SIAPKAN GENERASI PENERUS SEBAIK-BAIKNYA

SIAPKAN GENERASI PENERUS SEBAIK-BAIKNYA[1]

 

Jakarta, Suara Karya

Presiden Soeharto mengatakan, generasi tua berkewajiban untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa dengan sebaik-baiknya. Tugas mereka adalah mendidik dan mengayomi serta mewariskan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.

Kepala Negara mengatakan, jangan sampai tunas-tunas bangsa dibiarkan menghabiskan waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Apalagi jika kegiatan-kegiatan itu mengarah kepada tindakan-tindakan negatif yang dapat menimbulkan ketidaktenteraman dalam kehidupan masyarakat.

“Tindakan-tindakan negatif seperti itu bukan saja merugikan generasi muda yang terlibat, tetapi juga merugikan masyarakat dan bangsa kita secara keseluruhan.” kata Presiden saat membuka Rakemas Gerakan Pramuka 1995 di Istana Negara, Jakarta, Senin.

Rakemas diikuti 240 peserta dari seluruh Indonesia dan berlangsung 4 hari di kompleks Lembaga Pusat Pendidikan Kader Pramuka, Cibubur. Hadir pada pembukaan Ibu Tien Soeharto, Wapres dan Ny. Tuti Sutrisno serta para menteri yang semuanya mengenakan seragam Pramuka.

Menurut Presiden yang juga Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka, generasi muda, terutama yang masih remaja, secara psikologis dan sosial berada dalam situasi yang peka dan kritis. Mereka peka terhadap perubahan dan mudah terpengaruh oleh berbagai perkembangan di sekitarnya. Padahal mereka adalah andalan dan harapan masa depan bangsa. Karena itulah, kewajiban dari generasi yang lebih tua untuk membina dan memberi arah yang baik bagi perkembangan para remaja.

Generasi masa depan harus mewarisi nilai-nilai dan semangat yang telah dicontohkan oleh generasi pendahulu. Semangat itu adalah kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dijiwai oleh semangat pengabdian, kegotongroyongan dan keikhlasan dalam berbuat dan beramal. Mereka diharapkan mampu  berbuat lebih baik dari generasi pendahulu dalam mengisi kemerdekaan. Untuk itu mereka perlu dididik dan diajarkan agar mampu menjadi kader-kader bangsa yang berjiwa Pancasila, berdisiplin, peka, mandiri, memiliki idealisme dan semangat kerja yang tinggi.

Kehilangan

Generasi muda kata Presiden, tumbuh dan berkembang dalam alam yang lebih terbuka dan dinamis. Saling mempengaruhi antarbudaya dan peradaban berjalan makin intensif. Dalam situasi demikian, bangsa ini  tidak mungkin menutup diri terhadap perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam pergaulan masyarakat internasional. Sebaliknya, tunas-tunas bangsa juga tidak boleh dibiarkan tumbuh dan berkembang di bawah pengaruh budaya dan peradaban asing sehingga mereka kehilangan jati diri sebagai bangsa.

Langkah yang perlu ditempuh, mereka harus berpegang teguh kepada nilai-nilai luhur kepribadian bangsa. Sebab, bangsa yang kuat adalah bangsa yang dibangun dsngan nilai-nilai budaya dankepribadian bangsa itu sendiri.

Bosan

Gerakan Pramuka, ujarnya, turut memikul tanggungjawab melahirkan generasi masa depan yang berkualitas. Kegiatannya karena itu haruslah diperluas sampai ke pelosok-pelosok Tanah Air. Organisasinya harus lebih efisien dan efektif

Agar menarik minat tunas-tunas bangsa untuk terlibat secara aktif, Pramuka harus mampu melakukan pembaruan program kegiatannya. Kegiatan rutin perlu diperluas dan ditingkatkan kualitasnya, guna mencegah anak-anak merasa bosan dan jemu mengikuti kegiatan-kegiatan yang kurang beraneka ragam.

Para pengelola Gerakan Pramuka harus pula pandai-pandai membaca tanda­ tanda zaman dan membaca arah perkembangannya. Karena itu perencanaan program kegiatan Pramuka memerlukan pengkajian yang lebih mendalam dan seksama. Penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan agar dilaksanakan secara terus menerus.

“Saya yakin para pengelola Gerakan Pramuka akan mampu menentukan langkah-langkah yang sesuai untuk meningkatkan kualitas kegiatan Gerakan Pramuka.” kata Presiden.

Sumber : SUARA KARYA (28/03/1995)

_________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 722-724.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.