SATU HAL TAK BERUBAH, YAITU KEMANUNGGALAN ABRI – RAKYAT

SATU HAL TAK BERUBAH, YAITU KEMANUNGGALAN ABRI – RAKYAT

 

 

Presiden Lantik 543 Perwira Remaja ABRI:

 

Presiden Soeharto menegaskan, tugas ABRI bukan saja mencegah terjadinya gejolak-gejolak yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, melainkan ABRI juga harus terus-menerus menggairahkan dinamika dan kreativitas masyarakat dalam mencapai tingkat kemandirian di segala bidang menjelang akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 nanti.

Agar dapat melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya maka ABRI perlu terus­menerus mengkonsolidasikan diri dan makin menyempurnakan diri. ABRI perlu terus-menerus memperdalam kemahiran profesionalnya dan memperkukuh jiwa kejuangannya.

Kepala Negara menegaskan ini ketika melantik dan mengambil sumpah 543 perwira ABRI di halaman Istana Merdeka Sabtu pagi. Para perwira remaja yang dilantik itu terdiri dari 254 orang dari TNI-AD, 64 dari TNI-AL, 66 dari TNI-AU dan 150 polisi.

Dikatakan, zaman telah berubah dan akan terus berubah. Proklamasi kemerdekaan dan perang kemerdekaan hanya terjadi sekali dalam sejarah.

ABRI akan segera terdiri dari generasi baru yang sama sekali tidak mengalami perang dan revolusi yang melahirkan dan menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus ’45.

Tantangan yang dihadapi dan jawaban yang diberikan di masa sekarang dan di masa yang akan datang, jelas akan berlainan dengan tantangan dan jawaban yang diberikan oleh ABRI dalam kurun waktu perang dan revolusi dahulu.

Organisasi dan persenjataan ABRI juga telah berkembang dan makin maju dari kurun waktu yang satu ke kurun waktu yang lain.

Namun, kata Presiden Soeharto mengingatkan lebih lanjut, ada satu hal yang sangat mendasar yang tidak bisa berubah dan tidak boleh diubah, karena hal itu merupakan sumber kekuatan ABRI dan menjadi watak ABRI, ialah kemanunggalan ABRI dan rakyat.

“Ini berarti bahwa kemampuan kepemimpinan yang harus dimiliki oleh perwira ABRI, harus ditujukan supaya tugas pertahanan keamanan dan tugas-tugas sosial politiknya dapat dilaksanakan dengan baik dan didukung oleh rakyat,” ujar Kepala Negara.

Doktrin Hankamrata

Dikemukakan, tugas pertahanan keamanan memerlukan dukungan rakyat karena doktrin yang dianut bangsa Indonesia adalah doktrin Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta.

Dalam tugas-tugas pertahanan keamanan, malca peranan ABRI sebagai komponen inti harus tetap bersandar pada dukungan yang aktif dan bertanggung jawab dari seluruh rakyat.

Selanjutnya, menurut presiden, dalam tugas-tugas sosial politik peranan ABRI adalah sebagai stabilisator dan dinamisator, sebagai kekuatan bangsa yang memelihara kesinambungan pembangunan dan kekuatan yang mendorong pembangunan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.

“Hubungan kejiwaan yang sangat erat antara ABRI dan rakyat ini lah yang kita maksudkan sebagai jiwa kejuangan,” kata Kepala Negara.

Dengan kemanunggalan ABRI dan rakyat, maka ABRI dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan mengantarkan serta mengamankan rakyat dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang berkeadilan sosial dalam masyarakat Pancasila.

“Itu berarti bahwa tugas ABRI bukan saja mencegah terjadinya gejolak-gejolak yang dapat menghambat kelancaran pembangunan. ABRI juga harus terus-menerus menggairahkan dinamika masyarakat dan kreativitas masyarakat,” tegas presiden.

Dalam hubungan itu semua, kepada para perwira remaja yang dilantik, Presiden Soeharto berpesan agar sebagai pelaksanaan lapangan harus mampu mewujudkan kemampuan profesional dan jiwa kejuangan sekaligus.

Dalam melaksanakan tugas-tugas nyata dari hari ke hari, para perwira remaja harus dapat menyelesaikan tugasnya dengan kemahiran profesional serta kearifan dan pengabdian sebagai pejuang.

“Citra ABRl di mata masyarakat akan dinilai dari pelaksanaan tugas nyata dari waktu ke waktu. Rakyat telah mempercayai dan menugasi ABRI mengemban tugas-tugas Dwi fungsi. Karena itu, tugas-tugas ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan rasa tanggung jawab yang sebesar-besarnya, sejiwa dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi dan menjadi tradisi ABRI sebagai kekuatan perjuangan bangsa.”

Dalam melaksanakan seluruh tugas itu, kepada para perwira presiden berpesan agar mereka tetap memegang teguh obor api semangat ’45.

Hal ini lebih lebih karena prajurit ABRI Angkatan ’45 akan segera meninggalkan dinas aktifnya secara tuntas beberapa tahun lagi. Lebih dari itu, mereka juga hendaknya harus menghayati Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dengan sepenuh hati.

Dijadikan Tradisi ?

Hadir dalam upacara kemarin Ny Tien Soeharto, Wapres dan Ny Karlinah Umar Wirahadikusumah, Pangab/Pangkopkamtib Jenderal L.B. Moerdani serta para Kepala Staf Angkatan dan Kapolri, para menteri Kabinet Pembangunan, sejumlah duta besar negara sahabat dan para atase militernya serta orang tua dan keluarga para perwira remaja.

Berbeda dengan pelantikan di tempat yang sama tahun lalu, di mana para orang tua dan keluarga diberi kesempatan menyaksikan di luar pagar Istana Merdeka, kali ini mereka dipersilakan mengambil tempat di dalam.

Pelantikan ditandai penyematan tanda pangkat oleh Presiden Soeharto kepada empat lulusan terbaik dari masing-masing angkatan, yaitu Letda Infi Made Agra Sudiantara, Letda Laut (T) Mulyadi, Letda Tek Suwandi Mihardja dan Letda Pol Sigit Sudarmanto.

Selesai upacara pelantikan dan pengambilan sumpah, Presiden dan Ny. Tien Soeharto bertemu muka dengan keempat lulusan terbaik ini bersama orang tua mereka di Istana Merdeka.

Setelah itu, Kepala Negara dan Nyonya disertai Wapres dan Ny . Karlinah Umar Wirahadikusumah beramah tamah dengan para perwira remaja dan keluarga mereka di halaman tengah Istana Merdeka.

Upacara pelantikan di Istana seperti kemarin, bukan untuk yang pertama kalinya. Angkatan pertama Akademi Militer dilantik di Istana Yogyakarta tahun 1948 oleh Presiden Soekarno.

Di Istana Merdeka, Jakarta, sendiri pernah dilakukan pada tahun 1959, 1971 dan 1984. Tetapi sejak dilakukan tahun lalu dan tahun ini, tampaknya pelantikan para perwira remaja untuk masa-masa mendatang, selanjutnya akan dilakukan di Istana Merdeka setiap tahun.

Karena ada pemikiran, para perwira ABRI adalah pengawal bangsa, sedangkan Istana sendiri merupakan simbol dari bangsa atau negara itu sendiri. (RA)

 

 

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (30/09/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 211-214.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.