SEKOLAH STAF DAN KOMANDO DALAM SISTIM PENDIDIKAN ABRI [1]
Oleh: Nugroho Notosusanto
REDAKSI:
Pada dewasa ini perwira-perwira ABRI memainkan peranan jang terkemuka didalam Pemerintah pada chususnja, masjarakat pada umumnja. Dengan demikian, sudahlah masuk akal, apabila dikalangan chalajak ramai timbul perhatian besar kepada pendidikan jang telah diterima oleh para perwira itu, terutama perwira seniornja. Dalam hubungan ini, Lembaga Pendidikan jang sering disebut2 namanja, adalah Sekolah Staf dan Komando, disingkat SESKO.
PENGARANG artikel ini telah lima tahun mengadjar di SESKOAD Bandung dan telah pula mengadjar di SESKOAL, SEKKAU dan LEMHANNAS. Dengan kedudukannja sebagai Lektor – kepala pada Universitas Indonesia, dapat diduga, bahwa ia mempunjai daja-banding jang tjukup untuk menilai lembaga2 pendidikan Hankam/ ABRI jang ada sekarang ini.
Sekarang Staf dan Komando jang pertama di Indonesia dibentuk 18 tahun jang lalu, jakni pada tanggal 25 Mei 1951 didalam lingkungan Angkatan Darat. Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (mula-mula disingkat SSKAD tapi kemudian diganti singkatannja mendjadi SESKOAD) sudah barang tentu mengalami perkembangannja sebagai sesuatu lembaga pendidikan militer hingga mentjapai bentuk dan isinja seperti sekarang ini.
Tjiri-tjiri sebagai sesuatu SESKO jang sesungguhnja baru diperolehnja sedjak tahun 1958, tatkala mulai diselenggarakan apa jang pada waktu itu disebut Kursus C, dan kemudian dinamakan “pendidikan taraf II” jang merupakan tahap berikutnja dalam sistim pendidikan perwira Angkatan Darat sesudah kursus-kursus landjutan perwira (SUSLAPA).
SESKO pada Angkatan – angkatan jang lain lebih muda usianja dibandingkan dengan SESKOAD dan memang pada mulanja, SESKOAD-lah jang didjadikan model bagi SESKO Angkatan-angkatan jang lain. Perwira-perwira jang kemudian aktif didalam pembentukan SESKO pada Angkatan – angkatan lain, kesemuanja pernah disekolahkan di SESKOAD.
Mereka itu adalah Laksamana Muda (dulu Kolonel) Laut O.B. Sjaaf, Komodor (dulu Letnan Kolonel) Udara Saroso Hoerip, Inspektur Djenderal (dulu Komisaris Besar) Polisi Tachja, Inspektur Djenderal (dulu Komisaris Besar) Polisi Mustafa Pang dan Brigadir Djenderal (dulu Komisaris Besar) Polisi Drs. Soehardjo.
Adapun SESKO jang lain adalah SESKOAL (Angkatan Laut) jang dibentuk pada tanggal 26 November 1962, SESKAU (Angkatan Udara) jang dibentuk pada tanggal 16 Desember 1962 dan SESKOAK (Angkatan Kepolisian) jang dibentuk pada tanggal 23 Maret 1965.
Tugas dan Tudjuan
Dikalangan masing2 Angkatan, SESKO mempunjai dua tugas, jakni 1. Tugas pendidikan 2. tugas penelitian dan pengembangan Djadi nampak ada kesedjadjaran dengan tugas universitas atau perguruan tinggi umum hanja sadja ruang lingkup atau scape-nja terbatas di dalam lingkungan ke-ABRI-an.
Adapun jang harus dihasilkan oleh penelitian dan pengembangan itu adalah doktrin2, dimulai tentu sadja dengan doktrin angkatan masing2 chusus, misalnja doktrin2 pada bidang operasi.
