SOEMITRO TTG PELUANG HARGA MINYAK OPEC 87/88
Profesor Soemitro Djojohadikoesoemo melihat dalam tahun 1987/1988 ini ada peluang harga minyak bumi akan membaik dan hal ini diharapkan membawa pengaruh yang baik bagi perekonomian Indoenesia.
Berbicara dengan wartawan setelah melakukan konsultasi berkala dengan Presiden Soeharto di kediaman Jl. Cendana Jakarta Selasa, bekas menteri perdagangan itu mengatakan harga minyak bumi selalu berpengaruh pada ekonomi dunia baik terhadap konsumen maupun produsen minyak termasuk Indonesia
Profesor Soemitro yang baru kembali dari luar negeri untuk mengadakan pemantauan dan pengamatan mengenai hal hal yang relevan dengan perekonomian Indonesia mengatakan, pemantauan ini penting karena bagaimanapun tak satu negara di dunia yang terlepas dari perkembangan ekonomi dunia.
Ia mengatakan, dari pembicaraan secara informal dengan berbagai kalangan di luar negeri mengenai ekonomi dunia dewasa ini, terlihat bahwa “ada peluang baik harga minyak bumi dalam tahun 1987/1988 bisa bertahan dalam batas harga 18-20 dolar AS per bareI.” Namun diingat kannya bahwa kunci terhadap harga minyak bumi itu adalah disiplin anggota-anggota OPEC.
Ia mengatakan, di luar OPEC misalnya Inggeris, Kanada, Meksiko, Mesir sudah bertekad membatasi produksinya, karena mereka menganggap harga minyak bumi 18 dolar per barel itu sudah tepat.
Beberapa perusahaan minyak bumi Amerika seperti Mobil Oil, Texaco sudah bersedia mengadakan kontrak pembelian minyak untuk jangka panjang dengan harga standar OPEC.
Sudah banyak perusahaan minyak menengah dan kecil di Amerika yang bangkrut karena harga minyak bumi yang rendah.
Dalam jangka panjang produksi minyak bumi di Amerika sudah akan menurun, bahkan di Inggeris, Norwegia dan Kanada produksi minyak bumi mereka sudah sampai pada puncaknya dan tahun ini cadangan mereka mulai menurun.
Dengan demikian beberapa tahun lagi akan ada kelangkaan yang relatif kalau produksi minyak di negara-negara itu tidak diberi dorongan.
Ia melihat, untuk pengamanan produksi minyak bumi di Indonesia dalam jangka panjang mulai dari sekarang harus diberi insentif bagi usaha eksplorasi dan produksi.
“Dengan demikian Indonesia tidak ketinggalan kereta api dalam meraih pasaran minyak tahun 1990.”
Insentif itu bisa berwujud peraturan-peraturan namun tidak menyangkut prosentase bagi hasil seperti yang sekarang berlaku, katanya.
Ia menilai, dengan peluang baik bagi harga minyak bumi tahun ini yang berkisar 18-20 dolar AS per barel, maka APBN 1987/1988 yang berpatokan pada harga minyak bumi 15 dolar AS per barel dapat dilaksanakan dengan baik.
Namun diingatkannya kembali agar dana yang diperoleh dari harga minyak bumi yang akan membaik itu dimanfaatkan setepat-tepatnya, sementara kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi tetap dijalankan secara konsekwen.
Mengenai pinjaman Indonesia dari Bank Ekspor-Impor Jepang sebesar 900 juta dolar AS, menilai hal ini merupakan terobosan yang menarik karena baru pertama kali pinjaman sebanyak itu digunakan untuk pengadaan rupiah bagi kelanjutan proyekproyek yang mendapat bantuan Bank Dunia. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (10/03/1987)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 400-401.