SOEHARTO- RABIN BICARAKAN PERKEMBANGAN DI TIMTENG Sempat Diwarnai Saling Todong Antar pengawal

SOEHARTO- RABIN BICARAKAN PERKEMBANGAN DI TIMTENG Sempat Diwarnai Saling Todong Antar pengawal[1]

 

 

New York, Kompas

Perdana Menteri Israel Yitzak Rabin secara mendadak hari Sabtu petang (Minggu dini hari WIB) menemui Presiden Soeharto dipresidential suite, lantai 41 Hotel Waldorf Towers -tempat para kepala negara menginap di New York. Kepada Presiden, PM Israel menjelaskan perkembangan terakhir proses perdamaian di Timur Tengah. Sebelum pertemuan berlangsung seperti dilaporkan wartawan Kompas Taufik Miharja semalam di lobi hotel sempat terjadi salah paham antara seorang pengawal Presiden Soeharto yang bermaksud turut mengawal PM Rabin dengan para pengawal Rabin. Kesalahpahaman berkembang sangat cepat sehingga kedua pengawal sempat saling menodongkan senjata ke perut masing-masing. Insiden itu tak menimbulkan korban.

“Memang berlangsung pertemuan antara Presiden dengan PM Israel Yitzak Rabin. Pertemuan ini adalah atas keinginan PM Israel dan kalau boleh saya katakan itu sedikit mendadak ,”kata Mensesneg Moerdiono ketika ditanya wartawan di lantai 21, Waldorf Towers.

PM Israel, kata Moerdiono, memberi penjelasan kepada Presiden mengenai perkembangan terakhir proses perdamaian di Timteng dan lebih khusus lagi mengenai hubungan Israel dan Palestina.

“Apa yang dijelaskan oleh PM Israel tadi merupakan kelanjutan dari penjelasan­ penjelasan yang pernah disampaikan PM Israel kepada Presiden di Jakarta sekitar dua tahun lalu,” tutur Moerdiono.

Mensesneg tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai substansi pertemuan kedua pemimpin yang sama-sama hadir di New York dalam rangka menghadiri Sidang Khusus Peringatan 50 Tahun PBB itu. Ditanya apakah dalam pertemuan itu disinggung kemungkinan pembukaan hubungan diplomatik antara kedua negara, Moerdiono mengatakan, “Penjelasan saya hanya itu.” Ditanya kemungkinan pembelian senjata dari Israel, Mensesneg juga menyatakan, “Tidak, hanya soal Timteng. Itu saja.” Didesak tentang kemungkinan adanya reaksi masyarakat di Jakarta, Mensesneg menjelaskan soal Timteng. “Itu saja, bukan soal lain,” katanya berkali-kali.

“lnsiden Kecil”

Pertemuan itu berlangsung sekitar 30 menit. Jadwal semula pertemuan dimulai pukul 18 .00, tapi Rabin sudah berada di hotel15 menit sebelumnya. Rabin harus menunggu selama 30 menit lagi karena Presiden Soeharto masih menerima Presiden Sri Lanka. Pada saat memasuki lift untuk menuju lantai 41, sempat terjadi “insiden kecil”

antara pengawal Rabin, yang berjumlah empat orang termasuk Kepala Mossad, dengan salah seorang pengawal Presiden Soeharto. Pengawal Rabin kemungkinan besar tidak terlalu percaya kepada orang lain selain yang mereka kenal. Padahal pengawal Presiden Soeharto itu sudah dikenalkan oleh protokol Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB. Namun ketika akan turut mengawal Rabin, pengawal Rabin menolaknya untuk masuk lift yang sama. Akhirnya terjadi tarik-menarik. Dalam gerakan refleks dan sangat cepat, pengawal Rabin tiba-tiba menempelkan senapan otomatis Uzi yang berada di balik jasnya ke perut pengawal Indonesia. Iaju ga mencengkeram leher belakang. Pengawal Indonesia rupanya tidak mau kalah gertak karena  harus melaksanakan tugas. Peringatan keras dari mitranya tersebut ia lawan. Dengan sangat tangkas, pengawal Presiden juga mengeluarkan pistol Barreta dan menodongkannya ke perut mitra Is­ rael itu.

Melihat lawannya juga sama-sama keras , anggota Mossad perlahan-lahan menurunkan Uzi-nya. Melihat reaksi demikian, pengawal Presiden berbuat serupa. “Sorry, I understand itu,”kata anggota Mossad itu agak sedikit ragu. Kelima pengawal itu akhirnya bersama-sama mengawal PM Rabin hingga ke lantai 41. Pengawalan terhadap PM Rabin agak luar biasa. Tidak kurang dari 25 anggota Mossad berkeliaran di lobi sekitar satu jam menjelang kedatangan Rabin. Tanpa melakukan gerakan mencolok,mereka dalam waktu singkat berhasil “membersihkan” daerah sekitar lift. Rabin tiba di hotel menggunakan sedan limousin wama hitam yang dilengkapi atribut bendera Bintang Daud. Limousin yang dikendarai Rabin dikawal satu mobil New York Police Departement (NYPD) dan van hitam di depan serta satu mobil pengawal di belakang. Konvoi ditutup dua mobil NYPD.

Tetap Bantu

Selain dengan PM Rabin, Presiden di tempat yang sama bertemu dengan Presiden Bank Dunia (BD) James D Wolfenson, PM Kanada Jean Chretien dan Presiden Sri Lanka Chandrika Bandaranaike Kumaratunga. Menurut Moerdiono, kepada Presiden BD, Presiden menyampaikan terima kasihnya atas peranan Bank Dunia, baik dalam memberi pinjaman untuk kelancaran pembangunan maupun dalam rangka kesediaan BD untuk memimpin CGI (Consultatives Group on Indonesia). Bantuan BD itu memberi arti penting bagi pembangunan Indonesia. Pinjaman dari luar negeri, kata Moerdiono, digunakan sepenuhnya untuk melaksanakan pembangunan proyek-proyekjangka panjang. Presiden menyampaikan harapannya agar BD tetap membantu Rl. Karena seperti dijelaskan Presiden, kendati Indonesia berhasil menurunkan tingkat kemiskinan secara drastis dari 60 persen jumlah penduduk menjadi 14persen dan telah mendapat pujian dari BD  serta kalangan badan-badan dunia yang berkompeten, tetapi jumlah masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan masih besar.

Kepada tamunya dijelaskan bahwa dengan melanjutkan pembangunan seperti sekarang diharapkan dalam Repelita VII masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan ini dapat teratasi. Terhadap harapan Indonesia, kata Mensesneg, Presiden BD menyampaikan rasa bangga atas keberhasilan pembangunan Indonesia.

PM Kanada ke Jakarta

Dalam pembicaraan dengan PM Kanada , menurut Moerdiono, Chretien menyampaikan lagi ucapan selamat kepada Presiden berkenaan dengan keberhasilan Rl dalam menyelenggarakan pertemuan para pemimpin ekonomi APEC di Bogor tahun lalu , baik dari segi penyelenggaraan maupun substansinya. Kedua pemimpin bertukar pikiran mengenai bagaimana mensukseskan pertemuan APEC di Osaka bulan depan. Keduanya sepakat bahwa dalam hubungan bilateral perlu ditingkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan. Untuk itu, PM Kanada beserta sejumlah besar pengusaha akan berkunjung ke Indonesia pada Januari 1996.

Sumber: KOMPAS (23/ 10/1995)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 297-299.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.