SOEHARTO “BAPAK PEMBANGUNAN NASIONAL”

SOEHARTO "BAPAK PEMBANGUNAN NASIONAL”

Menteri Penerangan telah mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah di Jawa Timur bersama para artis yang baru saja selesai menghadiri FFI ’81. Di mana­ mana rombongan itu disambut meriah oleh rakyat.

Tujuan kunjungan itu selain berusaha untuk memanunggalkan artis dengan rakyat agar rakyat merasakan film nasional sebagai miliknya sendiri, dimanfaatkan pula oleh Menteri Penerangan untuk melihat perkembangan daerah dan berdialog dengan rakyat buat mendengar keinginan mereka.

Kesempatan ini digunakan masyarakat Jawa Timur dengan sebaik-baiknya. Mereka mengemukakan perasaan hatinya dengan tulisan (spanduk) dan lisan. Dengan cara itu pula rakyat mengemukakan penilaian dan harapannya tentang Presiden.

Wartawan kita yang meliput kunjungan kerja Menteri Penerangan itu memberitakan bahwa di mana-mana terpancang papan-papan pengumuman yang memvisualkan hasil-hasil pembangunan serta lukisan wajah Presiden Soeharto sebagai "Bapak Pembangunan Nasional".

Di beberapa tempat seperti Surabaya, Gresik, Sidoardjo dan Madura masyarakat juga menitipkan pesan kepada Menteri Penerangan untuk diteruskan kepada lembaga tertinggi negara. Dalam pesan itu diusulkan supaya Presiden Soeharto diakui sebagai "Bapak Pembangunan Nasional" dan agar ia diangkat kembali sebagai Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan 1983-

Usul serupa itu tentu dikemukakan setelah memikirkan dan mempertimbangkannya masak-masak, dan setelah melihat dan merasakan kesungguhan Pemerintah dalam melaksanakan GBHN untuk menciptakan masyarakat yang maju, sejahtera, berkeadilan sosial berdasar Pancasila sebagai yang termaktub dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945.

Pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 telah mulai kentara dan terasa hasilnya dan perlu diteruskan secara bersinambung Pelita demi Pelita, agar kian dekat juga kita kepada tujuan kemerdekaan. Berhasilnya diciptakan stabilitas di bidang keamanan, politik, dan ekonomi tentu akan memperlancar usaha itu.

Pembangunan ekonomi selaku bidang terpenting dan menentukan telah membuahkan hasil-hasil yang memperbaiki kesejahteraan rakyat dan diakui oleh dunia.

Di antara beberapa manifestasinya adalah sukses dalam mengendalikan inflasi dan memperkuat kepercayaan rakyat kepada rupiah, lonjakan produksi beras, kemajuan dalam pembangunan industri, pertambangan, perhubungan/telekomunikasi, perdagangan luar negeri yang menyebabkan tercapainya surplus neraca pembayaran yang belum pemah dialami dimasa lampau.

Kita kini memang sudah terbiasa dengan perbaikan-perbaikan yang dihasilkan oleh pembangunan dan mengganggapnya lumrah (take in for granted).

Perbedaan baru kentara kalau kita mengingat kembali masa antrian panjang untuk membeli kebutuhan-kebutuhan pokok di zaman Orla. Walaupun ada golongan di masyarakat kita yang tidak menginginkan diutik-utiknya lagi keadaan di masa silam itu, namun kemajuan-kemajuan yang dicapai sekarang memerlukan pengenangan kembali ke masa lampau yang tidak menguntungkan itu selaku perbandingan.

Masa itu bukannya tidak ada rencana pembangunan. Kalau rencana tidak kurang sama sekali. Waktu itu sudah ada rencana pembangunan semesta delapan tahun. Cuma saja tidak pernah lepas landas akibat kelemahan-kelemahan stukturil dan personil. Akibatnya berat sekali bagi rakyat banyak. Nasib mereka bukannya membaik, bahkan tambah kepepet dan sengsara.

Kelemahan-kelemahan itulah yang diperbaiki di masa Orba dengan rehabilitasi, restrukturisasi dan refungsionalisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan. Dan hasilnya positif, memungkinkan dimulainya Pelita Itahun 1969.

Hasil-hasil yang dicapai Pelita I diteruskan dan disempurnakan dalam Pelita II, sedang pada gilirannya hasil-hasil Pelita 21 dijadikan pula landasan untuk perbaikan dan kesempurnaan pelaksanaan Pelita III sekarang, dan begitu seterusnya.

Menurut penilaian rakyat sukses pembangunan yang tercapai itu tidak terpisahkan dari tokoh Presiden Soeharto, si anak desa yang berjiwa dan kerakyatan, demokratis, koordinator dan motivator yang cakap dan amat menggandrungkan diterapkannya cara-cara kekeluargaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari termasuk bidang politik dan ekonomi. Kalau bukan Pak Harto yangjadi Presiden nanti dikhawatirkan hasil­ hasil yang dicapai tidak ada kesinambungannya dalam Pelita berikut dan kemungkinan malah mundur.

Karena itulah rakyat Jatim menitipkan dua pesan di atas kepada Menteri Penerangan untuk diteruskan kepada lembaga tertinggi negara. Agaknya mayoritas rakyat di daerah lainjuga sependapat dengan rakyat Jatim itu. Walaupun ada pepatah asing yang mengatakan bahwa

”Barang yang sudah baik tidak memerlukan pujian lagi”.

Namun kiranya penghargaan juga perlu diberikan kepada setiap orang yang berjasa. (DTS)

Surabaya, Merdeka

Sumber: MERDEKA (04/12/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 301-303.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.