SJAICHU PUNJA BUKTI2, ORANG2 NU AKAN DI “BULELENGKAN”[1]
Djakarta, Sinar Harapan
Ketua II Pengurus Besar NU, HA Sjaichu menjatakan bahwa perombakan struktur politik di Indonesia dengan system 2 partai bukanlah merupakan satu2nja djalan jang bisa mendjamin kestabilan politik di Indonesia. Tetapi dikatakan bahwa semua politisi pada umumnja menghendaki keadaan lebih baik.
Hal ini dinjatakan Sjaichu atas nama PB NU dalam pertemuannja dengan pers Sabtu siang.
Mengenai struktur politik lebih djauh dikatakan bahwa NU tidak keberatan diadakan pentjiutan djumlah partai2 di Indonesia, asalkan melalui tjara jang demokratis dan dari bawah.
Tentang partai2 politik, Sjaichu tidak sependapat bahwa parpol2 dikatakan telah gagal, tetapi tidak diingkari adanja kesalahan2.
Dikatakan oleh Sjaichu bahwa tidak benar partai2 sekarang hanja berdasarkan ideologi sadja. Sebagai misal partai NU adalah partai jang melaksanakan adjaran2 Agama Islam, dan dalam mendjalankannja dipakai program.
Di Bulelengkan
Dalam pertemuan jang didampingi oleh Sekdjen Jusuf Hasjim dan pimpinan PB NU jang ia tahu atas pertanjaan, menjatakan bahwa NU tidak takut kalah dalam pemilihan Umum. “Jang kita takutkan adalah gontok2an, kita takut persatuan Nasional akan rontok karena hal ini akan merusakan mission Pak Harto, Pelita, menjatuhkan nama baik Indonesia diluar negeri dan selandjutnja akan mengadakan nama baiknja Gestapu”, demikian Sjaichu.
Ditanja daerah2 NU mana jang di-Bulelengkan, ‘Sjaichu berkata : “Saja punja bukti2 bahwa orang2 NU akan di Bulelengkan tetapi NU sudah tau untuk menghadapinja.”
Setjara terperintji Sjaichu mendjelaskan tempat dimana anggota2nja mendapatkan tekanan untuk memasuki Golkar al. di Tjimahi Indramaju, Lebak; Lumadjang; Tuban, Lampung, Teluk Betung, Kalimantan dllnja.
Selandjutnja dinjatakan bahwa tindakan2 kekerasan terutama dari penguasa2 sehingga telah dilaporkan kepada jang berwadjib.
Sementara itu Sekdjen PBNU menambahkan bahwa NU telah mengadakan inventarisasi tentang intimidasi kepada partainja dan diperitji mendjadi 5 matjam, jaitu tidak didjamin keselamatannja, akan dihantjurkan kekajaannja, kalau petani tidak diberi air irigasi kalau mendjual tanahnja tidak diberi surat2nja dan terachir adalah tindakan phisik, penangkapan dan pemukulan2.
Ketjuali dinjatakan pula adanja instruksi2 dari Dirut2 PN untuk tidak memberi atau mentjabut fasilitas2 kepada ormas2 buruh jang ada pada PN-nja jaitu a.l PN Pertamina, PN Pelni dllnja.
Berkata Jusuf Hasjim: “Kita tidak anti Pemerintah karena Golkar bukan Pemerintah, dan saja mensinjalir sekarang ada usaha2 jang mentjampur-baurkan antara Golkar dan Pemerintah”.
Kampanje & Mesdjid
Selandjutnja atas pertanjaan Sjaichu mengatakan bahwa agama Islam tidak memisahkan antara agama dan Negara, tetapi tidak berarti bahwa NU akan sewenang2 dalam mendjalankan kampanjenja dimesdjid2.
Sehubungan dengan “Djakarta Charter” Sjaichu mengakui bahwa hal itu baginja telah “settled”, hanja tinggal pelaksanaannja tanpa paksaan. Dikatakan bahwa NU tidak pernah mentjita2kan “Negara Islam”, jg. kita kehendaki adalah Negara “Pantjasila dimana adjaran Islam dapat dilaksanakan”, demikian Sjaichu. (DTS)
Sumber: SINAR HARAPAN (05/04/1971)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 691-692.