SELURUH BANGSA INDONESIA BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEMERDEKAAN DAN PEMBANGUNAN TIMOR TIMUR

PRESIDEN: SELURUH BANGSA INDONESIA BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEMERDEKAAN DAN PEMBANGUNAN TIMOR TIMUR

Presiden Soeharto menegaskan, seluruh bangsa Indonesia yang berjumlah 135 juta termasuk mereka yang tinggal di Timor Timur mempunyai kewajiban dan tanggung jawab bersama untuk mempertahankan kemerdekaan Timor Timur dari penjajahan, setelah berintegrasi dengan Republik Indonesia sejak dua tahun yang lalu.

“Seluruh bangsa Indonesia, tanpa kecuali juga mempunyai kewajiban dan tanggungjawab bersama untuk membangun Timor Timur”, demikian kata Kepala Negara di depan 10.000 penduduk Kecamatan Maliana, Kabupaten Bobonaro, Timor Timur, Senin siang.

Dalam amanatnya tanpa naskah, dalam rangka peringatan HUT ke II integrasi Timor Timur itu, Presiden menandaskan bahwa tidak ada kekuatan manapun yang akan menghalangi atau membatalkan tekad rakyat Timor Timur untuk bergabung dengan saudara kandungnya Indonesia dua tahun yang lalu.

Namun, ia mengingatkan bahwa tanggungjawab sebagai bangsa yang merdeka adalah lebih berat daripada bangsa yang terjajah, sebab segala sesuatunya harus ditanggung sendiri oleh bangsa yang bersangkutan.

Dijelaskannya, tujuan kemerdekaan adalah untuk memberikan kehidupan yang lebih baik dalam bidang materiil maupun spirituil. Untuk itu, demikian kata Kepala Negara lebih lanjut, diperlukan pembangunan dan pembangunan berarti kerja berat.

“Sanggupkah saudara2 bekerja berat?”, demikian tanya Presiden yang kemudian mendapat jawaban yang gemuruh dari 10.000 rakyat yang memenuhi sebuah tanah lapang dengan: “Sangguuuuup…….”

Sambutan Kepala Negara yang dibawakan dalam bahasa Indonesia itu diterjemahkan ke dalam bahasa daerah Tetum oleh Bupati Bobonaro Joao dan Silva Tepares dari GubernurTimtim Arnaldo dos Reis Araujo secara bergantian.

Irigasi

Kepala Negara dalam kesempatan itu menyetujui segera dibangunnya sistem irigasi yang mampu mengairi sawah 17.000 hektar di daerah Maliana sesuai dengan rencana Departemen Pekerjaan Umum.

Sistem irigasi itu dianggap penting sebab daerah Maliana yang mempunyai dataran 100.000 ha itu diharapkan akan menjadi lumbung bahan pangan bagi Timor Timur.

Menteri PU Purnomosidi dalam laporannya mengatakan, sistem irigasi yang ada sekarang ini baru mampu mengairi sawah seluas 200 ha pertahun. Sampai tahun 1984 dengan adanya pembangunan sistem irigasi itu, sawah seluas 2.000 ha akan sudah dapat diairi.

Biaya yang diperlukan sampai tahun 1982 diperkirakan akan meliputi Rp. 1,3 milyar, sedangkan jika proyek itu selesai seluruhnya mampu mengairi 17.000 ha, pada tahun 1985 nanti diperlukan biaya sekitar Rp 7,5 milyar.

Proyek irigasi itu akan meliputi pembangunan empat bendungan, yakni bendungan Balibo untuk daerah Maliana I, Bendungan Malibaha untuk daerah Maliana II dan Bendungan I dan II untuk daerah Maliana III.

Kepala Dinas Pertanian Prop. Timtim, Femao Verdial, dalam laporannya mengatakan bahwa Kabupaten Bobonaro yang berpenduduk 78.000 jiwa menghasilkan 23.613 ton equivalent beras, sedangkan keperluannya hanya 11.259 ton equivalent beras, jg berarti bahwa Bobonaro setiap tahunnya mengalami surplus produksi sebesar 9.353 ton equivalent beras.

Keperluan bahan pangan Timor Timur pada awal Pelita III, jika jumlahnya tetap 600.000 jiwa seperti sebelum integrasi, adalah 89.950 ton equivalent beras.

Kader Pertanian dan Bibit

Kepala Negara setelah mendap’at laporan tentang prospek daerah Maliana, menekankan perlunya pengiriman pemuda-2 Timor Timur ke Jawa untuk di didik sebagai kader pertanian

“Kalau perlu saya akan mengirim petani2 teladan dari Jawake Timor Timur”, katanya.

Ia menjelaskan kepada rakyat yang tetap berdiri tegak dengan pakaian adatnya yang warna-warni di bawah terik matahari itu, bahwa cara bertani rakyat Timor Timur perlu ditingkatkan dengan penggunaan alat2 modern, pupuk, pestisida dsb.

Sebelum memberikan sambutannya itu, Kepala Negara menyerahkan secara simbolis bibit padi unggul, palawija, cengkeh dan alat2 pertanian kepada rakyat Maliana yang diterima oleh Bupati Bobonaro.

Presiden dan rombongan pergi ke Maliana dengan menggunakan tiga buah helikopter, dari Dili yang memakan waktu sekitar 25 menit. (DTS)

Dili, Antara

Sumber: ANTARA (18/07/1978)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 690-692.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.