“SAFARI” KE LIMA NEGARA PERERAT PERSAHABATAN DAN KERJASAMA

“SAFARI” KE LIMA NEGARA PERERAT PERSAHABATAN DAN KERJASAMA

 

 

Jakarta, Antara

PESAWAT DC-10 Garuda yang membawa Presiden Soeharto dan rornbongan hanya memerlukan dua jam terbang dari Harare, ibukota Zimbabwe, ke Dar Es Salaam, ibukota Republik Persatuan Tanzania di pantai tirnur Afrika.

Kunjungan kenegaraan Presiden yang disertai lbu Tien Soeharto, Menko Ekuin Radius Prawiro, Menlu Ali Alatas dan Menesneg Murdiono ke negeri yang disebut “Jamhuriya Muunganowa Tanzania” itu berlangsung 6-9 Desernber lalu.

Sambutan spontan rakyat Tanzania luar biasa. Mereka berjejal di sepanjang jalan dari bandara sarnpai ke Wisrna Negara di pusat kota untuk rnelihat Presiden Indonesia yang dari negeri jauh di Asia.

Republik ini merupakan gabungan dari Tanganyika yang letaknya di daratan Afrika dan Zanzibar, sebuah pulau kecil di pantai timur benua hitam itu.

Pada abad 19, Zanzibar dikendalikan oleh kesultanan Oman yang memperdagangkan gading gajah dan juga badak di daratan Afrika.

Kemudian Inggeris membentuk protektorat Zanzibar walau tetap mempertahankan Sultan Oman mengendalikan pemerintahan di Zanzibar, sementara Jerman menguasai Tanganyika.

Tahun 1946 Tangayika menjadi “trust territory” PBB di bawah pemerintahan Inggeris. Orang-orang Afrika pada tahun 1950-an di Tanganyika dan Zanzibar menginginkan kemerdekaan.

Yulius Nyrere tahun 1954 membentuk partai Persatuan Nasional Afrika (TANU) di Tanganyika dan tahun 1961 negeri ini merdeka, sementara Zanzibar merdeka dari Inggeris tahun 1963.

Kedua negeri kemudian bergabung menjadi Republik Persatuan Tanzania, April 1964. Yulius Nyrere menjadi Presiden Tanzania dan tahun 1985 diganti oleh Presiden Ali Hasan Mwinyi hingga sekarang.

Luas wilayah Tanzania sekitar 364.886 mil persegi. Di utara berbatasan dengan Kenya,Uganda, di sebelah barat bertetangga dengan Rwanda, Burundi, dan Zaire . Di bagian selatan negeri ini berbatasan dengan Malawi, Zambia dan Mozambique. Di sebelah timur terbentang Samudera Hindia.

Walau mempunyai 120 kelompok etnis, namun Tanzania yang berpenduduk sekitar 26,7juta jiwa mempunyai bahasa nasional, Swabiii. Ibukota DarEs Salam yang berpenduduk hampir dua juta orang disebut pula sebagai “tempat persinggahan yang damai.”

 

Gratis

Pendidikan di negeri inigratis, walau tidak merupakankewajiban .Kebanyakan sekolah-sekolah itu dijalankan oleh pemerintah dan sebagian oleh misi-misi atau yayasan yang mendapat hibah luar negeri.

Karena kurangnya gedung sekolah dan guru, hanya separuh dari jumlah anak usia sekolah yang dapat masuk sekolah dasar.

Sedikit murid yang bisa masuk sekolah menengah atau sekolah kejuruan (dagang). Mereka yang ingin belajar ke perguruan tinggi biasanya masuk Universitas Dar Es Salaam atau ke luar negeri.

Ekonomi Tanzania mengandalkan pada hasil-hasil pertanian seperti kapas, kopi, teh, tembakau, sisal dan cengkeh. Namun perut buminya mengandung tambang intan, emas dan nikel, sepertiga dari pendapatan pertambangannya diperoleh dari intan di Mwadui.

Negeri ini juga mengekspor timah dan mika, pendapatan per kapitanya sekitar 258 dolar tahun 1987. (satu dolar AS sama dengan 230 shiling).

