SPANYOL DIMINTA JELASKAN SOAL TIM-TIM KEPADA PORTUGAL

SPANYOL DIMINTA JELASKAN SOAL TIM-TIM KEPADA PORTUGAL

Presiden Soeharto dalam pembicaraan dengan pemimpin pemerintahan Spanyol menjelaskan pula integrasi Timor Timur ke wilayah Indonesia.

Menteri Sekretaris Negara Sudharmono SH dalam keterangannya kepada pers di Madrid mengatakan, Presiden minta kepada pemimpin pemerintahan di Spanyol untuk menjelaskan kepada pihak Portugal duduk soal sampai Timor Timur berintegrasi kepada Indonesia.

"Ini untuk kepentingan Portugal sendiri, kalau perlu mereka (Portugal) lihat sendiri perkembangan di Timor Timur yang telah dibangun dalam waktu delapan tahun ini. Dengan demikian mereka bisa melihat perbandingannya dengan penjajahan yang dilakukan Portugal selama beratus ratus tahun," kata Sudharmono.

Sudharmono mengatakan, pihak pemerintah di Spanyol menanggapi baik penjelasan dan imbauan pihak Indonesia dalam hal integrasi Timor Timur itu.

Presiden Soeharto Kamis lalu mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Spanyol Calvo Sotelo sebagai bagian dari acara kunjungan kenegaraannya di negeri itu sejak tanggal 7-10 Oktober.

Hubungan Ekonomi

Sementara itu, Menteri Koordinator EKUIN Wijoyo Nitisastro dalam kesempatan sama menjelas kepada Perdana Menteri/Menteri Ekonomi dan Perdagangan Spanyol Jose Garcia Dien.

Menteri Wijoyo mengatakan, Spanyol memang lebih banyak mengadakan hubungan ekonomi dengan negara-negara di Amerika Latin sejak dulu, tetapi sekarang negeri itu melihat Indonesia sebagai negara di Asia yang berpotensi besar bagi dijalinnya hubungan kerja sama ekonomi.

Dikatakan, ekspor Spanyol ke Indonesia sebelum tahun 1981 tidak banyak dibandingkan dengan ekspor tradisional Indonesia ke negeri itu. Tetapi tahun lalu, ekspor Spanyol ke Indonesia jauh lebih besar volume dan nilainya dari ekspor Indonesia ke negeri itu.

Ini disebabkan Spanyol sekarang banyak mengekspor mesin-mesin, dan kebutuhan-kebutuhan proyek lainnya seperti proyek hydrocracker Dumai Riau, pabrik semen, pembangunan di Nusa Dua, Bali.

Bagi Indonesia, kata Wijoyo, ingin pula melakukan diversifikasi dalam hubungan ekonominya dengan Eropa dan salah satu negara di Eropa itu ialah Spanyol.

Untuk mengimbangi neraca perdagangan yang ada antara Indonesia Spanyol sekarang ini, kedua pemerintah sepakat untuk berusaha agar ekspor Indonesia ke Spanyol bisa seimbang dengan ekspor Spanyol ke Indonesia.

Untuk maksud ini, kedua pihak sepakat untuk mengidentifikasi barang-barang Indonesia yang dijual di pasaran Spanyol. Kedua pihak juga sepakat untuk mendorong ekspor Indonesia.

Pihak Spanyol, kata Wijoyo, sanggup mengusahakan agar kamar dagang dan industri mereka mengirim "buying mission" (misi pembelian), bukan "selling mission" (misi penjualan).

Dengan misi yang menjajaki pembelian pembelian barang di Indonesia, mereka akan tahu barang-barang apa saja yang cocok di pasaran Spanyol dari Indonesia.

Misalnya, kemungkinan pasaran tekstil atau pakaian jadi Indonesia ke Spanyol.

Pihak pemerintah Spanyol akan mendorong dunia usaha mereka untuk menjajaki kemungkinan pasaran barang-barang Indonesia di Spanyol.

"Kalau mereka mendapat proyek-proyek di Indonesia, kami juga ingin menjual barang barang kami ke Spanyol," kata Menteri EKUIN Wijoyo Nitisastro.

