TAHUN 1984 PENUH UJIAN BERAT DAN TANTANGAN BESAR

TAHUN 1984 PENUH UJIAN BERAT DAN TANTANGAN BESAR

PIDATO AKHIR TAHUN PRESIDEN :

Tahun 1983 bangsa Indonesia telah berhasil keluar dari gemblengan dan mengisi tahun itu dengan karya-karya besar. Namun tahun 1984 sebagai tahun pertama. Repelita IV, jelas bukan masa yang disinari bulan purnama. Tahun ini penuh ujian berat dan tantangan besar.

Presiden Soeharto menyatakan hal ini dalam pidatonya menyambut berakhirnya tahun 1983 dan memasuki Tahun Baru 1984 yang disiarkan lewat TVRI dan RRI di Jakarta, Sabtu malam.

Dalam kesempatan ini, Kepala, Negara menyerukan kepada bangsa Indonesia, agar tahun depan ini dihadapi dengan tabah dan penuh rasa percaya pada diri sendiri.

”Tahun 1984 dihadapan kita, akan penuh dengan tantangan dan ujian berat. Kita harus bekerja lebih tekun dan cermat agar dapat keluar dari tekanan yang menghimpit kita, baik karena resesi ekonomi dunia yang berkepanjangan, maupun tekanan­tekanan berat lainnya yang kita rasakan dalam tahun ini," demikian Presiden Soeharto.

Waspada

Selain itu, Presiden mengingatkan agar bang sa Indonesia waspada mengamati perkembangan dunia dan pengaruh buruk yang bisa mengenai kita.

Dikatakan, keamanan dunia kini sedang dalam ujian yang sulit dan membahayakan, pergolakan di berbagai kawasan tidak mereda, malahan menjadi-jadi. "Ketegangan dan perlombaan senjata antara kekuatan-kekuatan besar dunia terus mendekati titik gawat," katanya.

Berkaitan dengan ini, Presiden menyerukan agar bangs a Indonesia berpegang teguh pada pesan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Agar kita ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Di satu pihak, kita berusaha keras ikut mencari jalan keluar agar keadaan dunia tidak lebih parah. Dilain pihak kita berusaha ikut mempertahankan tatanan dunia yang lebih menjamin perdamaian dan keadilan.

Karya-karya besar

Menurut Presiden Soeharto seperti tahun-tahun sebelumnya dalam era Orde baru, maka tahun 1983 ini merupakan salah satu tahun yang telah dapat diisi dengan karya-karya besar. Antara lain menyelenggarakan tugas konstitusional yang besar, yakni Sidang Umum MPR.

Dalam SU MPR itu rakyat yang berdaulat melalui wakil­wakilnya menetapkan sendiri masa depan mereka dengan menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Selanjutnya mereka juga telah memilih Presiden sebagai Mandataris yang wajib melaksanakan GBHN dan putusan2 MPR selain itu juga telah terpilih Wakil Presiden.

Dalam tahun ini pula, Presiden telah membentuk Kabinet Pembangunan IV untuk membantu Presiden dalam mengemban tugas memimpin bangsa dan negara. Selain itu, Presiden telah menetapkan Panca Krida sebagai program Kabinet.

Dengan berlangsungnya Sidang Umum MPR ini, kata Presiden, bangsa Indonesia makin diperkaya dengan berbagai pengalaman melaksanakan mekanisme kepemimpinan nasional seperti yang ditunjukkan UUD 1945.

Satu-satunya asas

Karya besar di bidang ideologi ialah, GBHN 1983 menegaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas politik bagi semua kekuatan sosial politik. Ini berarti melalui konsensus nasional, kita berusaha merampungkan secara tuntas adanya kesatuan pandangan dan sikap mengenai Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup dan ideologi bangsa yang selama ini terasa belum bulat dan tuntas.

Dalam rangka penataan organisasi-organisasi kemasyarakatan, kata Presiden, dengan rasa lega telah nampak adanya tekad makin luas dari kalangan organisasi kemasyarakatan menegaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas mereka. ‘Semuanya itu adalah gerak sejarah yang tidak mungkin terbendung dalam pemantapan Pancasila," ujarnya.

Selanjutnya dikatakan, tahun 1983 MPR menegaskan melalui GBHN, pembangunan nasional adalah pengamalan Pancasila. Ini berarti titik perjuangan bangsa Indonesia makin maju, dari pengamanan Pancasila ke pengamalan Pancasila. Namun Presiden memperingatkan, dalam pengamalan ini perlu tetap waspada terhadap bahaya laten dari kekuatan-kekuatan ekstrim yang tidak sejalan dengan Pancasila.

Di bidang ekonomi

Karya besar di bidang ekonomi yang dibuat tahun ini ialah pemerintah bersama DPR telah menghasilkan tiga buah undang-undang perpajakan.

"Ini adalah undang­undang perpajakan bersifat nasional yang mencerminkan semangat kegotongroyongan dan keadilan yang berakar pada kepribadian kita sendiri," ujarnya.

Dikatakan, dalam undang-undang itu bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai wajib pajak yang baik, sadar dan bertanggung jawab memberi iuran kepada kehidupan negara dan pembangunan bangsa.

Presiden selanjutnya mengatakan tahun ini telah dilakukan devaluasi mata uang rupiah dan penjadwalan kembali sejumlah proyek-proyek pembangunan besar yang memerlukan pembiayaan rupiah dan luar negeri yang besar. Dikatakan ini untuk mengamankan neraca pembayaran dan mengamankan pelaksanaan pembangunan.

Dalam rangka mengerahkan dana masyarakat untuk pembangunan tahun ini telah ditempuh kebijaksanaan baru dibidang perbankan, terutama yang menyangkut suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman perbankan.

Pengamanan

Presiden mengatakan, meskipun langkah-langkah itu dirasa berat namun merupakan rangkaian langkah untuk pengamanan jangka pendek, menengah dan panjang, dengan tujuan agar dapat memelihara dan melanjutkan pembangunan. Dan ini sekaligus sebagai persiapan meletakkan kerangka landasan pembangunan dalam Repelita IV nanti.

Selanjutnya kepala negara mengatakan, dengan langkah-langkah tersebut temyata ekonomi nasional masih dapat bertahan dan mencapai berbagai kemajuan di tengah resesi ekonomi dunia.

Meskipun telah diambil langkah-langkah berat di bidang ekonomi, seperti misalnya devaluasi dan kenaikan harga BBM, namun laju inflasi bisa dikendalikan.

Semula diperkirakan laju inflasi akan mencapai 20 persen seperti tahun 1978 ketika diadakan devaluasi rupiah, tapi ternyata dapat dikendalikan di bawah 11,5 persen. Demikian pula produksi pangan, khususnya beras, masih dapat meningkat tahun 1983, meskipun tahun 1982 lalu terjadi kemarau panjang.

Di tahun 1983 lalu, juga telah dapat diselesaikan berbagai proyek pembangunan besar sesuai rencana. Misalnya pabrik-pabrik semen dan pupuk, proyek-proyek perkebunan, kilang-kilang minyak dan gas alam cair, pusat-pusat listrik dan sejenisnya.

Selain itu produksi danhasil ekspor nonmigas mengalami peningkatan, walaupun tidak besar.

"Semuanya itu membuat kita mensyukuri tahun 1983 yang kita tinggalkan," demikian Presiden", Soeharto. (RA)

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (02/01/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 509-512.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.