 

Tak Punya Televisi

Tanzania sampai kini belum mempunyai siaran televisi. Rombongan Presiden bermalam di hotel Kilimanjaro, sebuah hotel paling besar di negeri ini namun pada malam harinya tak ada yang bisa di tonton di dalam kamar yang juga tidak memiliki radio.

“Karni tidak punya dana untuk membangun stasiun televisi,” kata seorang pejabat Tanzania pada wartawan.

Dibandingkan dengan Zimbabwe yang sudah memiliki siaran televisi, pembangunan di Tanzania memang lebih tertinggal. Fasilitas hotel ini dimana para menteri Indonesia juga bermalam masih jauh lebih baik dibanding hotel-hotel propinsi di Indonesia.

Hotel berlantai empat ini yang memiliki masih 200 kamar walau mendapat rekomendasi dari badan pariwisata Dunia (WTO) sebagai hotel yang reprentatif di Tanzania, namun air ledengnya kadangkala berwama coklat karena pipanya sudah puluhan tahun tidak diganti.

“Pesawat teleks satu-satunya dihotel itu masih rusak tiga minggu,” ujar resepsionis sambil menambahkan bahwa faksimili juga cuma satu.

Sulitnya mengirim berita ke Indonesia melalui Fax hotel ini tidak hanya dikeluhkan oleh para wartawan tetapi juga oleh beberapa pengusaha asing yang bermalam di hotel itu.

Mendengar kesulitan wartawan mengirim berita ke Indonesia, Mensesneg kemudian mengizinkan para wartawan menggunakan fasilitas Sekneg dan legalah para wartawan itu.

 

Ingin Belajar

Tanzania memang ingin belajar banyak dari Indonesia, khususnya bidang pertanian, keinginan itu terungkap dalam pembicaraan Presiden Ali Hasan Mwinyi dengan Presiden Soeharto di DarEs Salaam.

Sepuluh petani Tanzania dalam waktu dekat akan magang dengan petani Indonesia. Tanzania juga ingin membeli pupuk urea dan mempelajari pembangunan pabrik pupuk urea karena negeri inimempunyai sumber gas alam yang cukup besar.

Mereka juga ingin mempelajari teknologi peningkatan produksi pangan, pengolahan minyak gas bumi dan kelapa sawit serta pemanfaatan batok kelapa.

Mereka juga ingin bekerjasama dalam bidang tekstil karena Tanzania memproduksi 500.000 bal kapas tiap tahun, sementara Indonesia sangat membutuhkan kapas untuk industri dalam negeri.

Selain mengadakan pembicaraan dengan Presiden Tanzania Ali Hasan Mwinyi (66) tahun,Presiden Soeharto juga mengunjungi pulau Zanzibar yang berpenduduk sekitar 600.000 jiwa dan bertemu dengan Presiden Dr. Salwin Amour yang juga adalah Wakil Presiden Tanzania.

Presiden Zanzibar minta Indonesia membantu mengatasi masalah produksi cengkeh yang melimpah ruah di pulau itu yang ketika itu harganya sekitar Rp.200 per kilogram.

Indonesia diharapkan juga dapat membuka usaha patungan bagi pembangunan pabrik rokok kretek di Zanzibar.

“Harapan ini akan dipikir masak-masak,” kata Mensesneg Moerdiono kepada wartawan yang menambahkan bahwa Pres iden Soeharto menyarankan agar Zanzibar bisa membuat minyak cengkeh dan melakukan diversikasi tanaman.

Dalam kunjungan Presiden Soeharto ke Tanzania, negara kunci di Afrika yang padangan dan sikapnya hampir sama dengan Indonesia, telah ditandatangani suatu persetujuan kerjasama ekonomi, teknik , Iptek dan kebudayaan oleh Menlu AIi Alatas dan Menlu Ahmed Hasan Diria.

Persetujuan kerjasama ini merupakan keinginan dari kedua negara untuk meningkatkan hubungan persahabatan dan kerjasama.

 

 

Sumber : ANTARA (07/01/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 42-45.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.