SOEHARTO-CHUN DOO HWAN, DUA JAM BICARA EMPAT MATA, RI MENDUKUNG PENYATUAN KORSEL & KORUT

SOEHARTO-CHUN DOO HWAN, DUA JAM BICARA EMPAT MATA, RI MENDUKUNG PENYATUAN KORSEL & KORUT

Indonesia senantiasa mendukung usaha penyatuan Korea, Menteri Sekretaris Negara mengatakan. Jurnat pagi, seusai pembicaraan resmi antara Presiden Soeharto dan Presiden Republik Korea Chun Doo Hwan di Istana Negara.

Dalam temu muka yang berlangsung dua jam lebih, Presiden Korea Selatan juga menjelaskan usaha penyatuan kedua Korea sekaligus mengharapkan kesediaan Indonesia untuk memberikan bantuan bagi terwujudnya usaha tersebut.

Apakah Indonesia bersedia berperan dalam proses penyatuan Korea, Soedharmono mengatakan, "Kalau kedua pihak setuju, kita bisa bantu, misalnya mengirim surat". Dikatakan, dalam memberi bantuan Indonesia harus lebih dulu meminta apa yang bisa dilakukan bagi kedua Korea, karena Indonesia tidak dapat hanya mendukung salah satu saja "Indonesia ingin melihat Korea betul-betul bersatu dan akan memberikan bantuan sejauh kita mampu," ujarnya

Menurut Soedharmono, usaha penyatuan itu bisa terlaksana, tergantung dari mereka sendiri.

Pembicaraan empat mata antara Presiden Soeharto dan Presiden Chun Doo Hwan berlangsung di ruang Istana Merdeka, sedangkan Menteri-Menteri Ekonomi yang dipimpin Menteri Ekuin Widjojo Nitisastro mengadakan pembicaraan terpisah deogan Menteri Ekonomi Korea Shui Byong Hyan. Pada kesempatan itu hadir pula Menteri Radius Prawiro, Soehoed, Poernomosidi Hadjisarosa. Rusmin Nurjadin, Ketua BKPM dan Dirut Pertamina

Pembicaraan bidang politik berlangsung pula antara Menlu Mochtar Kusumaatmadja dan rekannya Lho Shinyong Yang disertai Duta Besar masing-masing.

Menteri Sekretaris Negara menggambarkan, pembicaraan kedua Presiden berlangsung terus terang dan penuh persahabatan. Masalah yang dibahas menyangkut kepentingan bilateral dan internasional.

Pada bagian lain dari keterangannya Soedharmono mengatakan, soal minyak tidak dibicarakan secara detail, tapi apa yang sudah disediakan tetap diusahakan untuk dilanjutkan.

”Tambahan pengiriman minyak juga belum dibicarakan," katanya

Dikatakan, kerjasama eksplorasi antara perusahaan Kodeco dari Korea dengan Pertamina akan tetap dilanjutkan, yaitu dilepas Pantai Madura.

Terhadap permintaan pengiriman gas alam cair (LNG) dari Indonesia, menurut Soedharmono, belum juga dibicarakan. Tapi, menurut dia, Republik Korea membutuhkan sejumlah 1,5 juta Miliar pertahun.

Namun, Soedhannono mengemukakan bahwa di Arun terdapat enam ladang, tiga lainnya sudah dieksploitasi untuk diekspor ke Jepang, tiga lainnya direncanakan diekspor ke Amerika, tapi masih tertunda sehingga akhirnya dua ladang itu disediakan untuk Jepang pula.

Sisa satu ladang lagi bisa diperuntukkan bagi Korea," ujarnya

Chun Soal ASEAN

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) punya peranan penting dalam memajukan perdamaian, kemakmuran dan stabilitas regional, Presiden Korea Selatan Chun Doo Hwan mengatakan kepada wartawan dalam acara jumpa pers di Wisma Negara, Jumat petang. Dikatakan, ASEAN bukan saja sebagai stabilisator di kawasan Asia Tenggara, tapi bahkan lebih dari itu juga di kawasan Asia Pasifik dan dunia secara keseluruhan.

