SUDHARMONO: PROSES KETER BUKAAN TIDAK AKAN MELAMBAT [1]
Jakarta, Antara
Mantan Wapres Sudharmono, membantah kemunan melambatnya proses keterbukaan politik di Indonesia berkaitan dengan pernyataan Presiden Soeharto tentang peluang anarkisme di balik demokratisasi.
“Tidak mungkin melambat, justru jalan terus, ‘wong’ didorongnya kencang begitu,” katanya kepada pers seusai Pidato Kenegaraan Presiden di depan Sidang Paripuma DPR di Jakarta, Selasa.
Menurut Ketua Umum DPP Golkar periode 1983-1988 itu, pernyataan Kepala Negara tentang peluang anarkisme bermaksud menekankan segi tanggungjawab dari pelaksanaan demokrasi. “Semua juga mesti pakai tanggungjawab, ‘nggak’ bisa tanpa tanggung jawab ‘dong ‘, tapi semua akan jalan terus, keterbukaannya jalan terus, demokrasinya jalan terus, ini ‘kan demokrasi Pancasila,”katanya.
Dalam pidatonya, Presiden Soeharto menyatakan, perbedaan pendapat mernpakan salah satu ciri demokrasi yang harus dihormati, karena merupakan bagian dari hak asasi manusia. Sekalipun demikian, Indonesia sebagai negara hukum memiliki aturan-aturan. “Tanpa ada aturan dan tanpa mematuhi aturan, maka yang terjadi adalah anarki Bukan demokrasi,” kata Kepala Negara.
“Keinginan politik apapun sah diperjuangkan, asal dengan cara-cara yang demokratis dan konstitusional,” kata Mandataris MPR yang juga menekankan, keterbukaan yang diperlukan adalah keterbukaan yang bertanggungjawab.
Dalam hubungan ini, Sudharmono mengatakan, kesepakatan bersama tentang “keterbukaan yang bertanggungjawab” seperti yang dinyatakan Kepala Negara sudah termuat dalam UUD dan UU.
“Semua ‘kan ada aturannya, sudah ada mekanismenya, hukumnya, wah begitu luas. Kebebasan dikembangkan menurut aturan. “Aturann ya apa? UUD sebagai pokok dan ada pula UU,”kata Sudharmono yang mantan Wapres RI periode 1988 -1993 itu. Dia juga menyatakan sependapat bahwa keterbukaan perlu terus dikembangkan, tapi secara teratur sebagaimana ciri sebuah negara hukum . (T-PU.17/B/DN.Ol/RB1/ 16/08/9413:59)
Sumber: ANTARA (l6/08/1994)
_________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 96-96.