SEMANGAT UNTUK BEBAS TIDAK TERGANTUNG PADA SEORANG PEMIMPIN

Djenderal Soeharto:

SEMANGAT UNTUK BEBAS TIDAK TERGANTUNG PADA SEORANG PEMIMPIN

Djen. Sudirman Rela Hidup Melarat Asal Bersama Rakjat & Anak2nja [1]

 

Djakarta, Angkatan Bersenjata

KETUA Presidium Kabinet Ampera Djenderal Soeharto, dalam sambutannja pada apel Kebulatan Tekad 1 Maret 1967, untuk memperingati Serangan Umum 1 Maret 1949 di Jogjakarta, menegaskan, bahwa kita dapat mengambil kesimpulan dari apa jang terdjadi waktu itu, bahwa sesungguhnja semangat untuk bebas, semangat rakjat dan TNI untuk mempertahankan negara tidak digantungkan kepada seorang kepada pribadi seorang pemimpin, tetapi benar2 disadari dan digerakkan oleh tjita2 sutji jang ada dibenak hati mereka masing2.

Djenderal Soeharto jang pada Serangan umum 1 maret 1949 memegang Komando Be X dan memimpin serangan umum itu, mengemukakan selandjutnja, bahwa tjontoh semangat jang demikian itu dgn djelas telah dibuktikan oleh almarhum Panglima Besar Sudirman jang meskipun keadaan fisik telah sedemikian menjedihkan dan ia mengetahui bahwa alasannja menjerah tanpa sjarat kepada musuh, namun semangat dan tjara2nja tidak patah dan gojah. Almarhum memilih rumput untuk tidur dari kasur, memilih ketela dari pada roti asal dapat berdjoang dan hidup bebas bersama2 dengan anak2 buah serta rakjatnja.

Menurut Pak Harto, serangan itu bukan merupakan satu kedjadian jang terdiri sendiri tetapi merupakan pentjetusan kebulatan tekad seluruh rakjat Indonesia umumnja dan rakjat Jogja chususnja jaitu kebulatan tekad untuk mempertahankan kemerdekaan dan melandjutkan perdjuangan dengan tidak menggabungkan dari pada seseorang pemimpin atau perorangan.

Semangat Dan Amal Rakjat Dikabarkan

Setelah menjinggung2 soal Serangan Umum 1 Maret 1949 jang merupakan keuntungan dari bidang politik militer dan strategis, Djenderal Soeharto menjatakan bahwa semangat dan amal rakjat setelah revolusi fisik selesai, mulai dikabarkan dan disisihkan. Disatu pihak mereka jang kebetulan mendapat kepertjajaan rakjat untuk mendjadi pemimpin, jaitu tergesa2 berebut ingin segera mengenjam kenikmatan alam kemerdekaan negaranja untuk diri mereka sendiri, mereka lalu mendjadi tamak dan rakus untuk mengedjar kehidupan duniawi, sehingga lupa akan pantangan Tuhan, lupa mentjari keridhoan-Nja. Dilain pihak sebagian ketjil dan rakjat jang demi untuk kepentingan pribadinja telah mengartikan semangat djuangnja jang murni itu kesemangat mengkulutuskan individu, menggantungkan tjita2nja kepada pribadi perseorangan, sehingga sebagian benar2 djatuh keketidakdewasaan politik. Achirnja menjelewengkan dari semua jg baik menjeleweng dari dasar falsafah negara kita sendiri, jaitu Pantjasila, sehingga sebagian rakjat kita sampai kena tertipu oleh ideologi asing sekedar hanja mengangung2kan materi dan mengingkari Tuhan Jang Maha Kuasa. Pentjipta seru sekalian alam. Kata Pak Harto Alhamdulillah, dengan pertolongan Tuhan djuga kebobrokan sematjam itu tahap demi tahap mulai hilang berkat perdjuangan Orde Baru jang setjara spontan bila mungkin bila muntjul ditengah2 kekuasaan politik, ekonomi dan kemerosotan akhlak.

Djenderal Soeharto dengan kerendahan hatinja mengemukakan tetap merasa takut menjebutkan nama2 mereka yang berdjasa pada waktu itu masih hidup ditengah2 kita. Karena bagaimanapun djuga manusia itu tetap manusia jg dapat chilap dan keliru.

Mungkin diantara mereka jang berdjasa itu besok pagi atau lusa terpaksa harus tertjoret namanja dari daftar mereka jang berdjasa.

Achirnja kepada mereka jg telah mendahului kita semua, Djenderal Soeharto mendoakan semoga mendapat tempat mulia disisi Tuhan, dan bagi mereka jang masih hidup, hendaknja dapat selalu mengambil suri tauladan dari apa jang sudah mereka amanatkan dan disertai do’a mudah2an Tuhan berkenan selalu menempatkan kita dalam golongan mereka jang selalu mendapatkan rachmat serta petundjuknja, demikian al. sambutan dari Ketua Presidium Kabinet Ampera Djenderal Soeharto. (DTS)

Sumber: ANGKATAN BERSENDJATA (03/03/1967)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 461-463.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.