TAHAPAN KRITIS PENYELANGARAN HAJI TERLAMPAUI[1]
Jakarta, Antara
Menteri Agama Tarmizi Taher menyatakan, tahapan yang dianggap kritis dalam penyelanggaraan haji tahun ini sudah terlampaui dan diharapkan tidak ada masalah lagi hingga penyelanggaraan ini berakhir. Pernyataan Menag itu diulangi Ketua Umum Pengurus Besar Muhamadiyah Dr. Amien Rais di hadapan wartawan di Jakarta, Selasa, seusai menghadap Menag Tarmizi Taher untuk melaporkan rencana penyelanggaran Muktamar Muhamadiyah ke-43 di Banda Aceh awal Juli 1995. Menag, ujar Amien Rais, mengakui adanya kekalutan dalam penyelanggaran haji tahun ini dan sumber kekalutan itu akan dicoba diatasi efektif di tahun-tahun mendatang.
Dijelaskan, kekalutan itu terjadi karena adanya praktek “percaloan” yang dilakukan orang-orang yang “menangguk ikan di air keruh” dan percaloan ini ternyata melibatkan banyak pihak. Menurut Amien Rais, Menag Tarmizi Taher bertekad hal semacam itu tidak terulang lagi, oleh sebab itu hal-hal yang menyebabkan kekacauan akan “dipagari” di masa mendatang. Menyinggung penyelanggaran Muktamar tersebut, Amien Rais menyebutkan akan dibuka Presiden Soeharto dan akan ditutup Menag Tarmizi Taher. Menurut rencana, banyak kalangan yang diundang dalam kegiatan yang menelan biaya Rp2,3 miliar tersebut antara lain, para pakar Islam dari AS, Eropa, Jepang dandari negara lain di samping 250 peserta Muktamar dari berbagai cabang di daerah, Ia mengharapkan Muktamar tersebut akan berjalan mulus, tidak ada ganjalan sehingga berhasil melahirkan putusan yang sesuai dengan harapan bersama.
“Selama ini peta Muhamadiyah itu cukup sejuk tidak ada plurarisasi yang tajam. Perbedaan pendapat memang ada tetapi masih dalam suasana yang sehat, karena itu saya yakin muktamar ini akan berjalan cukup baik,” katanya.
Namun ia juga mengakui, kendati peta Muhamadiyah itu cukup sejuk tetapi menjelang Muktamar ini tentu suasana ada kenaikan suhu sedikit, umpamanya kini sudah terdapat surat kaleng yang isinya tidak ada mengandung kebenaran, demikian Amein Rais didampingi beberapa pengurus PB Muhamadiyah yang lain.
27 Meninggal
Keterangan dari Posko haji di Jakarta, Selasa, menyebutkan jemaah haji Indonesia yang meninggal di Tanah Suci 27 orang setelah dalam dua hari terakhir ini lima jemaah haji lagi yang meninggal. Jemaah yang meninggal belakangan, Kamilah bin Kalim (52) kloter Halim perdanakusuma Jakarta asal Serang, wafat di Pondokan Madinah, Munari bin Samsudin (63) kloter Juanda Surabaya asal Lombok Tengah, wafat di Makkah, Hasan bin Sarpin (64) kloter Halim perdanakusuma Jakarta asal Kerawang Jawa Barat. Ketiga jemaah tersebut meninggal karena penyakit jantung, sementara jemaah lain, Indi bin Ito (80) asal Cibogor, Bogor Tengah, Jawa Barat Timur, kloter Halim perdanakusuma Jakarta akibat penyakit paru, serta Syafiudin bin Subana (74) asal Mandingan Situbondo Jawa Timur kloter Juanda Surabaya, karena usia lanjut. Sementara hingga hari ke-22 kedatangan jemaah haji Indonesia yang telah tiba di Arab Saudi tercatat 334 kloterdengan 145.092 orang jemaah haji. Mereka terdiri atas 143.230 jemaah, 1.694 petugas kloter serta 168 petugas nonkloter. Konjen RI di Jeddah seperti yang dikutip posko haji melaporkan, Daerah Kerja (Daker) Madinah melepas keberangkatan 42 petugas kloter ke Makkah, jadi hingga kini tercatat 174 petugas kloter yang tertunda keberangkatannya telah bergabung kembali dengan kloternya. Menurut laporan Konjen, petugas kloter ini telah berada di Madinah rata-rata enam hari dan kemudian diberangkatkan ke Makkah. Kepada petugas kloter itu, Kepala Subko TPHI Makkah Drs. Baidhwy mengharapkan agar segera beradaptasi dengan jemaah serta menyelasaik:an masalah yang tertinggal yang masih ada di kloternya secara baik. Proyek perluasan Masjid Namirah Rafah dilaporkanjuga sudah selesai dan siap dimanfaatkan pada musim haji tahun ini . Pelaksana proyek masjid tersebut, Al-Ustadz Sa’ad Jamil menjelaskan, areal lapangan masjid telah dipasangi karpet dingin yang lembut. Di halaman sekitar masjid ditanami pohon yang rindang dan pemasangan kran-kran air sehingga jemaah dapat beribadat dengan lancar dan mudah, masjid itu mampu menampung 500 tibujemaah. (T-BJM-002/B/DN02-25 /04/95 18:19/ru2)
Sumber : ANTARA(02 /05/1995)
_________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 487-489.