TAHUN 1976 KITA TINGGALKAN DENGAN TENANG DAN SELAMAT TAHUN 1977 KITA MASUKI DENGAN PENUH HARAPAN [1]
Jakarta, Antara
RESIDEN SOEHARTO menyatakan bahwa
“kita sekarang akan meninggalkan tahun 1976 dengan tenang dan selamat meskipun telah teljadi masalah2 yang memprihatinkan dan akan memasuki tahun 1977 yang akan penuh tantangan dan ujian tetapi juga penuh harapan”.
Dalam pidato akhir tahun yang ditujukan langsung kepada seluruh rakyat Indonesia, Kepala Negara mengatakan bahwa sungguh pun terjadi berbagai bencana, baik stabilitas ekonomi maupun stabilitas keamanan tetap tidak terpengaruhi.
Penyediaan bahan2 pokok keperluan rakyat terutama pangan tetap lancar dan cukup. Laju inflasi dapat terkendali, bahkan lebih rendah dari tahun 1975, yaitu 14,2 % dalam tahun 1976 dibanding dengan 19,7 % dalam tahun 1975.
Pelaksanaan pembangunan, pelaksanaan Repelita II tahun 1976 dapat beljalan sesuai dengan rencana, sungguh pun situasi ekonomi dunia belum tampak cerah dan akibat2 masalah Pertamina masih terasa pula, demikian Presiden.
Presiden Soeharto menganjurkan kepada rakyat untuk dalam Pemilihan Umum tahun 1977 menggunakan hak pilihnya dengan sadar dan bebas dengan demikian berarti bukan hanya melaksanakan kehidupan demokrasi. Tetapijuga maju selangkah lagi dla1am membina danmenegakkanmekanisme kepemimpinan nasional berdasarkan Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945.
Timor Timur
Kepala Negara yang dalam permulaan pidatonya “Selamat Tahun Baru” kepada seluruh masyarakat di seluruh pelosok tanah air dan “Selamat Natal” kepada mereka yang beragama Kristen, menekankan perlunya bangsa Indonesia untuk kesekian kalinya mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa berkat ridho dan bimbingan-Nya rakyat Timor-Timur telah berhasil menetapkan kehendaknya sendiri untuk bergabung dengan saudara2nya rakyat Indonesia.
Diharapkan, dalam tahun 1977 rakyat Timor-Timur akan mempunyai kesempatan yang makin luas untuk membangun daerahnya.
Menyinggung pelaksanaan pembangunan selama tahun 1976, Kepala Negara mengatakan bahwa dalam tahun tsb. telah diselesaikan dan dioperasikan proyek2 besar seperti SKSD Palapa, Perakitan Pesawat Terbang Nurtanio, Pabrik Pupuk Pusri III, Jalan Raya Sumatera serta ratusan proyek dan pabrik2 besar dan kecil lainnya yang tersebar di seluruh tanah air.
Stabilitas Ekonomi dan Keamanan
Presiden mengatakan, dalam tahun 1976 kita telah mengalami berbagai bencana alam, seperti gempa bumi di Irian Jaya dan Bali, musim kekeringan yang panjang pada berbagai daerah di samping meluasnya hama wereng serta banjir.
Bencana-bencana tersebut telah menimbulkan penderitaan dan korban pada rakyat. Juga telah menimbulkan gangguan terhadap tercapainya produksi pangan dalam tahun ini. Namun kita dapat bersyukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bahwa dengan keprihatinan dan kewaspadaan kita yang tinggi, dengan pengertian dan tanggapan masyarakat secara spontan untuk meringankan beban penderitaan rakyat yang tertimpa bencana, berkat tindakan cepat dari instansi-instansi Pemerintah untuk mengatasi berbagai bencana tersebut, keadaan yang lebih parah dapat dicegah. Terjadinya bencana-bencana tersebut tidak sampai mempengaruhi keadaan stabilitas yang ada, baik stabilitas ekonomi maupun stabilitas keamanan.
Penyediaan bahan-bahan pokok yang diperlukan oleh rakyat, terutama pangan tetap dapat berjalan dengan lancar dan cukup. Laju inflasi dalam tahun 1976 tetap dapat dipertahankan dan terkendali lebih rendah daripada tahun 1975, yaitu 14,2 % dalam tahun 1976 dibanding dengan 19,7 % dalam tahun 1975, kata Presiden.
Meratakan Pembangunan
Pelaksanaan pembangunan, pelaksanaan Repelita II dalam tahun 1976, demikian Presiden, telah dapat berjalan sesuai dengan rencana, meskipun situasi ekonomi dunia belum tampak cerah dan akibat-akibat masalah Pertamina masih terasa pula.
