SUDAH ADA HUBUNGAN ANTARA INGGERIS DAN INDONESIA SEJAK SULTAN ACEH PADA TAHUN 1602

SUDAH ADA HUBUNGAN ANTARA INGGERIS DAN INDONESIA SEJAK SULTAN ACEH PADA TAHUN 1602

Oleh: Buddy Suryasunarsa

Joop Ave, Kepala Protokol Negara dalam briefing didepan para wartawan dan anggota rombongan Presiden tangga18 Nopember 1979 mengingatkan, agar kita tidak silau dengan upacara penyambutan yang akan diberikan kepada Presiden Suharto dalamkunjungan kenegaraan di Inggris tanggal 13 Nopember.

Ratu Elizabeth II dan suaminya Duke of Edinburg beserta putra mahkota, Prince of Wales menyambut kedatangan Presiden Suharto di Stasiun Victoria dipusat kota London, Kemudian membawa tamunya dengan perarakan yang megah, ke Istana Buckingham. 100 pasukan berkuda dari Household Cavalery mengiringi arak-arakan 7 kereta kerajaan.

Jika kita melihat kembali sejarah ke belakang, Joop Ave memang benar, sebab pada tahun 1602 kita pernah memberikan sambutan tradisi yang tidakkalah megahnya dengan apa yang terjadi di London pada tanggal 13 Nopember 1979.

Menurut catatan sejarah, pada tanggal 5 Juni 1602, Jenderal Sir James Lancaster mendarat di Banda Aceh, untuk menyampaikan surat Ratu Elizabeth I kepada Sultan Allaudin Riayat Shah. Jenderal Lancaster adalah duta Inggris pertama yang diutus membuka hubungan diplomasi dengan kerajaan Aceh, hingga ia disambut secara kebesaran.

Enam ekor gajah dikirimkan oleh Sultan dari Kraton untuk menjemput duta Inggris itu dari factori Belanda. Salah seekor gajah terbesar yang tingginya sekitar 13 atau 14 kaki (31/2 meter) diberi pelana dan pelindung sutera merah. Diatas pelana ini dalam sebuah bejana emas diletakkan surat Ratu Inggris kepada Sultan.

Jenderal Lancaster mengendarai gajah berikutnya, sedang para pengawal dan pengiring membunyikan terompet, kemudian terdapat lagi duapuluh pengawal yang membawa panji2 dari sutra, sesuai dengan adat yang berlaku.

Semua kehormatan ini diberikan kepada duta Inggris, karena bangsa Aceh memang gemar pada upacara dan arak-arakan, demikian tulis William Foster dalam bukunya "The Voyage of Sir James Lancaster" (Hakluyt Society, London 1940)

Bukan dalam perarakan saja Sir Lancaster disambut secara besaran oleh Sultan, tetapi juga dalam jamuan makan di Keraton. Arak (sebangsa tuak yang disadap dari pohon aren) dirasa terlalu keras, hingga Sir James minta dicampuri air. Hindangan lain berupa

"dua atau tiga ratus jenis hidangan yang terdiri dari daging yang dikukus, dipanggang atau direbus, disajikan dalam piring2 emas yang ditutup porselen Cina".

Dalam suratnya kepada Sultan Aceh, Ratu Elizabeth yang menyebut Sultan dengan "Our Loving brother” itu mengemukakan maksudnya untuk mengadakan perjanjian persahabatan dan perdamaian, dan meminta agar para saudagar Inggris dapat dengan bebas memasuki wilayah Aceh.

Permintaan itu dikabulkan hingga para pedagang Inggris dapat memasuki wilayah Aceh dan daerah takluknya dengan bebas dan dibebaskan dari segala pajak, bantuan bagi kapal dan awaknya yang mengalami bencana, dan perlindungan bagi warga negara Inggris dari gangguan rakyat pribumi.

Mungkin sudah menjadi kehendak sejarah, bahwa Kepala Negara Indonesia yang pertama kali menginjakkan kaki dibumi Inggris disambut oleh Ratu Elizabeth II, keturunan dari Ratu yang telah merintis hubungan diplomatik dengan Indonesia.

Maka tidaklah mengherankan jika Ratu memberikan sambutan yang cukup meriah untuk kunjungan Presiden Suharto ini.

Jurubicara Press Istana Mr. Hay mengatakan kepada para wartawan Indonesia di hotel Royal Horseguard, bahwa Ratu dan Pangeran Edinburg sangat menantikan kunjungan Presiden Soeharto.

Penyambutan secara resmi diberikan di stasiun Victoria yang terletak dijantung kota London. Ratu Elizabeth dan suaminya Duke of Edinburg dan Putera Mahkota Pangeran Charles telah menunggu di peron stasiun, ketika kereta api kerajaan yang membawa Presiden dan rombongan memasuki stasiun dari lapangan terbang Gattwick.