Tudjuan daripada pendidikan pada SESKO adalah untuk menjiapkan perwira2 djabatan (professional) guna tugas2 pada staf dan komando tertinggi didalam Angkatan masing2 maupun didalam staf2 gabungan antar-angkatan. Sesuai dengan hal itu, kwalifikasi jang diperoleh oleh para perwira jang telah lulus dari SESKO diberi sebutan “kemampuan staf dan komando”. Perintjiannja tidak sama pada masing2 SESKO pada Angkatan2 Laut, Udara dan Kepolisian dirumuskan setjara summir, sedangkan di Angkatan Darat kwalifikasi itu diuraikan sebagai berikut :
- Komandan Pasukan tempur tingkat brigade keatas;
- Perwira staf umum tingkat Komando Tempur keatas;
- Komandan organisasi/kesatuan teritorial tingkat Komando Ressort Militer (KOREM) ke atas;
- Berkemampuan potensial sebagai :
- Perwira staf gabungan
- Pimpinan/pembina dibidang kekaryaan (fungsi abri sebagai kekuatan sosial politik).
Sebagai bukti akan kwalifikasi itu, kepada jang berhak diberikan suatu lentjana jang disematkan pada dada kanan diatas saku badju. Lentjana itu didalam lingkungan Angkatan Darat disebut “Tanda Kemampuan Staf dan Komando” disingkat TKSK.
Tiga Matjam Kursus dan Para Siswa
Jang diterima pada kursus reguler SESKO jang umumnja berlangsung selama 9 bulan adalah perwira2 djabatan jang telah lulus dari pendidikan landjutan perwira. Menurut kenjataannja perwira2 siswa ini berpangkat Major sampai Letnan Kolonel.
Disamping kursus reguler djika dianggap perlu diselenggarakan pula kursus singkat bagi perwira2 jang dianggap terlalu “tua” untuk masuk SESKO mereka ini biasanja berpangkat Kolonel.
Disamping itu ada kursus singkat chusus bagi para perwira tinggi jang karena keadaan darurat dulu (Perang Kemerdekaan, dls) tidak sempat mengikuti pendidikan reguler. Kursus ini setjara populer disebut “kursus djenderal” seperti jang pada tahun ini dibuka untuk kedua kalinja di SESKOAD. Istilah2 jang dipakai disini adalah istilah2 SESKOAD jang pada SESKO lain namanja agak lain, tetapi maknanja sama.
Kurikulum Pada SESKO-SESKO
Apakah jang dipeladjari oleh para perwira di SESKO-SESKO itu? Inilah pertanjaan jang sering diadjukan oleh chalajak ramai. Setjara populer dapat dikatakan bahwa kurikulum pada SESKO-SESKO terdiri atas dua bagian besar jakni bagian teknis-militer dan bagian “Sosial” atau bagian “Ipoleksosbud”.
Bagian jang teknis-militer karena menjangkut pelbagai hal jang bersifat rahasia atau “terbatas” tidak disampaikan kepada umum. Dan memang kiranja chalajak ramai djustm tidak begitu ingin tahu mengenai kurikulum jang teknis-militer itu. Umum djustm ingin tahu mengenai pengetahuan non-militer apa jang dipeladjari oleh para perwira pada SESKO-SESKO. Hal itu ditanjakan terutama dalam rangka mengenali Dwifungsi ABRI, chususnja fungsi kekaryaan atau fungsi sebagai kekuatan sosial politik.
Dalam hal ini dapat dikonstatasi, bahwa kurikulum dalam “Ipoleksosbud” tidak disusun setjara jang sama pada masing2 SESKO. Konteksnjapun tidak selalu sama. Karena itu sebaiknja disini diadjukan setjara non kurikuler, melainkan secara “tropical”, menurut subjek-subjek jang diberikan. Disinipun, kita terpaksa harus bertumpu kepada keadaan di SESKOAD, dimana bagian Ipoleksosbud, jang paling besar dan jang paling diketahui oleh pengarang.
Di SESKOAD, mata peladjaran-mata peladjaran “Ipoleksosbud” diberikan dalam rangka semester “Masalah-masalah strategi” chususnja dalam rangka persiapan Hankam atau persiapan perang. Perdjanjiannja setjara “conference type”, artinja, para guru mendjadikan pelbagai topik jang sangat relevan bagi praktek persiapan Hankam, jang kemudian dibahas setjara kolektif oleh para siswa. Sambillalu dapat diijatat disini, bahwa untuk semester “Masalah-masalah strategi” ini SESKOAD sering menerima siswa tamu dari pelbagai departemen sipil, seperti Departemen Luar Negeri, Kehakiman, Perguruan tinggi dll.
