SWASTA SULIT HARAPKAN PENGUMPULAN INVESTASI RP 660 TRILlUN

SWASTA SULIT HARAPKAN PENGUMPULAN INVESTASI RP 660 TRILlUN[1]

 

Jakarta, Antara

Pihak swasta sulit diharapkan dapat menyumbang 73 persen dari total investasi sebesar Rp 660 triliun yang diperlukan selama Pelita Vl untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2 persen per tahun.

“Dengan iklim investasi yang ada saat ini, swasta tidak dapat diharapkan terlalu banyak berpartisipasi,” kata pengamat ekonomi, Kwik Kian Gie yang dimintai tanggapannya mengenai pidato pengantar Presiden Soeharto mengenai Nota Keuangan dan RAPBN 1994/95 di depan Sidang Paripuma DPR di Jakarta, Kamis.

Seperti yang telah dikatakan oleh pemerintah, dari rata-rata investasi per tahun yang dibutuhkan selama Pelita VI yaitu Rp 130 triliun, pemerintah hanya mampu menyumbang Rp23-Rp27 triliun.

“Hal itu menunjukkan bahwa swasta merupakan tumpuan harapan terbesar (sekitar RplOO triliun per tahun ), sementara nilai investasi swasta dalam tahun-tahun terakhir tidak menunjukkan angka yang menggembirakan.

Menurut dia, kesanksian tersebut semakin kuat apabila dikaitkan dengan penurunan penanaman modal asing (PMA) yang pada tahun 1993 turun sebesar 22,3 persen dibanding jumlah investasi tahun 1992. Selain itu, bursa efek yang juga dibebankan dalam pengumpulan investasi itu juga tidak bisa diharapkan karena hasil penjualan saham yang terjadi selama ini, dalam realisasinya tidak digunakan untuk menambah investasi baru.

“Perdagangan saham memang meningkat, dan perusahaan yang ‘go public’ untung, tetapi para pengusaha itu tidak melakukan reinvestasi sehingga tidak ada tambahan investai seperti yang diinginkan pemerintah,” katanya.

Harus Deregulasi

Kalaupun pemerintah tetap mengharapkan swasta berperan serta dalam pengumpulan investasi, semua bentuk peraturan yang ada, khususnya yang menyangkut dunia usaha harus dideregulasi.

“Pemerintah harus menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang dapat memberikan peluang bagi investor untuk masuk ke dalam negeri, “jelas anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Karya Pembangunan (FKP), Tadjoed din Noersaid.

Namun, lanjutnya, penciptaan kondisi-kondisi baru yang biasanya berbentuk deregulasi itu hendaknya tidak merugikan kepentingan masyarakat umum. Wakil Ketua Umum Kadin, Iman Taufik yang juga dimintai tanggapannya mengenai target investasi selama Pelita VI itu mengatakan, target tersebut dirasakan oleh swasta cukup berat.

“Saya pribadi tidak optimis mengingat saat ini negara -negara maju seperti Jepang saja sedang mengalami kelesuan ekonomi,”katanya.

Menurut dia, satu-satunya jalan untuk menambah investasi itu adalah dengan membuat lebih banyak lagi mega-mega proyek menjadi penanaman modal asing Ketika disinggung masalah efisiensi industri, dia mengatakan, proteksi yang banyak diberikan ke beberapa sektor industri selama ini harus dikikis habis karena dengan cara itu pencapaian target investasi kemungkinan dapat terealisasi. (T-PE05-PE01/eu03/21.20/RE2/ 6/01/94 23:41)

Sumber:ANTARA(06/01/1994)

____________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 150-152.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.