Sementara itu deretan penyambut terdiri dari Walikota London dan Westminster, Sherif kota London, Perdana Menteri Ny Margareth Tatcher, beberapa Menteri Kabinet dan para Kepala Staf Angkatan Perang lnggris.

Semua dalam pakaian kebesaran militer, sedang Walikota mengenakan jubbah jabatannya berwarna merah tua.

Dalam upacara militer yang berlangsung singkat di Hudson Palace Presiden Soeharto tersenyum waktu Komandan Barisan Kehormatan Mayor Digby Thomewill melaporkan dalam bahasa Indonesia, bahwa pasukan siap diperiksa.

21 kali tembakan meriam dilepaskan oleh pasukan Artileri Berkuda (Royal Horse Artilery) dari Hyde Park dan kompi Artileri Kehormatan dari Tower dari stasiun. Pemeriksaan pasukan yang terdiri dari batalyon Kawai (Coldstream Guard) dilakukan oleh Presiden didampingi Duke of Edinburg suami Ratu Elizabeth sedang Ratu dan Ibu Tien Suharto menunggu.

Perarakan dari stasiun Victoria ke Istana Buckingham merupakan puncak kemeriahan penyambutan. Tujuh kereta berkuda terbuka, membawa Presiden dan anggota rombongan resmi Indonesia, dikawal 100 pasukan berkuda (House hold Cavalery) dalam seragamnya yang semarak. Meskipun suhu diluar menunjukkan 5 derajat Celcius, tetapi matahari bersinar dengan cerahnya, ketika perarakan agung ini menempuh rute Wilton Road, Victoria Street, Parliament Square Whitehall (kompleks gedung2 Pusat Pemerintahan) Ardmiralty Arch, The Mall (jalan lurus yang menuju Istana Buckingham) Victoria Memorial yang lazim disebut Wedding Cake oleh penduduk London dan masuk Pintu Gerbang Utama Istana Buckingham.

Melalui lapangan dipelataran dalam (Quadragle) dimana telah siap pasukan kehormatan dari barisan kawal Royal Scotts Guard dengan seragam abu2 dan topi bulu berwarna hitam.

Pasukan ini hanya memberikan hormat senjata dan tidak diperiksa. Dipintu utama masuk Istana (Grand Entrance) Presiden dan lbu Tien Suharto, Ratu Elizabeth dan suaminya Duke of Edinburgh berpose sejenak untuk dipotret oleh juru foto resmi, demikian juga kamera film dan televisi yang sangat dibatasi jumlahnya diperkenankan mengambil gambar.

Di bangsal Agung Presiden diperkenalkan kepada Kepala Rumah Tangga (Lord Chamberlain) Lord Maclean dan The Duke of Northumberland (Lord Steward). Kemudian berturut2 diperkenalkan kepada pejabat2 Istana yang bertugas mengurusi keperluan ratu, seperti biduanda (Lady in waiting) Komandan Kawai Pribadi Sekretaris Pribadi, Ketua Korps Diplomatik (Mashall of Diplomatic Corps) dan Sekretaris Pribadi Pangeran Edinburgh.

Acara pertama di Buckingham adalah santap siang bersama Sri Ratu dan Pangeran Edinburgh, yang merupakan acara pribadi dan mesra. Santap siang ini diadakan di Bow Room sebuah ruangan makan yang yang menghadap ke taman belakang Istana dengan ambang jendela yang berbentuk lengkung.

Kamar ini termasuk salah satu ruangan bersejarah, karena diruangan inilah Ratu Victoria mengatakan maksudnya kepada Majelis Kerajaan (Privy Council) untuk mengawini pangeran Albert dari Saxon-Coburg Gotha. Jamuan santap siang pribadi ini menunjukkan bahwa Ratu Elizabeth ingin mendekatkan dirinya dengan tamunya, di luar ketentuan2 acara protokol.

Tidak ada laporan mengenai jamuan santap siap ini, hingga kita tidak dapat membandingkan dengan jamuan yang pernah diterima oleh utusan Ratu Elizabeth di istana Sultan Aceh pada tahun 1602.

Presiden Suharto dan anggota rombongan resmi yang terdiri dari para Menteri, staf dan dokter ptibadi serta pengawal pribadi tinggal di Istana Buckingham selama kunjungan di Inggris.

Presiden dan lbu Tien menempati dua ruangan di Belgian Suite yang terletak disudut barat laut Istana menghadap taman danjalan Constitution Hill Ruang ini terletak di lantai bawah, sedang para Menteri dan staf mendapat kamar2 di tingkat I dan II. Untuk acara2 resmi Presiden, seperti menerima kunjungan kehormatan para Menteri dan pemuka masarakat Inggris, dipergunakan Ruang 1644 yang bersebelahan dengan kamar Presiden.