Para pengajar untuk semester ini sebagaian besar diambil dari kalangan universitas. Sedangkan perdjanjiannja dilakukan di dalam beberapa kelompok.
DJUDUL-DJUDUL “IPOLEKSOSBUD” DIBERIKAN DIDALAM EMPAT
KELOMPOK, JAKNI:
- Kelompok ideologi falsafah mental;
- Kelompok politik (dalam dan luar negeri);
- Kelompok ekonomi;
- Kelompok sosial budaya
UNTUK MEMBERIKAN GAMBARAN, DIBAWAH INI AKAN DISAMPAIKAN BEBERAPA DJUDUL JANG PERNAH DISADJIKAN PADA MASA2 JANG LALU:
- “Panljasila dan sistim nilai-nilai”
- “Pantjasila sebagai ideologi”;
- “Comparative ideology, Pantjasila versus Marxisme”;
- “Pengetrapan Pantjasila dalam hidup sehari2”
MISALNJA PADA BIDANG POLITIK LUAR NEGERI:
- “Indonesia dalam rangka politik dan pertahanan Asia Tenggara”
- “Aspek pertahanan keamanan indonesia dalam rangka politik luar negeri tracee baru”
- “Politik luar negeri dan krisis dalam pimpinan rrt”.
MISALNJA PADA BIDANG SOSIAL BUDAYA:
- “Pembangunan Indonesia: suatu analisa fungsionil”
- “Desa dalam transisi”
- “Masalah menegakkan kewibawaan dalam masjarakat Indonesia: Peranan ABRI”
- “Kebudayaan sebagai unsur jang penting dalam Nation Building”
- “Ketika edukasi dan re-edukasi dalam rangka pembangunan mental”
SESKOAD Sebagai “Braintrust” Nasional
Dalam rangka artikel mengenai SESKO2 ini, pastilah tidak dapat diliwati peristiwa sedjarah, dimana salah satu SESKO kita pernah mendjadi brain-trust nasional jang dimaksudkan adalah SESKOAD dalam periode menegakkan Orde Baru dalam tahun2 1966-1968, tatkala Djenderal Soeharto baru sadja memegang Kepemimpinan Nasional, mula2 sebagai Super Semar, kemudian sebagai Pedjabat Presiden dan kemudian sebagai Presiden.
Peranan jang dramatis daripada SESKOAD dimainkan dalam tahun 1966 dengan diselenggarakannja Seminar Angkatan Darat II didalam kampus SESKOAD dengan mengikutsertakan segenap guru, staf dan siswa SESKOAD pada waktu itu. Seminar Angkatan Darat II itu tidak sadja menghasilkan doktrin perdjuangan TNI AD TRI UBAYA CAKTI versi baru, melainkan djuga menghasilkan konsepsi Stabilisasi Politik dan Stabilisasi Ekonomi, jang kemudian mendjadi Dwidharma Kabinet Ampera.
Melalui Dewan Antar SESKO Menudju SESKO ABRI
Sesuai dengan semangat integrasi dibidang Hankam dan dikalangan ABRI jang antara lain telah menghasilkan Akademi Angkatan Bersendjata Republik Indonesia (AKABRI) sebagai lembaga pembentukan perwira djabatan keempat Angkatan ABRI, sedang pula dirantjang pembentukan daripada SESKO-ABRI. Karena pembentukan SESKO-ABRI itu memerlukan tjukup waktu untuk pematangan kondisinja, maka kini telah dibentuk suatu Dewan Antar Sesko (DAS) dalam lingkungan Departemen Hankam. DAS ini diketahui oleh Laksmana Muda (L) K. Djaelani dan sedang berusaha segiat-giatnya untuk mempertjepat proses integrasi itu. Setelah taraf integrasi tjukup madju, maka akan dibentuk Lembaga Pendidikan Staf Komando Gabungan (LEMDIKSKOGAB) jang achirnja akan mendjelma menjadi SESKO-ABRI.
Demikianlah dengan singkat beberapa informasi umum mengenai SESKO, lembaga pendidikan tertinggi para perwira senior. (DTS)
Sumber: KOMPAS (25/06/1969)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 382-386.