Pada Peringatan Hari Pahlawan & Pelantikan Dewan Pers
SELAMA INI KITA TIDAK GUNAKAN KESEMPATAN SEBAIK-BAIKNJA [1]
Djakarta, Kompas
Pd. Presiden Soeharto dalam upatjara peringatan Hari Pahlawan di Istana Negara Djum’at pagi menjatakan, bahwa tugas dan tanggung djawab kita terhadap pahlawan, terhadap Negara dan Bangsa Indonesia masih sangat berat, tidak hanja karena luas dan kompleknja bidang tugas jang harus kita djeladjahi, tetapi lebih-lebih karena suasana tertib masjarakat dan ketatanegarannja sangat terbengkalai sebagai akibat daripada penjelewengan dan kesalahan2 pengurusnja selama 15 tahun.
Tidak Gunakan Kesempatan
Memang kita mau tidak mau musti harus mengakui, bahwa kita tidak menggunakan kesempatan dan waktu jang ada selama 15 tahun terachir ini dengan sebaik2nja untuk bekerdja dan berdjuang dengan sungguh2 dan djujur mengisi kemerdekaan dengan mengusahakan kesedjahteraan dan kebahagiaan bagi seluruh bangsa.
Selama itu kebanjakan pemimpin-pembina rakjat selalu menitik beratkan pada perdjuangan untuk kepentingan golongan dan mentjari kekuasaan untuk menguasai golongan lainnja dengan djalan dan tjara apapun, sehingga pertentangan diantara bangsa tidak dapat dihindari dan bahkan memuntjak.
Achirnya hampir sadja kita dikuasai oleh aspirasi dan ideologi asing, apabila kita tidak dapat menggagalkan usaha coup jang dilakukan oleh G30S/PKI pada tanggal 1 Oktober 1965, demikian Kepala Negara jg selandjutnja meminta supaja kita menjadari pengalaman pahit selama 15 tahun terachir ini, jang banjak membawa penderitaan pada rakjat.
Tetap Merdeka untuk Tjapai Ampera
Pd Presiden selandjutnja mengharapkan agar sembojan “Merdeka atau mati” ditingkatkan mendjadi Tetap Merdeka untuk mentjapai Ampera”, bukan untuk sloganisme, tetapi benar2 ditanamkan dalam hati sanubari kita masing2 dan diamalkan dalam bidang masing2 sesuai dengan kemampuan masing2 dengan selalu bekerdja keras, semata2 untuk kepentingan rakjat banjak. Sepi ing pamrih rame ing gawe.
Dalam upatjara hari pahlawan ini selain PD Presiden Soeharto telah memberikan bintang2 djasa kepada Djenderal TNI Soedarman dan Djenderal Urip Sumohardjo, masing2 mendapat Bintang RI Kelas I, Prof Moechtar mendapat Bintang Mahaputra tingkat IV, dan lebih dari seratus pradjurit mendapat Bintang Sakti.
Penjematan bintang2 dilakukan di dada Putra Djenderal Soedirman Djanda Urip Sumohardja, djanda Prof Mochtar dan kepada seratus pradjurit itu. Setjara simbolis Bintang Saktinja disematkan di dada empat djanda almarhum.
Kepada para Ibu2 djanda Pahlawan itu, Pak Harto atas nama Pemerintah dan Rakjat Indonesia menjampaikan rasa hormat bangga dan terima kasih atas djasa dan amal bakti para pahlawan.
Pelantikan Dewan Pers
Kepada para Anggota Dewan Pers jang dilantik kepada upatjara jang sama, Kepala Negara mengingatkan bhw Undang-Undang Pokok Pers merupakan hasil dari Orde Baru, karena dengan adanja Undang2 tsb, salah satu sendi kehidupan jang demokratis, jang mendjadi salah satu dasar daripada way of life Bangsa Indonesia ialah mengeluarkan ukuran tulisan telah ditemukan lebih djelas.
Pd. Presiden mengemukakan pula harapannja, agar Dewan Pertimbangan Pers jang bertugas membantu Pemerintah dalam melaksanakan UU Pokok itu dapat bekerdja dengan semangat kepahlawanan, semangat pengabdian kepada seluruh rakjat, bukan untuk pribadi ataupun golongan. (DTS)
Sumber: KOMPAS (11/11/1967)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 872-874.