SOEHARTO – LEE AKAN BICARAKAN SITUASI EKONOMI

SOEHARTO – LEE AKAN BICARAKAN SITUASI EKONOMI

PM Singapura Lee Kuan Yew dan Nyonya beserta rombongan resmi, Selasa malam, dihormat dengan jamuan makan malam oleh Presiden dan Nyonya Tien Soeharto di Istana Merdeka. Hadir pula dalam jamuan yang sederhana tapi akrab itu, Wakil Presiden dan Nyonya Nelly Malik serta para anggota kabinet dan undangan lain.

Sebelum itu Presiden Soeharto menyampaikan tanda mata berupa sebuah penyekat terbuat dari kayu berukiran Jepara dan kain batik. PM Lee Kuan Yew membalas dengan sebuah permadani.

Sedang Ny. Tien Soeharto memberikan seperangkat gelas teh dan sebuah buku Taman Miniatur Indah Indonesia kepada Ny. Lee Kuan Yew. Istri PM Singapura ini sebaliknya membelikan sebuah tempat buah terbuat dari kristal untuk Ny. Tien Soeharto.

Selesai jamuan makan, para tamu dihibur acara kesenian sampai pukul Sembilan malam. Dalam rombongan PM Lee. terdapat antara lain Menlu S. Dhanabalan. Menteri Pertahanan Goh Chong Tok. Menteri Negara Lim Chee Onn. Menteri Negara pada Kabinet PM dan bekas dubes Singapura di Jakarta Lee Khoon Choy, serta Menteri Negara pada Kementerian Pertahanan Yeo Ning Hong.

Kedatangan PM Lee di lapangan udara Halim Perdanakusumah disambut sendiri oleh Presiden dan Ny. Soeharto. Wakil Presiden dan Nyonya Nelly Adam Malik. Menku EKUIN/Ketua Bappenas Widjojo Nitisastro dan Menhankam/Pangab Jendral M. Jusuf.

Empat Kali Sejak 1975

Sejak tahun 1975 sudah empat kali ini terjadi pertemuan kerja tak resmi Soeharto-Lee Kuan Yew. Sebelumnya kedua pemimpin itu sudah saling bertukar kunjungan kenegaraan.

Bulan September 1975, mereka bertemu di Bali, tidak lama setelah perang Indocina usai. Karena itu Situasi baru di Indocina dan kemungkinan masa depan Asia Tenggara menjadi topik penting lee juga menyatakan Singapura baru akan membuka hubungan diplomatik dengan RRC setelah Jakarta mencairkan hubungan diplomatiknya dengan Beijing.

Setahun kemudian pada bulan November, mereka bertemu lagi di Singapura., Masalah bilateral lebih menonjol antaranya, soal perdagangan, dalam mana Singapura, bersedia mempublikasikan angka perdagangannya dengan Indonesia.

Juga dicapai kesepakatan soal pengaturan pengamanan pelayaran di selat Malaka. Singapura juga menyatakan kesediaan membantu Indonesia mengembangkan Pulau Batam sebagai kawasan industri dan perdagangan.

Dalam pertemuan mereka di Bali pada Juni 1978, Soeharto dan Lee Kuin Yew menyatakan ”sama-sama melihat karang dan bintang” dalam kawasan regional maupun global. Jadi, masalah keamanan Asia Tenggara menjadi salah satu topik penting, karena terasa ada kekuatan-kekuatan besar yang mulai memainkan peranannya di Indocina.

Resesi Ekonomi

Menurut pelbagai sumber di Jakarta, resesi ekonomi dunia serta akibatnya bagi negara ASEAN, akan menjadi salah satu topik utama pertukaran pikiran antara Soeharto dan Lee Kuan Yew. Selain itu, Lee juga akan memberikan penjelasan singkat tentang hasil kunjungannya ke Inggris dan Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

Diduga, kedua pemimpin itu akan membicarakan pelbagai kemungkinan langkah bersama, bilateral maupun dalam kerangka ASEAN, untuk menghadapi akibat resesi yang berkepanjangan, terutama kelesuan di negara industri.

Dalam hubungan ini, perdagangan bilateral dengan Indonesia yang merupakan salah satu faktor penting bagi perekonomian Singapura, mungkin akan ditinjau Iebih serius. Data perdagangan Indonesia-Singapura hingga kini masih "gelap" karena tidak pernah diumumkan.

Dalam kerja sama industri, pengembangan Pulau Batam hingga kini masih belum memuaskan. Perindustrian manufaktur Singapura kini juga lesu, sedang industri pengolahan bahan mentah dan Indonesia, terutama karet, mengalami kemunduran.

Dalam bidang energi, kemungkinan FM Lee akan meminta bantuan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Singapura. Singapura memiliki kilang minyak nomor tiga terbesar di dunia.

Dalam bidang politik dan keamanan kawasan, perkembangan sikap Vietnam sehubungan dengan masalah Kamboja akan dibicarakan, terutama menghadapi masa selepas sidang Majelis Umum PBB bulan ini juga.

Selasa pagi di Bina Graha, Presiden Soeharto telah mengadakan rapat khusus dengan para menteri ekonomi, yaitu Menko EKUIN/Ketua Bappenas Widjaja Nitisastro, Menteri Perindustrian A.R. Soehoed, Menteri Perdagangan Radius Prawiro, Menteri Perhubungan Roesmin Nuryadin, Menteri Pertambangan & Energi Soebroto, Menteri Sekretaris Negara Soedharmono dan Dirjen HESBLN Gusti Roesli Noor.

Peranan bagi ASEAN

Selama ekonomi dunia sehat dan tumbuh cepat, Singapura sebagai negara kota yang berorientasi global juga meningkat pesat pertumbuhan ekonominya.

Bagaimana pun sifat ekonominya Singapura hanya bisa menjual jasa dalam perdagangan. Belakangan ini Singapura juga mengembangkan industri manufaktur untuk ekspor, dalam mana sumber utamanya adalah manusia penduduknya yang terampil bekerja dan tekun belajar.

Dalam situasi resesi dunia, apalagi yang diperhitungkan akan berlarut seperti sekarang ini Singapura berhadapan dengan beberapa kenyataan. Antaranya yang penting, kecendenrungan negara lain berdagang langsung dengan negara konsumen, dan peningkatan kemampuan sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya akan barang industri atau manufaktur.

Sudah lama Singapura dengan tenang-tenang "menampung" segala macam bahan mentah dari negara tetangganya, lalu mengolahnya, kemudian mengekspornya dengan mendapat nilai tambah yang amat lumayan. Sekarang, Indonesia maupun Malaysia cenderung berdagang langsung menghindari Singapura.

Belum lama ini, Singapura masih senang hati melempar barang manufaktur (industri pindahan dari negara lebih maju) ke segala penjuru dunia. Pasar pelemparan inilah yang kini amat melesu. Apalagi pintu pasar mulai dipersempit.

Industri teknologi tinggi, misalnya petrokimia, juga mulai redup kemungkinannya. Karena semua negara tetangganya sebisa mungkin juga membuatnya, untuk mengamankan kebutuhannya sendiri.

Barang kali dalam situasi resesi dunia inilah Singapura "menemukan ASEAN" dalam arti harus hidup bersama dengan ASEAN, dan mengatur ekonominya dengan kawasan ASEAN sebagai basis yang lebih luas, dengan pembagian tugas dan rejeki yang adil dan wajar.

Dengan kata lain, Singapura dengan segala kemenonjolannya harus mempunyai peranan saling menguntungkan bagi ASEAN seluruhnya. (RA)

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (08/09/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 821-823.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.