STUDI SEJARAH PDRI SANGAT RELEVAN
Jakarta, Antara
Studi sejarah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) sangat relevan dan dapat dipergunakan sebagai bahan pembinaan generasi muda, demikian salah satu kesimpulan seminar dua hari tentang PDRI, yang berakhir Selasa petang.
Untuk itu seminar di Jakarta tersebut merekomendasikan bagi dilakukannya usaha pengumpulan bahan-bahan sejarah (tulis dan lisan) serta penerbitan dan penyebarluasan hasil seminar.
Seminar dibuka Senin oleh Mensesneg, Drs Moerdiono yang membacakan amanat tertulis Presiden Soeharto.
Hasil seminar diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk kepentingan pendidikan. Sementara itu juga diharapkan dapat dirintis, usaha-usaha yang dapat memperdalam pengetahuan sejarah perjuangan bangsa dan mempertinggi kesadaran sejarah.
Sekretaris Perumus Seminar PDRI Drs. JR. Chaniago menyatakan, seminar menerima dan menyadari penuh pandangan Presiden Soeharto bahwa kearifan sejarah memberikan pemahaman yang mendalam tentang suatu hal, tanpa harus mengalami sendiri peristiwa itu.
Perjuangan singkat PDRI yang berpusat di Halaban, Payakumbuh (Sumatera Barat), telah menanamkan kearifan sejarah mengenai arti pentingnya perjuangan dan kekuatan rakyat dalam kelangsungan hidup bangsa dan negara, katanya.
Seminar juga mencatat ketepatan pandangan Mr. T. Mohammad Hasan (wakil pemimpin PDRI) bahwa dari sudut sejarah peristiwa PDRI telah berlalu, tetapi sebagai alat perekat integrasi bangsa kenangan terhadap PDRI akan tetap aktual.
PDRI adalah bagian integral dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Bukan saja merupakan legitimasi keberadaan Negara RI, PDRI juga memperlihatkan dinamika sosial, inisiatif lokal dalam kontek nasional, integrasi kota dan desa, manajemen sosial, bentuk hubungan sipil-militer, corak politik internasional serta peranan komunikasi.
Diplomasi Menteri KLH Emil Salim yang menutup seminar itu menegaskan bahwa PDRI telah memberikan legitimasi bagi perjuangan diplomasi di luar negeri serta kemungkinan bagi kelanjutan perjuangan (walaupun Presiden dan Wapres ditangkap).
PDRI (19 Desember 1948-13 Juli 1949), merupakan wahana integrasi di mana semangat republik berkembang dalam perjuangan bangsa. “Ini bukan perjuangan lokal masyarakat Sumbar atau Medan, tetapi perjuangan bangsa,” ujarnya.
Pemerintahan darurat itu telah menegakkan semangat persatuan dengan tidak memandang perbedaan agama dan suku, “serta menyerahkan kembali kekuasaan kepada Soekarno-Hatta-ini adalah kearifan PDRI.” PDRI juga mendorong terciptanya suatu nation (bangsa).
Menurut Emil Salim, “kita dapat memetik beberapa hikmah dari PDRI seperti mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, meneruskan semangat perjuangan tanpa pamrih dan membina erat hubungan rakyat- pemerintah-ABRI.” Seminar di Gedung KridaBhakti Sekneg itu diikuti 185 peserta, dengan menampilkan delapan pembicara di antaranya Prof. Dr. Juwono Sudarsono dan Dr. Taufik Abdullah.
Sumber : ANTARA(26/09/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 771-772.