SOEHARTO DAN GOH BERTEKAD SUKSESKAN PERTEMUAN OSAKA[1]
Singapura, Suara Pembaruan
Presiden Soeharto dan PM Goh Chok Tong sepakat untuk mengkonsolidasikan kesepakatan-kesepakatan menyangkut bidang ekonomi dan investasi Singapura di Indonesia yang telah disetujui pada waktu kunjungan PM Singapura ke Indonesia bulan Juni 1995.
“Kesepakatan itu adalah meneruskan pembangunan Pulau Bintan, khususnya untuk kepariwisataan. Pembangunan jalan Yogyakarta-Solo, pengembangan kepariwisataan di Manado,” kata Moerdiono, menjelaskan basil pembicaraan Presiden Soeharto dengan PM Gob Chok Tong di Singapura, Kamis (21/9) siang.
Dikatakan, kedua pemimpin juga menilai bahwa ketja sama, saling pengertian investasi antara Indonesia dan Singapura sampai saat ini berjalan sangat baik. Investasi antara Indonesia dan Singapura sampai saat ini berjalan sangat baik dan keduanya sangat puas menyaksikan perkembangan hubungan yang demikian. PM Goh Chok Tong menjelaskan, merupakan kebijaksanaan Singapura untuk melakukan diversifikasi investasinya ke sejumlab negara lain. Kendatipun demikian perhatian besar tetap di arahkan ke Indonesia. Dalam rangka menghadapi sidang pemimpin APEC di Osaka yang akan datang, kedua pemimpin sama-sama bertekad untuk menyukseskan pertemuan di Osaka itu dalam arti sebagai kelanjutan dari kesepakatan-kesepakatan yang telah menghasilkan Deklarasi Bogor tahun lalu. “Keduanya juga sepakat bahwa prinsip komprehensif dari perdagangan bebas tetap perlu dipegang teguh. Artinya, jangan sampai ada pengecualian-pengecualian terhadap prinsip komprebensif tadi,” kata Mensesneg. Sedangkan dalam pertemuan dengan Menteri Senior Lee Kuan Yew, lebih merupakan kunjungan kehormatan. Pertemuan antara dua sahabat lama. “Lee Kuan Yew mendukung sepenuhnya kerja sama ASEAN yang selama ini telah berkembang. Menteri Senior Singapura itu menyampaikan kepercayaannya akan peranan yang disumbangkan Presiden Soeharto pada perkembangan ASEAN,” ujar Moerdiono.
Padat
Presiden dan Ibu Soeharto berada di Singapura sekitar sembilanjam. Namun acaranya sangat padat. Acara pertama adalah menjadi pembicara utama dalam forum ekonomi dunia yang dihadiri lebih dari 500 top eksekutif dari berbagai negara di dunia. Setelah itu Presiden Soeharto melakukan kunjungan kehonnatan kepada Presiden Singapura Ong Teng Cheong. Selanjutnya mengadakan pembicaraan dengan PM Singapma Goh Chok Tong, dilanjutkan dengan makan siang. Namun sebelum pembicaraan, Kedua Kepala Pemerintahan menyaksikan penandatanganan dua buah dokumen. Pertama mengenai pengendalian penerbangan sipil antara Menhub Haryanto Dhanutirto dan Menhub Singapura Nah Bow Tan. Kedua, pengendalian penerbangan militer oleh Menhankam Edi Sudradjatdan Menhan Singapura Tony Tan. Sebelum menerima kunjungan kehormatan Menteri Senior Lee Kuan Yew, Presiden dan Ibu Soeharto menjenguk Ketua Komnas HAM, Ali Said SH di RS Mount Elizabeth di Singapura. Presiden berada di sana sekitar 10 menit. Acara terakhir Kepala Negara di Singapura adalah bersama PM Goh Chok Tong membuka pameran bersama Indonesia- Singapura. Dalam kesempatan itu Presiden Soeharto dan PM Singapura melakukan peninjauan keliling di ruang pameran tersebut.
Pendapatan Baru
Dalam penjelasannya Menhub mengatakan dengan perjanjian baru tersebut Indonesia akan memperoleh pendapatan baru dari pw1gutan yang dikenakan Bandara Changi terhadap penerbangan komersial yang mendarat atau lepas landas di bandara itu. Pungutan itu merupakan imbalan atas izin melintas di wilayah Indonesia sampai sejauh 90 mil. Sebelumnya kata Menhub, Indonesia tidak memperoleh pendapatan atas penggooaan wilayah udara di kawasan Batam. Setelah perjanjian, pendapatan tersebut akan diterima melalui PT. Angkasa Pura II. Perjanjian Flight International Regions (FIR) tersebut juga meliputi pengaturan lalu lintas udara untuk Bandara Hang Nadim, Batam, yang dilakukan oleh Bandara Changi. Dengan koordinasi tersebut yang mengatur lalu lintas mendarat dan tinggal landas di Changi dan Hang Nadim. “Dengan integrasi kedua bandara tersebut, Indonesia dan Singapura sepakat menanti aturan pelayanan penerbangan dengan prinsip pesawat yang pertama melapor yang lebih dahulu dilayani,” ujar Menhub Haryanto Dhanutirto, seusai penandatanganan. Perjanjian lainnya yang ditandatangani Menhankam adalah mengenai penggunaan 50 km2 wilayah udara Indonesia untuk latihan penerbangan Singapura di wilayah Selatan Singapura dan luas yang sama di wilayah Utara negeri
Ali Said
Sewaktu menjenguk Ketua Komnas HAM Ali Said SH di Mount Elizabeth Hospital Singapura. Kepala Negara dilaporkan berbicara sekitar seperempatjam dengan Ali Said. Pak Harto mengatakan kepada bapak, “Cepat-cepat sehat, jangan lama-lama di sini,” ujar Ny. Ali Said ketika ditanya apa saja yang dibicarakan. Pak Harto juga menyarankan agar makan banyak, tetapi Pak Ali katanya menjawab susah makannya, sambil tertawa. lbu Tien sendiri menurut Ny. Ali Said, mengatakan, “Apa perlu saya buatkan jamu untuk Pak Ali? Atau kepingin makan apa biar selera makannya kuat,” Ali Said katanya hanya tertawa dan mengatakan saya semua suka dan semua juga tidak suka.
Kepala Negara menjenguk Ali Said didampingi Mensesneg Moerdiono dan Menperin Tungky Ari WIBowo. Ali Said sendiri tahu ia akan dijenguk Presiden Soeharto baru pagi harinya. Setelah tahu, Ali Said katanya tertegun dan bertanya kepada Nyonya Ali Said, “Apakah penyakit saya serius sehingga Presiden menjenguk saya.”Ny.Ali Said katanya menjelaskan kehadiran Presiden dan sejumlah tokoh tokoh Indonesia di Singapura itu, lalu menyempatkan menjenguk dan bukan karena penyakitnya serius. Keadaan mantan Ketua Mahkamah Agung itu menurut Ny. Ali Said selama tiga hari ini stabil dan bila terus berlangsung selama tiga hari ini, maka infus dapat distop, tambahnya. (B-7/ M-5)
Sumber: SUARAPEMBARUAN (22/09/1995)
_____________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 388-389.