Kebudayaan

Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmaja dalam kesempatan sama juga mengatakan kepada wartawan bahwa kemungkinan kerja sama di bidang kebudayaan juga dibicarakan dengan Menlu Spanyol Jose Pedro Perez Liorca.

Pihak Spanyol ingin agar diadakan perjanjian kerja sama dalam bidang kebudayaan. Tetapi, menurut Menlu Mochtar, tanpa perjanjian pun kerja sama di bidang kebudayaan bisa dilakukan antara kedua negara.

Pihak Spanyol mengemukakan keinginannya agar bahasa Spanyol dapat diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia, demikian Mochtar.

Ke Granada

Presiden dan lbu Tien Soeharto beserta rombongan, Sabtu sore, bertolak dari Madrid menuju propinsi Granada sebagai akhir dari kunjungan kenegaraan selama 4 hari di Spanyol.

Sebelumnya Presiden dan rombongan telah berpamitan dengan Raja Juan Carlos dan Ratu Sofia di Istana Gardiela setelah meninjau museum Alfredo di Kota Madrid.

Dalam jamuan santap siang yang diselenggarakan Gubernur Granada di Hotel Paradise San Francisco Nationale pukul 14.15 waktu setempat untuk menghormati tamu negara dari Indonesia telah dilakukan saling tukar menukar tanda kenang­kenangan antara Presiden Soeharto dan Gubernur Granada.

Soreharinya Presiden dan Ibu Tien Soeharto meninjau komplek Alhambra, bekas istana raja-raja Arab dan malam harinya menyaksikan pertunjukan kesenian di Hotel Alhambra.

Presiden dan rombongan bertolak ke Amerika Serikat dari Granada, Spanyol hari Minggu pukul 11.00 waktu setempat (17.00 WIB).

Di Depan Masyarakat Indonesia

Presiden Soeharto mengatakan, keputusan-keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan datang sangat penting karena akan ada suatu perobahan atau keputusan yang sangat prinsipil.

Presiden mengatakan hal itu dalam wejangannya di depan masyarakat Indonesia di Madrid Jumat malam sebagai bagian dari acara kunjungannya di Spanyol yang berlangsung sejak Kamis lalu hingga Minggu.

Presiden mengatakan, sidang umum 1 Maret 1983 akan menentukan Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) untuk lima tahun mendatang yang merupakan kelanjutan dari GBHN sebelumnya.

Kalau dalam GBHN sekarang ini terutama dalam pola umum pembangunan jangka panjang dinyatakan bahwa masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila landasannya ialah mengembangkan industri yang didukung oleh pertanian yang kuat dan akan dicapai setelah dilakukan lima sampai enam Repelita, kata Kepala Negara, maka dalam Repelita empat yang akan datang ini betul-betul tercapai kerangka landasan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila itu, sehingga Repelita lima tinggal lagi memantapkan kerangkanya dan pada Repelita keenam Indonesia dapat tinggal landas untuk mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila itu. Sekarang ini, kata Presiden selalu ditanyakan mana wujud masyarakat adil makmur yang berdasarkan Pancasila itu.

Dalam GBHN ditentukan bahwa landasannya saja baru bisa dicapai setelah lima sampai enam Repelita.

"Kita harus benar-benar berusaha dan harus bekerja keras, ulet kalau perlu mengorbankan apa saja yang diperlukan untuk menyukseskan tahapan-tahapan perjuangan dan pembangunan kita," kata Presiden.

Dalam sambutannya tanpa teks di depan masyarakat Indonesia di Madrid yang berlangsung pada pukul 20.000 waktu setempat (pukul 02.00 WIB) itu, Presiden mengharapkan masyarakat Indonesia seluruhnya agar tidak ketinggalan, bersedia bekerja keras untuk menghadapi seluruh tantangan dengan penuh ketabahan, keuletan dan kalau perlu berkorban untuk mencapai cita-cita yang masih jauh itu.

Dengan ketekunan seluruh rakyat Indonesia itu, maka akhirnya nanti secara tahap demi tahap kita akan mendekati dan sampai pada masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila.

Itu tidak tergantung pada Dubes, Menteri dan saya, tetapi oleh seluruh rakyat Indonesia, kata Presiden. (DTS)

Madrid, Merdeka

Sumber : MERDEKA (11/10/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 859-862.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.