“Dalam tahun 1976 kita telah dapat menyelesaikan dan mengoperasikan proyekproyek besar seperti SKSD Palapa, Perakitan Pesawat Terbang Nurtanio, Pabrik Pupuk Pusri III, Jalan Raya Sumatera, serta ratusan proyek-proyek dan pabrik-pabrik besar dan kecil lainnya yang tersebar di seluruh Tanah Air,” demikian Kepala Negara.
Presiden Soeharto selanjutnya mengemukakan langkah-langkah kebijaksanaan penting yang telah diambil dalam rangka makin meratakan pembangunan kearah menciptakan keadilan sosial dan memperhatikan golongan ekonomi lemah.
“Kita telah mulai melaksanakan kredit candak kulak disamping mengintensifkan pelaksanaan kredit-kredit yang lain seperti kredit bimas, kredit investasi kecil, kredit modal kerja permanen, kredit mini dan lain-lain. Kita telah merintis jalan kearah terlaksananya pasar modal yang dapat memberikan kesempatan kepada golongan rakyat yang luas untuk turut memiliki perusahaan-perusahaan swasta yang besar dan sehat,” demikian Presiden.
”Demikian juga kita lanjutkan usaha untuk meningkatkan dan memperbaiki nasib petani dengan memperbaiki paket bimas, perluasan penjualan dan menyamakan harga pupuk pada tingkat yang cukup rendah serta menaikkan harga dasar pembelian padi/beras juga telah ditetapkan prosedur tata-niaga cengkeh dalam negeri dengan menetapkan harga dasar pembelian yang menjamin dan melindungi penghasilan petani cengkeh yang dewasa ini telah makin meluas di seluruh wilayah Indonesia”
S.P.P.
Untuk memperluas kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak-anak untuk masuk SD, kata Presiden Soeharto, maka disamping telah dibangun dan direhabilitir ribuan gedung-gedung sekolah, mulai tahun pendidikan yang akan datang ini SPP bagi SD kelas satu sampai kelas tiga dihapuskan.
Presiden mengharapkan agar kebijaksanaan itu benar-benar dapat dilaksanakan.
Jangan sampai dengan hapusnya SPP ini muncul pungutan-pungutan dalam bentuk lain.
Pungutan-pungutan semacam itu adalah liar dan tidak dapat dibenarkan, kata Kepala Negara.
Dalam tahun 1976 ini dan bahkan sejak Orde Baru 10 tahun yang lalu kita telah mencapai kemajuan-kemajuan bukan saja di bidang ekonomi, tetapi dalam melaksanakan pembangunan dan pembinaan bangsa dan negara pada umumnya.
Tindakan Tegas Terhadap Penyeleweng2
Presiden mengemukakan bahwa tindakan-tindakan tegas telah dilakukan oleh alat-alat negara terhadap penyelundupan, pengedar narkotik, korupsi dan pelakupelaku kejahatan keuangan lainnya seperti yang dilakukan oleh Kepala Dolog Kalimantan Timur dan lain-lain.
Tindakan-tindakan ini akan terus dilakukan oleh Pemerintah untuk mengurangi sampai sekecil mungkin hal-hal yang negatif itu. Usaha-usaha ini akan lebih berhasil apabila masyarakat juga memberikan partisipasinya, disatu fihak tidak melakukan tindakan-tindakan yang malahan mendorong pejabat-pejabat melakukan penyelewengan dan di lain fihak membantu alat-alat negara yang berwenang untuk memperlancar pemberantasan perbuatan-perbuatan jahat dan tercela itu.
Perhatian Jangan Hanya Terhadap yang Negatif
Namun, demikian Presiden,
”yang lebih penting lagi adalah, bahwa dengan tetap menyadari sepenuhnya akan masih adanya hal-hal negatif tersebut dan perlunya terus dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pemberantasannya, kita tidak perlu terlalu berkecil hati perhatian dan pandangan kita jangan hanya tertuju pada hal-hal yang negatif saja yang akan mematahkan semangat pembangunan kita”.
“Saya perlu mengingatkan hal ini, karena akhir-akhir ini telah terjadi peristiwaperistiwa yang membesar-besarkan hal-hal yang negatif itu di luar kewajarannya, bahkan tanpa dasar dan tidak benar, yang mempunyai tujuan atau bernada merongrong kewibawaan Pemerintah dan pimpinan nasional seperti peristiwa “Sawito” dan peristiwa ”Newsweek”. Terhadap peristiwa-peristiwa semacam itu, kita harus benar-benar waspada dan Pemerintah akan bertindak tegas sesuai hukum yang berlaku”.
Presiden mengatakan bahwa stabilitas keamanan tetap terpelihara dan bahkan makin mantap, bahwa dengan makin mantapnya keamanan itu Pemerintah telah mengambil kebijaksanaan untuk terus melaksanakan pembebasan tahanan ex G-30-S/PKI golongan B. Menjelang akhir tahun 1976 saja telah dibebaskan tidak kurang dari 2.500 orang tahanan golongan B.
