dan Singapura.

Perbandingan Luas

Pulau Batam mempunyai 415 kilometer persegi sedangkan Singapura sekitar 500 kilometer persegi, kepala Proyek Batam Sudharsono mengatakan hari ini di Singapura. Besar Pulau Batam dan Singapura hampir sama, katanya menambahkan.

Dia mengatakan, Pulau Batam mempunyai penduduk 16.000 jiwa, dan sekarang tidak mempunyai lagi persoalan dengan Singapura. Penduduk Singapura sekitar 3 juta Jiwa.

Pulau Batam mulai dibangun dalam tahun 1972, tetapi setelah krisis Pertamina dalam tahun 1975 menjadi terhenti, tambahnya. (DTS)

Jakarta, Merdeka

Sumber: MERDEKA (19/09/1997)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 167-169.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.