SOEHARTO DAN DR. MAHATIR MOHAMAD DI TAWAO

SOEHARTO DAN DR. MAHATIR MOHAMAD DI TAWAO

* Pembicaraan Lebih Banyak Mengenai Kerjasama Ekonomi

* Indonesia-Malaysia akan Kerjasama di Bidang Industri Otomotif

Dalam pertemuan tidak resmi selama satu jam antara Presiden Soeharto dan Pemangku PM Malaysia Dr. Mahatir Mohamad di Tawao, Sabah (Malaysia Timur), Senin pagi kemarin, lebih banyak dibicarakan kerjasama ekonomi antara kedua negara.

Sedang pembicaraan bidang politik lebih bersifat tukar-menukar pikiran dan pandangan, terutama yang menyangkut kelanjutan hasil-hasil Konferensi Para Menlu Gerakan Non-Blok di New Delhi (India) dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara Islam di Taif (Arab Saudi).

Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono mengatakan hal itu Senin petang, setibanya di Pangkalan Udara Utama (Lanuma), Halim Perdanakusuma bersama rombongan Presiden Soeherto dari kunjungan satu hari di Tawao. Selain Menteri Sudharmono dalam rombongan Presiden Soeharto ini, antara lain ikut Dirjen Imigrasi Departemen Kehakiman Niclany, Dirjen Perkebunan R. Pang Soeprapto, Dirjen Kehutanan Soedjarwo dan Wakil Kepala Bakin (Badan Koordinasi Intelejen Negara) Letjen L.B. Murdani.

Di bidang ekonomi, kata Sudharmono, Presiden Soeharto dan Dr. Mahatir Mohamad membicarakan bagaimana meningkatkan kerjasama Indonesia dari Malaysia di bidang LPG dan Batubara. Masalah ini masih memerlukan pembicaraan lebih lanjut untuk mempelajari kerjasama terse but, tambah Sudharmono.

Masalah Tenaga Kerja

Sedang para Dirjen tersebut, menurut Sudharmono, membicarakan bidangnya masing-masing. Umpamanya bagaimana meningkatkan kelancaran pemenuhan kebutuhan tenaga kerja oleh Malaysia, terutama di bidang perkebunan.

Selama ini memang sudah banyak bekerja di Sabah, terutama di bidang perkebunan. Ia menyebutkan, di salah satu perkebunan yang dikunjungi oleh Presiden Soeharto terdapat sekitar 3.000 tenaga kerja berasal dari Indonesia, yang merupakan 85 persen dari seluruh tenaga kerja perkebunan tersebut.

"Banyak penduduk yang berasal dari Indonesia. Waktu kedatangan Presiden Soeharto mereka sangat ingin bertemu. Maka diadakan rapat umum yang dihadiri oleh beberapa puluh ribu, sehingga perkebunan yang dikunjungi kosong, karena diberi cuti," kata Sudharmono.

Selanjutnya Menteri mengatakan, pada waktu-waktu mendatang, bukan saja penambahan tenaga kerja dari Indonesia, tetapi yang penting adalah kelancaran pelaksanaannya supaya tenaga kerja Indonesia betul-betul bekerja dengan jaminan yang sewajarnya.

"Kalau warga negara Indonesia mau menetap di Malaysia, asal melalui prosedur hukum yang berlaku di negeri itu, bisa saja Indonesia tidak berkeberatan serta tidak akan dihalang-halangi, ”ujar Menteri.

"Yang akan dicegah adalah jangan sampai orang Indonesia datang di sana menjadi terlantar. Biasanya yang mengalami seperti itu, karena datang sendiri lewat perantara. Lalu timbul kekecewaan dan macam-macam. Inilah yang perlu diselesaikan dengan Dirjen Imigrasi"

Menjawab pertanyaan, Sudharmono mengatakan masuknya tenaga kerja Indonesia ke Sabah itu secara wajar. Apakah tidak ada yang masuk secara gelap, menurut Sudharmono,

"kalau saya buang tidak ada, saya tidak tahu, tapi tidak ada masalah’" kata Sudharmono.

Menteri tidak dapat menyebutkan berapa persisnya orang Indonesia yang berada di Sabah, baik yang masuk dengan resmi maupun yang tidak. Namun Dirjen Imigrasi Niclany ketika ditanya oleh "Kompas" mengatakan, di Sabah terdapat lebih dari 75.000 orang yang berasal dari Indonesia Diantara jumlah tersebut memang ada yang masuk secara gelap, namun jumlahnya tidak seberapa.

”Mereka yang masuk secara gelap inilah yang akan diselesaikan," kata Dirjen Imigrasi Niclany.

Menurut sumber "Kompas", di seluruh daerah Sabah terdapat lebih dari 125 ribu orang yang berasal dari Indonesia. Mereka masuk melalui pelabuhan Nunukan, yang sebelumnya menggunakan Tarakan (Kalimantan Timur) sebagai tempat transit. Sebagian besar dari mereka berasal dari Sulawesi, tetapi ada juga yang berada dari Flores dan Timor. Banyak di antara mereka yang sampai di Tawao melalui saluran tidak resmi.

Tawao sendiri adalah suatu kota perkebunan yang berkedudukan sekitar 10.000 orang. Kota yang lebih dekat ke perbatasan Indonesia ini, merupakan kota kedua setelah Kota Kinibalu. Sedang di daerah sekitarnya terdapat kelapa sawit clan coklat. Hutan di daerah Sabah ini sudah dikelola dengan baik.

