SIDAK PERLU BAGI PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN TERTIB
PRESIDEN SOEHARTO :
Presiden Soeharto memandang perlu dilakukan suatu inspeksi mendadak (Sidak) oleh seorang menteri atau pejabat tinggi lainnya kepada bawahannya. Karena hal itu merupakan bagian dari suatu sistem pengawasan menuju pembinaan adrninistrasi dan manajemen yang tertib.
Kepala Negara mengemukakan hal itu hari Selasa setelah menerima laporan Menteri Kehakiman Ismail Saleh SH mengenai sidaknya ke Sidoarjo, Surabaya, Semarang dan Yogyakarta baru-baru ini.
“Sebetulnya sudah lama Presiden Soeharto menggariskan hal ini. Bahkan Presiden sendiri pernah melakukan Sidak, demikian juga Wapres dan beberapa menteri lain,” kata Menkeh.
Selain sebagai suatu perekayasaan terhadap lembaga dan manajemen, menurut Ismail Saleh SH. Sidak terutama pula sebagai suatu perekayasaan mental.
“Jadi tidak hanya mengenjinering tata lakunya dan tata kerjanya, tetapi juga tata pikirannya.
Di samping perlu dilakukan Sidak, Presiden Soeharto juga menekankan agar setiap temuan yang diperoleh di lapangan supaya dilanjutkan sampai suatu penyelesaian tuntas.
Bukan popularitas
Karena Sidak merupakan bagian dari sistem pengawasan maka menurut Ismail Saleh SH, inspeksi mendadaknya ke empat daerah di Jawa bukan merupakan tindakan mencari popularitas. Tetapi untuk mendapatkan data keadaan sebetulnya di lapangan.
Dengan demikian ia dapat menggariskan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam rangka penertiban administrasi, khususnya di lingkungan Departemen Kehakiman.
“Kalau datang secara mendadak kita akan menemukan “raut wajah” yang sebenarnya. Dari pada kalau sudah diberitahu dua minggu sebelumnya, biasanya sudah diberi lipstik dan sebagainya tapi sesudahnya, hilang lagi.”
Karena itu, menurut Menkeh, Presiden Soeharto bahkan menekankan agar kalau mungkin Sidak dilakukan juga oleh atasan langsung kepada bawahan di bawahnya dalam sistem pengawasan intern.
Sidak merupakan bagian dari suatu sistem pengawasan maka menurut Ismail Saleh, Sidak yang ia lakukan jelas ada konsepsinya dan ada tindak lanjutnya, jadi bukan pendadakan-pendadakan yang acak-acakan.
Bahwa hasil Sidak diumumkan di surat kabar menurut Menkeh, juga besar sekali manfaatnya, sebab pasti dibaca orang dan dengan demikian membuat yang lain yang belum didatangi mengadakan persiapan dan pembenahan diri.
“Kalau saya keluarkan instruksi, mungkin dua atau tiga minggu baru sampai. Kalau sampai pun belum tentu dibaca, apalagi dilaksanakan,” tambahnya.
Akan datangi lagi
Daerah yang pernah di Sidaknya menurut Menkeh, kemungkinan di kemudian hari akan didatanginya lagi untuk melihat, apakah instruksi yang diberikan sudah dijalankan atau belum.
Kalau sudah baik, akan dapat dijadikan contoh bagi yang lain dan ini pun penting sebab teladan akan lebih efektif dari pada seribu instruksi.
“Tapi saya juga tidak akan terus menerus mengadakan Sidak, nanti tidak mendadak lagi,” tambahnya.
Dikatakan, selain sebagai upaya penertiban, Sidak juga merupakan upaya pencegahan. “Ada yang berterima kasih sekali karena dengan kedatangan saya mereka merasa seakan-akan dibangunkan,” kata Menkeh. (RA)
…
Jakarta, Kompas
Sumber : KOMPAS (22/08/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 616-617.