Presiden Korea Selatan itu yakin, ASEAN akan memainkan peranan penting untuk memajukan kerjasama yang lebih luas Iagi di kawasan Asia Pasifik. Untuk itu, dia berharap ASEAN berperan dalam membangun suatu kerangka kerjasama multilaleral.

Selanjutnya Presiden Chun Doo Hwan mengemukakan bahwa konflik di Kamboja, Pemerintahnya memberikan dukungan penuh lerhadap resolusi yang diambiI oleh Konferensi Menlu Menlu ASEAN belum lama ini di Manila

Presiden Chun Doo Hwan setuju agar masalah Kamboja itu diselesaikan melalui jalan damai dan bukan melalui kekerasan berdasarkan piagam PBB.

Menjawab pertanyaan mengenai usaha penyatuan Korea yang disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri Korea Utara (RORK) Kuc Ung Tae kepada Presiden Soeharto beberapa waktu laIu, dikatakannya, Jumat pagi dia telah mengadakan tukar pikiran yang bermanfaal sekali mengenai posisi Republik of Korea (ROK) masalah penyaman dua Korea itu.

Menurutnya, dia telah menerima dukungan penuh dari Presiden Soeharto terhadap usaha penyatuan kedua Korea Ditambahkan oleh Presiden Chun Doo Hwan bahwa dia dalam waktu yang belum lama ini yakni tanggal 12 Januari dan tanggal 5 Juni Ialu telah menyampaikan undangan untuk tatap muka dengan Presiden Kim llI Sung guna membicarakan masalah reunifikasi dua Korea tersebut

"Saya telah mengundang Presiden Kim Ill Sung untuk berkunjung ke Seoul dan sebaliknya saya sendiri bersedia untuk datang ke Pyong Yang jika saya diundang oleh Presiden Kim Ill Sung," katanya.

Dikatakan. pada kenyataannya usul yang diajukan itu berIatar belakang antara lain di bagian utara Semenanjung Korea adaIah merupakan suatu wilayah yang banyak mengandung sumber keuangan.

Pihak Korea Utara, pada bulan Juni tahun 1950, menurut dia, telah menyatakan perang pada Korea Selatan dan bahkan hingga kini kebijaksanaan strategis Pyong Yang masih telap menginginkan penyatuan seluruh Korea melalui kekerasan alau peperangan.

Dikatakan, sampai saat ini antara Utara dan Selatan tertutup satu sama lain. Presiden Kim Ill Sung, menurut Chun Doo Hwan, telah menanggapi dengan keliru usaha internasional penyatuan dua Korea. Dengan demikian, suatu tindakan Korea Utara yang kelirn itu akan dapat membahayakan keamanan dan stabilitas bukan saja di Korea, tapi juga situasi internasional secara umum.

"Saya sekaIi Iagi menyatakan keinginan untuk berkunjung menemui Presiden Kim Ill Sung dan mengundangnya berkunjung ke Seoul," tambah Chun Doo Hwan.

Dia mengharapkan dengan telah adanya pembicaraan bersama Presiden Kim Ill Sung, maka usaha-usaha menuju ke reunifikasi dua Korea yang terpisah itu akan segera terwujud.

Dengan demikian, rakyat Korea yang telah terpisah dengan saudara-saudaranya sejak puluhan tabun Ialu dapat saling mengunjungi secara bebas.

Jumat sore, Presiden Chun mengunjungi Balai Kola dan Pekan Raya Jakarta. Sabtu siang direncanakan makan bersama dengan Kadin Indonesia dan sorenya bertolak ke Bali, sebelum meninggalkan Indonesia menuju Kuala Lumpur, Malaysia pada Senin pagi. (DTS)

Jakarta, Merdeka

Sumber: MERDEKA (27/061/981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 88-90.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.