Perkebunan dan Kehutanan

Menurut Sudharmono, di bidang perkebunan Indonesia dan Malaysia bisa mengadakan kerjasama, terutama dalam perkebunan coklat. Sedang di bidang kehutanan, antara Indonesia dan Malaysia sudah ada kerjasama terutama dalam pemasaran. "Kerjasama ini akan diteruskan, "kata Sudharmono.

Menteri mengungkapkan, antara Indonesia dan Malaysia sudah ada pembicaraan untuk mengadakan kerjasarna di bidang industri otomotif. Dalam pembicaraan Presiden Soeharto dengan Wakil PM Dr. Mahatir Mohamad, masalah ini disinggung lagi, terutama bagaimana masalah ini secepatnya, agar kedua negara tidak selalu tergantung kepada luar negeri, ujar Sudhannono.

la menarnbahkan, dalam kerjasarna di bidang industri otomotif ini perIu ada pembagian kerja antara kedua negara supaya harga hasil produksi tidak terlalu mahal. Keduanya sepakat untuk meneruskan pembicaraan lagi mengenai masalah ini dan masalah lain yang mungkin segera dilaksanakan, kata Mensesneg.

Bidang Politik

Di bidang politik, kata Sudharmono kedua pimpinan itu mengadakan tukar pikiran terutama bagaimana tindak lanjut dari hasil-hasil Konferensi para Menlu negara-negara gerakan Non Blok di New Delhi (India) dan hasil KTT Islam di Taif (Arab Saudi), sebab Indonesia dan Malaysia sama-sama anggota Gerakan Non Blok dan OKI (Organisasi Konferensi Islam). Pembicaraan tersebut untuk mengkonsolidasikan hasil-hasil kedua konferensi tersebut yang banyak manfaatnya bagi Indonesia dan Malaysia sebagai negara anggota ASEAN.

Keduanya sependapat bahwa hasil-hasil yang positif dari kedua konferensi tersebut menguntungkan baik ASEAN maupun negara-negara berkembang lainnya.

"Sekarang bagaimana merumuskan hasil-hasil konferensi itu untuk dapat dimanfaatkan," tambah Mensesneg.

Sedang mengenai masalah Kamboja kedua negara tidak ada perbedaan, yaitu pelaksanaan resolusi PBB yang menyerukan penarikan mundur semua resolusi.

Di samping itu memberikan hak separuhnya kepada rakyat kedua negara ini dalam menentukan masa depannya, terlepas dari pengaruh kekuatan asing.

Disambut Gembira

Rombongan Presiden Soeharto tiba di Tawao pukul 09.00 waktu setempat. Pemangku PM Malaysia Dr. Mahatir Moharnad dan Ketua Menteri Negara bagian Sabah Datok Harris Mohamad Saleh menyambut kedatangan Presiden Soeharto. Dari Bandar udara, rombongan langsung menuju Istana Sri Tanjung untuk beristirahat sejenak sebelum pembicaraan dimulai. Sepanjang jalan, kedatangan Presiden Soeharto disambut dengan gembira oleh penduduk Sabah.

Musik rebana memeriahkan kedatangan Presiden Soeharto di bandar udara, sementara music Angklung memeriahkan kehadiran Presiden Soeharto di Padang Bandaran tempat dilangsungkannya rapat umum. Lagu-Iagu Indonesia seperti "rasa Sayange" dan lagu Jawa "Suwe Ora Jamu" mengumandang menyambutckedatangan Kepala Negara.

Dalam pidatonya, Presiden Soeharto mengatakan ASEAN telah bertekad untuk berusaha menciptakan stabilitas di masing-masing negara baik di bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan. "Stabilitas nasional masing-masing negara adalah penting, karena dengan adanya stabilitas nasional itu akan menjamin pelaksanaan pembangunan", kata Presiden Soeharto dalam sambutan singkat tanpa teks.

Khusus kepadamasyarakat Indonesia yang bermukim di Tawao atau penduduk yang berada dari Indonesia, Presiden Soeharto berpesan untuk ikut mengambil bagian dalam pembangunan daerah Sabah serta tidak boleh ketinggalan dalam mencapai cita-cita rakyat Asia Tenggara, untuk itu perIu dipelihara persatuan dan kesatuan serta tidak boleh bertentangan satu sarma lainnya, ujar Kepala Negara.

Ia mengharapkan orang Indonesia atau yang berasal dari Indonesia yang bermukim di Sabah untuk menjaga nama baik Indonesia dan memelopori persatuan serta ikut memelihara perdamaian. "Sekalipun dalam keadaan hujan, saya harap saudara-saudara tidak masuk angin, tetapi sehat dan semoga hujan ini kita terima sebagai rahmat Tuhan," kata Presiden Soeharto.

Dari Padang Bandaran ini seharusnyaPresiden Soeharto mengadakan peninjauan ke perkebunan Pusat Penelitian Cocoa di "Quion Hill" dan ladang Cocoa milik Tun Fuad dan Tun Razak di bukit ini. Karena cuaca buruk terpaksa peninjauan ini dibatalkan. Rombongan Presiden Soeharto hanya meninjau perkebunan coklat yang terIetak sekitar 4 km dari Kota Tawao. (DTS)

Jakarta, Kompas

Sumber: KOMPAS (17/2/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 21-24.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.