SEKTOR INDUSTRI MEMBUTUHKAN IKLIM USAHA LEBIH KONDUSIF [1]
Semarang, Antara
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Prof . Dr. Soewito menyatakan, alokasi dana untuk sektor industri yang hanya Rp 450 miliar dalam RAPBN 1994/95 tidak menjadi masalah asalkan dibarengi penciptaan iklim berusaha yang lebih kondusif.
Ketika diminta pendapatnya mengenai alokasi dana bagi sektor industri dalam RAPBN 1994/1995 yang disampaikan Presiden Soeharto di depan sidang paripurna DPR-RI, Kamis, ia mengemukakan bahwa alokasi dana untuk sektor industri memang relatip kecil dibanding untuk sektor lainnya.
Akan tetapi hal itu tidak menjadi masalah karena pada dasamya pengembangan industri dilakukan oleh dunia usaha, baik milik negara maupun swasta,” kata mantan dekan Fakultas Ekonomi Undip tersebut. Selain itu, sarana dan prasarana untuk menunjang pengembangan industri sudah banyak tercakup di sektor lain, seperti pada sektor transportasi yang memperoleh alokasi anggaran Rp.3,53 triliun dan sektor pengembangan energi yang juga memperoleh alokasi dana cukup besar.
Menurut dia, yang diperlukan saat ini adalah dorongan pemerintah kepada dunia usaha agar mau menanamkan modalnya untuk mengembangkan industri, karena itu perlu diciptakan berbagai stimulan yang merangsang dunia usaha untuk berinvestasi.
Kecuali perlu diciptakan kepastian berusaha untuk membuat dunia usaha lebih tenang melakukan aktifitasnya ,juga perlu adanya rangsangan dalam bentuk tertentu misalnya tingkat suku bunga yang relatif rendah jauh di bawah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan berusaha.
Ia menilai tingkat suku bunga kredit modal kerja yang hingga September 1993 masih sekitar 19 persen cukup tinggi bagi dunia usaha. Namun suku bunga deposito sebaiknya tidak terlalu merangsang agar tidak menggoda orang untuk lebih senang menyimpan uang di bank daripada dimanfaatkan untuk investasi.
Kesenjangan
Ditanya masalah upaya pengembangan pola industri Indonesia khususnya pada awal Pelita VI, Soewito menyatakan, sebaiknya masalah agro industri memperoleh prioritas utama, karena selama ini kendati sektor industri mempunyai sumbangan cukup besar terhadap pertumbuhan, namun dalam penyerapan tenaga kerja masih relatif kecil.
“Penyerapan tenaga kerja terbesar sekarang ini masih berada di sektor pertanian yang mencapai hampir 50 persen dari jumlah angkatan kerja, sehingga terjadi kesenjangan cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja antara dunia industri dan pertanian, “ujarnya.
Oleh karena itu dia berpendapat, sebaiknya upaya untuk mengembangkan sektor agroindustri memperoleh perhatian lebih besar, sebagai upaya meningkatkan nilai tambah sektor pertanian yang selama ini menjadi tumpuan utama dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Namun, untuk mengembangkan agroindustri diperlukan berbagai rangsangan khusus, karena selama ini investor enggan menjamah sektor ini karena secara obyektif lebih banyak mengandung risiko kegagalan dan kerugian.
“Yang juga tidak kalah penting pada tahun anggaran mendatang adalah upaya meningkatkan mutu produk industri bersamaan semakin ketatnya persaingan terutama di pasaran luar negeri, saat ini persaingan sudah pada mutu produksi bukan harga lagi dan inilah tantangan sektor industri tahun anggran mendatang yang alokasi anggarannya relatip kecil itu,”kata Soewito. (U/SMR-KOl/SMR-004/-001/EUOl/ 6/01/9415:25)
Sumber: ANTARA(06/01/1994)
______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 168-170.