SOEHARTO DISAMBUT KAWAL”PAGAR BETIS” [1]
Sarajevo, Merdeka
Disambut dengan pengamanan yang sangat ketat, Presiden Soeharto dan rombongan mendarat di bandara Sarajevo, ibu kota Bosnia Herzegovina, hari Senin pukul 12.36 waktu setempat, 16.36 WIB. Pengamanan terhadap rombongan dilakukan oleh pasukan perlindungan PBB (Unprofor) asal Perancis. Di bandara, Kepala Negara yang tiba dari Zagreb dengan pesawat jet eksekutif PBB Yakolev, disambut Utusan Klmsus PBB untuk eks-Yugoslavia, Yasushi Akashi. Rombongan Presiden Soeharto dalam pesawat tersebut seluruhnya tercatat 24 orang, termasuk pejabat sipil/militer, dokter presiden, wartawan Kantor Berita Antara dan RRI, serta pejabat pemandu dari PBB, ikut mendampingi Kepala Negara, Menlu Ali Alatas, Mensesneg Moerdiono, Pangab Jenderal TNI Feisal Tanjung, Dubes/ Kepala Badan Pelaksana Ketua GNB Nana Sutresna, Perwakilan Tetap RI di PBB Nugroho Wisnumurti dan Dubes RI untuk Bosnia Herzegovina, Kroasia dan Hongaria RM Soelaeman Pringgodigdo. Akibat keterbatasan tempat duduk di pesawat, jatah bagi lima wartawan yang sedianya ikut bergabung dengan rombongan Presiden terpaksa dihapus, sementara satu regu tim pengamanan khusus yang sedianya berangkat mendahului Presiden juga batal. Begitu Presiden tunm dari pesawat, sekitar 40 anggota Unprofor membentuk barisan “pagar betis”,sementara sekitar 200 warga Muslim Bosnia, termasuk tentara Bosnia, menyambut di pinggir bandara.
Utusan Khusus Sekjen PBB YasushiAkashi yang menyambut Presiden di tangga pesawat mengajak Kepala Negara memasuki sebuah ruangan di terminal untuk memberikan penjelasan tentang perkembangan terakhir, tem1asuk penembakan yang menimpa pesawatnya sehari sebelumnya (Mdk, 13/3). Sebelumnya Presiden menandatangani perjanjian dari pejabat PBB yang menyatakan bahwa organisasi itu tidak akan bertanggungjawab jika tetjadi apa-apa terhadap Presiden selama di Sarajevo. Kepala Negara dengan tenang menandatangani pernyataan itu. Sikap itu dipuji secara khusus oleh Direktur Penerangan Unprofor Michael William yang terus terang menyatakan kagum atas keberanian Presiden menerobos wilayah perang. Padahal, PBB tidak bisa memberi jaminan keamanan penuh, dan pasukan Serbia sendirijuga tidak menjamin tidak akan terjadi serangan terhadap Presiden. Kunjungan Presiden Soeharto ke Bosnia memperoleh perhatian sangat besar dari Cable News Network (CNN). CNN menyiarkan kedatangan Presiden Soeharto menit per menit. Sedangkan, wartawan yang mengikuti kunjungan Presiden Soeharto memantau perkembangan enamjam itu dari Zagreb.
Presiden Soeharto kernudian meninggalkan bandara menuju istana Presiden Bosnia di pusat kota dengan menggunakan kendaraan lapis baja pengangkut pasukan (Armoured Personnel Carrier-APC) merek Land Rover rnilik Unprofor. Di depan kendaraan yang ditumpangi Presiden, sebuah panser kecil putih milik Unprofor bertindak sebagai pembuka jalan dalam perjalanan 10 kilometer yang ditempuh selama 25 menit itu. Di tangga istana yang gedungnya centang-perenang akibat serangan serangan mortir Serbia itu, Presiden Soeharto disambut oleh Presiden Alija Izetbegovic dan PM Baris Siladjzic. Suasana Sarajevo sendiri tergolong tenang sejak Senin pagi, setelah para penembak gelap Serbia terus mengintai mangsa dari Sabtu pagi hingga Minggu malam. Ledakan bom yang mengguncang belasan kali sepanjang hari Minggu juga tidak terdengar sejak pagi. Meskipun demikian, rencana kunjungan empat jam Presiden masih tetap menjadi tanda tanya sampai detik-detik terakhir menjelang berangkat dari Zagreb, karena situasi yang mencemaskan itu. Akhir bulan lalu, Presiden Turki Suleyman Demirel yang merupakan pendukung kuat peljuangan Bosnia, terpaksa membatalkan kunjungannya ke Sarajevo karena ancaman Serbia yang menyatakan tidak bersedia bertanggungjawab atas keselamatannya. Sementara PBB, menurut AFP, kali ini berhasil meyakinkan semua pihak termasuk Serbia untuk menyetujui kunjungan ini. Seusai menghadiri jamuan makan yang diselenggarakan Presiden Izetbegovic, Presiden Soeharto menyampaikan pemyataan pers dan kemudian dengan kendaraan yang sama meninjau beberapa bagian Kota Sarajevo, termasuk bertemu dengan pasukan Indonesia yang tergabung dalam Unprofor. Senin sore, Presiden kembali menuju ibu kota Kroasia, Zagreb, untuk bermalam sebelum hari ini (Selasa) bertolak kembali ke tanah air. Sementara itu dalam pidato balasannya saat menghadiri jamuan santap malam yang diselenggarakan Presiden Kroasia Franjo Tudjman di Zagreb, Senin malam, Presiden Soeharto mengatakan kepentingan Indonesia untuk mengadakan keljasama dan bertukar pengalaman dengan bangsa lain dalam melaksanakan pembangunan, termasuk dengan bangsa Bosnia dan Kroasia.
“Kunjungan saya ke negeri ini dan ke Bosnia-Herzegovina ,”demikian Presiden. “Tanpa mengurangi arti penting upaya dan peranan yang sedang dilakukan pihak pihak lain, selaku Ketua GNB, saya kembali menyerukan pembentukan mekanisme.
baru bagi perundingan diantara pihak-pihak yang bersengketa. Termasuk di dalamnya, kemungkinan diselenggarakannya konperensi internasional yang strukturnya sesuai keperluan untuk mencapai penyelesaian yang adil dan tuntas. Penyelenggaraan konperensi internasional itu hendaknya didasarkan atas penghormatan penuh terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah Republik Bosnia-Herzegovina,” tandas Kepala Negara. Mensesneg Moerdiono menjelaskan, pernyataan senada juga disampaikan Presiden pada jamuan makan malam. (MBH)
Sumber: MERDEKA (14/03/1995)
___________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 133-135.