Pemerintah mengharapkan agar mereka yang telah dibebaskan dapat menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dan suasana pembangunan, dan sekali-kali tidak menyalahgunakan kebebasan yang telah diberikan itu dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban.
Tata Ekonomi Dunia yang Adil dan Seimbang
Presiden Soeharto menyatakan bahwa dewasa ini keadaan resesi ekonomi dunia dapat dikatakan telah melampaui titik krisis yang diharapkannya akan makin membaik di tahun 1977 nanti.
Dalam pada itu usaha-usaha yang dilakukan oleh negara-negara maju dan negara yang sedang membangun dalam rangka menemukan rumusan yang mantap untuk menciptakan tata ekonomi dunia yang lebih adil dan seimbang, menurut Presiden berjalan lamban. Bersama-sama dengan negara-negara berkembang lainnya Indonesia akan terus memperjoangkan terciptanya tatanan ekonomi dunia baru itu, tata-ekonomi dunia yang adil dan seimbang, yang memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi negara-negara yang sedang berkembang untuk mencapai kemajuan yang lebih pesat, untuk mempersempit jurang perbedaan antara negara-negara maju yang kaya dan negara-negara yang sedang berkembang yang sangat terbatas kemampuannya, demikian Kepala Negara.
Dalam hubungan ini patut dicatat, demikian Presiden, bahwa ASEAN telah makin bulat tekadnya untuk menggalang kerjasama yang efektif untuk memajukan tingkat kesejahteraan rakyat masing-masing dan untuk meningkatkan ketahanan nasional masing-masing maupun ketahanan regional. Kebulatan tekad yang telah diputuskan di Bali dalam KTT ASEAN pada bulan Pebruari 1976, dewasa ini telah dilakukan langkah-langkah pelaksanaannya.
Pemilihan Umum
Presiden lebih lanjut mengemukakan, bahwa dengan dilaksanakannya Pemilihan Umum tahun 1977 sebaik-baiknya bukan hanya berarti dilaksanakannya kehidupan demokrasi, tetapi juga berarti maju selangkah lagi dalam membina dan menegakkan mekanisme kepemimpinan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kepala Negara menganjurkan kepada rakyat yang berhak memilih untuk menggunakan haknya sebaik-baiknya dengan sadar dan bebas memilih “tanda gambar” peserta Pemilu yang sesuai dengan aspirasinya, yang dapat diharapkan akan menyuarakan dan memperjoangkan kepentingannya, kepentingan rakyat banyak, kepentingan negara dan bangsa, kepentingan pembangunan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Dengan Pemilihan Umum itu akan dipilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di DPR dan MPR. MPR hasil Pemilihan Umum tahun 1977 itu akan mengadakan sidang umumnya pada bulan Maret tahun 1978 yang akan menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara dan memilih Presiden serta Wakil Presiden untuk lima tahun berikutnya. Apabila ini semua dapat terlaksana dengan baik, maka pelaksanaan aturan permainan dalam menegakkan kepemimpinan nasional sesuai dengan ketentuan dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 akan makin mantap, dan stabilitas nasional yang dinamis, kehidupan kebangsaan yang bersatu dan bergairah akan makin terjamin.
“Demikian juga kita harus berusaha untuk mensukseskan pelaksanaan pembangunan-khususnya pelaksanaan Repelita II, karena Repelita itu adalah pelaksanaan dari Garis-garis Besar Haluan Negara, amanat Rakyat. Hanya dengan pembangunan itulah kita akan dapat mengisi kemerdekaan, dan hanya dengan pembangunan yang terus sambung menyambung, kita akan dapat memerangi keterbelakangan, kemiskinan dan berbagai kepincangan sosial,” kata Presiden.
Dengan suksesnya pelaksanaan Pemilihan Umum dan pelaksanaan pembangunan itu, demikian Presiden, maka tekad dari Orde Baru yaitu melaksanakan tatanan kehidupan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tatanan kehidupan yang demokratis, konstitusionil dan berdasarkan hukum menuju pada masyarakat yang sejahtera telah dilaksanakan makin baik.
“Marilah kita masuki tahun baru 1977 itu dengan tekad untuk mensukseskan tugas-tugas nasional itu.”
“Tahun 1977 sungguh merupakan tahun yang akan penuh tantangan dan ujian, tetapi juga penuh harapan”.
“Dengan persatuan dan pengertian bersama, dengan kewaspadaan yang tetap tinggi dengan kerja keras dan tidak lupa dengan tetap taqwa kepada Tuhan Yang Maha esa, pasti kita dapat menyelesaikan tugas-tugas yang berat itu dan kita bangsa Indonesia akan mencapai kemajuan dan kebahagiaan yang makin merata,” demikian Presiden Soeharto. (DTS)
Sumber : ANTARA (01/01/1977)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 273-275.