SWASTA OPTIMIS TARGET DANA INVESTASI PELITA VI TERCAPAI[1]
Jakarta, Antara
Kalangan dunia usaha swasta merasa optimis akan mampu menghimpun dana investasi sebesar 73 persen dari total dana Rp 660 triliun yang dibutuhkan selama Pelita Vl.
Presiden Direktur PT. Gunanusa Utama, Iman Taufik ketika diminta tanggapannya di Jakarta, Rabu, mengemukakan bahwa target investasi oleh swasta sebesar 73 persen itu cukup realistis dan yakin dapat dikumpulkan. Ketika menyampaikan pidato mengenai Nota Keuangan dan RAPBN tahun 1994/ 1995 di depan Sidang Paripurna DPR pekan lalu, Presiden Soeharto mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2 persen setahun selama Pelita Vl dibutuhkan dana investasi Rp.660 triliun.
Dari total dana yang dibutuhkan itu pemerintah hanya mampu menyediakan sekitar 23-27 persen, sedangkan selebihnya (73 persen) diharapkan dari dunia usaha swasta. Menurut Iman Taufik, optimisme dunia usaha swasta itu perlu ditunjang oleh peraturan dan kemudahan yang diperlukan dalam proses efisiensi kegiatan usaha.
“Kalau pemerintah sudah mampu menciptakan ekonomi biaya rendah di dalam negeri,dengan bantuan lobi dari pengusaha, dana investasi dapat diupayakan mengalir ke dalam negeri,” tambahnya lagi.
Hal senada juga dikemukakan Presiden Direktur PT. Bukaka Teknik Utama, Fadel Muhammad, bahwa upaya penarikan dana investasi perlu ditunjang oleh kebijakan yang lebih memungkinkan para investor melihat adanya peluang usaha yang menguntungkan di Indonesia.
“Pada dasarnya dunia usaha swasta mampu mengumpulkan dana investasi seperti yang diharapkan pemerintah, namun masalahnya pemerintah juga harus membantu dunia usaha swasta dengan memberikan kemudahan,” tegas produsen garbarata tersebut.
Lebih Banyak
Iman dan Fadel sependapat bahwa untuk menarik dana investasi dapat diupayakan dengan menciptakan pengusaha-pengusaha baru, dan hal itu hanya akan terjadi apabila ada peluang usaha.
“Pengusaha itu cara berpikirnya selalu berorientasi bisnis. Jadi tidak akan ada pengusaha kalau tidak ada peluang untuk berusaha,” tambah Fadel.
Sebenarnya, kata Iman, Indonesia dapat bersaing dengan negara Asia lainnya seperti Cina dan Vietnam dalam menarik investasi, namun masalahnya Indonesia masih dirasa kurang dalam pemberian insentif.
“Dari segi kepastian hukum Indonesia masih unggul dibanding Cina dan Vietnam, tetapi dari segi insentif tidak,”tambahnya. Dia mencontohkan,”tax holiday “yang sangat diinginkan terutama investor asing tidak diterapkan dalam kegiatan investasi di dalam negeri, dan hal itu juga menjadi pertimbangan lain bagi investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia.
Senada dengan kedua pengusaha tersebut, Dirut PT. Tri Patra, Pandri Prabowo, mengemukakan rasa optimisnya, namun rasa optimis itu harus didukung berbagai kemudahan, tranparansi dan daya saing aturan investasi. Tanpa itu, katanya, Indonesia akan kalah bersaing dengan negara lain, khususnya Malaysia dan Thailand.
Saat ini, menurut dia, iklim investasi di Indonesia masing kurang kompetitif karena pengadaan lahan yang memakan waktu satu sampai dua tahun, belum satu atapnya pengurusan izin lokasi dan belum siapnya infrastruktur seperti listrik dan telekomunikasi.
Jika berbagai prasyarat dalam investasi tersebut dapat dipenuhi, tegasnya, tidak Sementara itu Wakil Ketua Umum Kadin Achmad Nurhani menilai perlunya swasta memperkuat kemampuan lobinya untuk menarik investor asing menanamkan modalnya di Indonesia. Jika perlu, katanya, dibentuk satu badan terdiri atas kumpulan pengusaha untuk melakukan lobi dengan memanfaatkan pelobi dalam negeri dan asing. Dia juga melihat perlunya pemerintah menciptakan iklim investasi yang kondusif. (T-PE05/PE04/12/01!94 13:16/EUOl/12/01/9413:16/RUl/13:20)
Sumber: ANTARA (12/01/1994)
________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 182-184.