SOEHARTO-GOH BUKA PAMERAN BERSAMA

SOEHARTO-GOH BUKA PAMERAN BERSAMA[1]

 

Singapura,  Media Indonesia

Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong kemarin membuka pameran bersama Indonesia-Singapura di Singapura.

Pameran tersebut diselenggarakan dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia ke 50 dan Kemerdekaan Singapura ke 30. Pameran akan berlangsung sampai 27 September bertempat di Singapore International Exhibition & Convention Centre. Pameran yang digelar pada area sekitar 6.000 M2 itu, disamping diisi oleh Paviliun Singapura dan Indonesia, secara khusus juga mengetengahkan perkembangan dan pelaksanaan dari berbagai proyek bersama antara Indonesia dengan Singapura yang selama ini telah betjalan, terutama di kawasan Riau, Bintan dan Karimun. Paviliun Indonesia secara integrasi akan mempromosikan berbagai potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia sebagai  suatu peluang investasi, tennasuk sektor pariwisata dan berbagai fasilitas sarana dan prasarana pendukung serta hasil produksi dan kemampuan yang dimiliki, baik barang maupun jasa. Paviliun Indonesia diisi dengan dukungan dari 57 perusahaan dalam negeri, baik besar, menengah dan kecil (swasta, BUMN dan koperasi), masing-masing mewakili berbagai sektor dan bidang usaha yang ditampilkan, serta beberapa instansi pemerintah terkait.

Persaingan

Sebelumnya negarawan kawakan Singapura Lee Kuan Yeuw tatkala membuka “Economic Summit” yang dihadiri 500 peserta lebih dari kalangan politisi, bisnis, dan akademisi memperingatkan mengenai persaingan berkepanjangan antara AS-Cina dan menyarankan dipereratnya kerjasama  Eropa-Asia Timur guna menjamin kemakmuran dikawasan ini.

“Hubungan AS-Cina akan terkendala oleh meman asnya kembali hubungan keduanya. Sejumlah ketegangan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara-negara di Asia Timur,” katanya pada pertemuan tahunan yang di sponsori oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang bermarkas di Jenewa.

Ditambahkan bahwa negara-negara di Asia Timur agar berhati-hati untuk itu perlu membina hubungan yang lebih erat dengan Eropa sebagai partner penuh, sebagaimana keterlibatan penuh AS dan Jepang terhadap perekonomian di kawasan ini.

Partisipasi Eropa akan menurunkan dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh setiap ketegangan yang mungkin timbul antara AS-Cina, jelasnya. Lee kembali menyerukan Washington untuk mengakomodasi Cina kendati mereka berbeda dalam nilai-nilai dan budaya dengan mengatakan bahwa upaya Beijing tmtuk meningkatkan statusnya sebagai negara industri tidak dapat dihentikan, dan mengatakan bahwa negeri itu akan memainkan peranan penting dalam arus global.

“Cina bakal menjadi sebuah kekuatan ekonomi raksasa,” kata bekas Perdana Menteri Singapura itu dengan menyebutkan bahwa output ekonomi Cina diramalkan bakal lebih besar daripada AS dan Kanada dalam dua dekade mendatang. Bagaimana AS mengakomodasi Cina dalam sistem global sekarang, sebelum ia menjadi kekuatan yang besar,” kata Lee yang memiliki hubungan karib dengan para petinggi China itu.

Menurut Lee, opsi untuk membatasi akses Cina dalam pasar modal, dan teknologi hanya akan mendorong Cina meningkatkan pemalsuan hak cipta, hak paten, serta terlibat dalam praktek-praktek dagang tidak fair. Pilihan tersebut mungkin akan memperlambat Cina tetapi tidak akan dapat menghentikan Cina dalam meraih status sebagai negara industri, ujarnya. Lee akhirnya menyerukan kepada AS untuk menjaga kehadirannya di Pasifik barat dan hubungan yang stabil dengan Cina dan memelihara hubungan tiga kutub antara AS, Jepang, dan Cina. Secara terpisah mantan Duta Besar Singapura untuk Indonesia Barry Desker mengemukakan, masyarakat bisnis yang mengikuti pidato Presiden Soeharto pada KTT Ekonomi Eropa/Asia Timur ’95 merasa terkesan dengan hasil-hasil pembangunan yang dicapai Indonesia.

“Pidato Pak Harto menarik perhatian masyarakat bisnis yang mengikuti acara ini,” kata Desker.

KTI itu yang berlangsung 20-22 September di Hotel Shangrila diikuti lebih 700 peserta yang merupakan masyarakat bisnis dari berbagai belahan dunia terutama Eropa dan Amerika Serikat. (Rid)

Sumber: MEDIA INDONESIA (22/09/ 1995)

_____________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 386-388.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.