Ruang ini merupakan ruang tamu dengan dinding dan permadani berwarna kuning, dilengkapi tungku pemanas ruangan, dan seperangkat meja-tulis gaya Regency.

Istana Buckingham merupakan kediaman resmi Raja/Ratu Inggris yang memerintah sejak Ratu Victoria naik tahta pada tahun 1837.Bangunan ini semula berupa rumah tinggal yang disebut Gorting‘s House, dibangun pada pemerintahan Raja

Charles I (1625-1649). Bangunan ini kemudian menjadi tempat tinggal Earl of Arling­ton dan diubah namanyamenjadi Arlington House. Nama Buckingham baru diberikan pada tahun 1703, waktu John Sheffield, the Duke of Buckingham mendiami bangunan itu.

Tahun 1761, Raja George III membeli bangunan itu dan pindah dari Istana St James ke Buckingham, George IV memerintahkan arsitek John Nash membangun kembali lstana Buckingham dalam gaya bangunan Palladium.

Dinding bangunan yang semula terbuat dari batu merah diganti dengan batu alum dari Bath (Bath stone). Waktu itu Istana Buckingham bentuknya belum seperti yang kita lihat sekarang, karena masih merupakan formasi huruf U, dengan satu sisi terbuka, mengelilingi sebuah lapangan (inner court).

Tahun 1847 sisi timur dari Istana yang sangat dikenal oleh masyarakat itu mulai dibangun, hingga seluruh Istana merupakan bangunan segi empat yang menutup lapangan dalam, yang kini disebut Quadrangle Pada tahun 1913, bangunan bagian Timur ini disempurnakan dalam rangka membangun Tugu Victoria Memorial (yang oleh penduduk London disebut Wedding Cake) yang dilaksanakan oleh Sir Aston Webbs.

Jika pada saat Ratu Victoria menaiki Istana Buckingham pada tahun 1837, istana ini masih berupa 300 kamar, dewasa ini Istana Kerajaan lnggris itu terdiri dari 600-kamar! Tetapi saudara jangan cepat kaget, karena jumlah yang 600 itu termasuk gang2 kamar kecil (WC) ruangan lift dll.

Menurut pandangan sepintas lalu, ukuran Istana Buckingham tidak beda dari Istana Merdeka kita, hanya karena gaya bangunannya yang lain (lebih menyerupai Departemen Keuangan, yang dulunya juga lstana Gubernur Jendral Belanda). Yang membedakan gaya bangunan Buckingham dengan Istana Jakarta atau Bogor, ialah bentuk ruangannya yang pada umumnya sempit dan berlangit2 rendah, untuk memudahkan pemanasan pada musim dingin dan penyejukan pada musim panas.

Namun dalam kemegahan ruangan2 Agung seperti Balai Mahkota (Throne Room), Ball Room tempat diselenggarakannya jamuan2 Negara, Music Room, Picture Gallery, Istana kita memang kalah pamor.

Lebih dari sekedar kediaman resmi Kerajaan, Istana ini bersama "Big Ben" (lonceng di menara gedung Parlemen) dan Tower Bridge, adalah merupakan lambang kebanggaan rakyat Inggris. Setiap tahun berjuta2 orang datang ke London, baik dari kepulauan Inggris, atau negeri2 persemakmuran untuk melihat Istana Buckingham, bergambar di samping pengawal atau di bawah patung Ratu. Victoria. Atau menyaksikan upacara pergantian kawal (Changing of the Guard).

Hari Selasa malam, tanggal 13 Nopember 1979, Sri Ratu memberikan jamuan kenegaraan ("State Banquette") bagi Presiden Suharto. Jamuan Kenegaran ini dilangsungkan di Ball Room yang merupakan ruangan terbesar di Istana, di mana di langsungkan jamuan2 negara dan pelantikan2 resmi, seperti pemberian gelar di raja dan lain2.

Menurut ketentuan protokol Inggris, dalamjamuan negara di Istana Buckingham, para tamu dan undangan harus mengenakan pakaian resmi "White Tie" (jas panjang hitam dengan rompi, kerah tegak dan dasi putih) sedang tamu wanita mengenai gaun malam panjang.

Dalam jamuan untuk Presiden Soeharto ini, tamu2 Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia, cukup mengenakan "Black Tie" (jas dan celana hitam dengan dasi kupu hitam) dan pici, sedang tamu wanita dapat mengenakan kebaya nasional. (DTS)

London, Sinar Harapan

Sumber: SINAR HARAPAN (03/12/1979)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 273-277.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.