SABAH INDONESIA SEPAKAT BICARAKAN PENGAWASAN TKI GELAP
Jakarta, Antara
Sabah dan Indonesia sepakat akan mengambil langkah nyata untuk mengawasi dan mencegah arus pencari kerja yang masuk secara gelap ke wilayah Malaysia Timur itu.
“Langkah tersebut akan dibicarakan dan diteliti lebih jauh, karena memerlukan kerja sama dengan Pemda yang menjadi jalur masuk,” kata Menteri Besar Sabah, Joseph Pairin Kitingan, kepada wartawan di Bandara Soekamo-Hatta sebelum meninggalkan Indonesia, Senin petang.
Menurut dia, Menteri Dalam Negeri Rudini telah diberi gambaran secara luas tentang masuknya pencari kerja gelap tersebut dania telah memberikan perhatian pada masalah itu.
“Salah satu langkah yang akan diambil ialah mengadakan kunjungan ke Gubernur Kalimantan Timur,” kata Pairin. Di sana, pihaknya akan menentukan cara serta langkah yang paling baik untuk mengurangi dan mencegah masuknya pencari kerja gelap.
Bertambahnya imigran gelap ke wilayah Sabah, katanya, secara tidak langsung menimbulkan masalah sosial bagi Sabah, karena itu kedua pihak telah mengambil langkah serius antara lain pemutihan bagi sekitar 61.000 tenaga kerja Indonesia (TKI) di Sabah.
Sampai saat ini diperkirakan sekitar 120.000-150.000 TKI bekerja di Sabah, antara lain di sektor pertanian dan perkebunan. Mereka itu tenaga kerja yang masuk dengan dokumen lengkap.
Di bidang tenaga kerja ini, kata Pairin, Presiden Soeharto juga telah memberikan petunjuk agar warga negara Indonesia yang belum mendapat pekerjaan dan masuk secara gelap dapat dipulangkan ke Indonesia.
“Kalau mau bekerja di Sabah, mereka harus disalurkan melalui agen penyalur resmi yang telah ditunjuk di kedua negara,” katanya. Dengan demikian, tenaga kerja dan majikan yang mempekerjakannya mendapat perlindungan sesuai dengan undangĀ undang yang ada. Kepada para majikan di Sabah, ia juga menganjurkan agar majikari dan pengusaha tidak mendatangkan TKI tanpa dokumen resmi.
Di Indonesia, ia juga membicarakan penyediaan sarana perhubungan untuk TKI yang pulang cuti. Ia menyambut baik harapan Presiden Soeharto bagi kemungkinan dibukanya program penerbangan tetap yang dilakukan secara patungan oleh kedua pihak yang khusus melayani jalur Balikpapan-Tawao-Kinibalu. “Dengan adanya jalur tersebut, diharapkan arus wisatawan ke kedua negara dapat lebih meningkat,” kata Pairin.
Penyerapan
Atas pertanyaan “sektor apa saja yang banyak menyerap TKI,” Kitingan menjelaskan, sebagian besar TKI itu bekerja di sektor pertanian dan perkebunan dan beberapa di sektor produksi.
Untuk sementara, menurut Pairin, kebutuhan TKI di sektor perkebunan dan pertanian sudah mencukupi, karena pihaknya juga tetap memberikan perhatian kepada para penganggur di dalam negeri yang memerlukan penanganan.
“Bila jumlah pencari kerja gelap di Sabah tidak banyak, hal itu akan mengurangi masalah pengangguran,” katanya. Dengan demikian pihaknya dapat menentukan adanya lapangan kerja yang bisa diisi oleh calon tenaga kerja yang ada di dalam negeri.
Mengenai besarnya jumlah TKI gelap di Sabah, ia menjelaskan, jumlah itu tidak bisa dihitung secara pasti karena datangnya pun secara gelap, namun jumlah 61.000 yang telah diputihkan itu sudah cukup banyak.
Selain itu, pencari kerja gelap tidak hanya datang dari Indonesia, tetapi juga dari Filipina.
Kitingan berada di Indonesia selama enam hari, ia telah menemui Presiden Soeharto dan mengadakan pembicaraan dengan Menaker Cosmas Batubara, Mendagri Rudini, dan Menhub Azwar Anas. Di bandara itu, Pairin Kitingan dilepas oleh lrjen Depnaker Suharmo Harianto dan Dirjen Binapenta Ismail Sumaryo.
Sumber : ANTARA (03/07/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal.437-439.