TAHUN 77 MERUPAKAN UJIAN TAHUN TAPI PENUH HARAPAN

HM Soeharto dalam berita

Pidato Akhir Tahun Presiden Soeharto :

TAHUN 77 MERUPAKAN UJIAN TAHUN TAPI PENUH HARAPAN [1]

 

Jakarta, Merdeka

“Marilah kita masuki tahun baru 1977 itu dengan tekad untuk mensukseskan tugas-tugas nasional,” ujar Presiden Soeharto, Jumat malam, ketika ia mengucapkan pidato akhir tahunnya melalui TVRI dan RRI yang disiarkan keseluruh pelosok Nusantara.

Dalam tahun 1976 dan bahkan sejak Orba 10 tahun yang lalu kita telah mencapai kemajuan2 yang bukan saja dibidang ekonomi, tetapi dalam melaksanakan pembangunan dan pembinaan bangsa dan negara pada umumnya.

Dalam tahun 1977 akan di hadapi tugas2 yang sangat penting dan berat. Disamping tugas melanjutkan pelaksanaan Repelita II, akan dihadapi pelaksanaan Pemilu 1977 dan tugas persiapan2 untuk persidangan MPR hasil Pemilu yang akan diselenggarakan pada bulan Maret 1978.

Presiden menganjurkan kepada rakyat yang berhak memilih untuk menggunakan haknya sebaik-baiknya, dengan sadar dan bebas memilih tanda gambar peserta Pemilu yang sesuai dengan aspirasinya, yang dapat diharapkan akan menyuarakan dan memperjuangkan kepentingannya, kepentingan rakyat banyak, kepentingan negara dan bangsa, kepentingan pembangunan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Dengan sukseskan pelaksanaan Pemilihan Umum danpelaksanaan pembangunan, tekad Orde baru yaitu melaksanakan tatanan kehidupan yang berdasarkan Pancasila dan UUD ’45 tatanan kehidupan yang demokratis, konstitusionil dan berdasarkan hukum menuju pada masyarakat yang sejahtera telah dilaksanakan makin baik.

Dikatakan pula oleh Presiden Soeharto dengan persatuan dan pengertian bersama dengan kewaspadaan yang tetap tinggi dengan kerja keras dan tidak lupa dengan tetap taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pasti kita dapat menyelesaikan tugas2 yang berat, bangsa Indonesia  akan mencapai kemajuan  dan kebahagiaan  yang makin merata.

Lebih lanjut Kepala Negara mengatakan bahwa tahun 1976 telah ditinggalkan dengan tenang dan selamat meskipun telah terjadi masalah-masalah memprihatinkan. Dalam tahun tersebut rakyat Timor-Timur tanggal 17 Juli secara sah terintegrasi dalam Republik Indonesia. Laju inflasi dalam tahun 1976 tetap dapat dipertahankan dan terkendali, lebih rendah dari pada  tahun 1975, yaitu 14,2 % dalam tahun 1976 dibanding dengan 19,7 % dalam tahun 1975. Pelaksanaan pembangunan dapat berjalan sesuai dengan rencana, meskipun situasi ekonomi dan belum tampak cerah dan akibat­akibat masalah Pertamina masih terasa pula.

Dalam tahun ini juga telah dapat diselesaikan dan dioperasikan proyek2 Palapa, perakitan pesawat terbang Nurtanio, pabrik Pusri III, Jalan Raya Sumatera, serta ratusan proyek2 lainnya. Begitu pula kredit candak kulak mulai dilaksanakan disamping mengintensipkan pelaksanaan kredit2 yang lain seperti kredit Bimas, kredit investasi kecil, kredit modal kerja permanen, kredit mini dan lain-lain. Telah dirintis pula jalan kearah pasar modal yang dapat memberikan kesempatan kepada golongan rakyat yang luas untuk turut memiliki perusahaan2 swasta yang besar dan sehat.

Presiden mengharapkan pula agar dengan kebijaksanaan penghapusan SPP bagi SD kelas I s/d III tidak muncul pungutan2 semacam ini adalah liar dan tidak dapat dibenarkan.

Dalam tahun 1976 ini, kata Presiden lagi, Indonesia mengalami berbagai bencana alam seperti gempa bumi di Irian Jaya dan Bali, musim kering yang panjang pada berbagai daerah disamping meluasnya hama wereng serta banjir. Bencana2 tersebut telah menimbulkan penderitaan dan korban pada rakyat. Terjadinya bencana2 tersebut tidak sampai mempengaruhi keadaan stabilitas yang ada, baik ekonomi maupun keamanan.

Presiden mengulangi ucapannya tentang masih adanya kejadian2 yang negatip seperti korupsi, penyelewengan keuangan negara, penyalahgunaan wewenang dan sebagainya yang dilakukan oleh pejabat2 Pemerintah dan anggota musyawarah yang tidak bertanggungjawab. Hal2 yang negatip mendapat perhatian yang serius dari Pemerintah. Tindakan2 tegas telah dilakukan oleh alat2 negara terhadap penyelundupan, pengedar narkotika, korupsi dan pelaku2 kejahatan keuangan lainnya seperti yang dilakukan oleh Kadolog Kalimantan Timur dan lain lainnya.

Usaha2 tindakan Pemerintah untuk mengurangi hal2 yang negatip akan lebih berhasil apabila masyarakat memberikan partisipasinya dengan tidak memberikan dorongan kepada pejabat untuk melakukan penyelewengan atau membantu fihak berwenang untuk memperlancar pemberantasan perbuatan yang tercela itu.

Kepala Negara mengatakan bahwahal itu perlu diingatkannya, karena telah terjadi peristiwa2 yang membesar2kan hal2 yang negatip itu diluar kewajarannya, bahkan tanpa dasar dan tidak benar yang mempunyai tujuan atau bemada merongrong kewibawaan Pemerintah dan pimpinan nasional seperti peristiwa Sawito dan peristiwa Newsweek. Terhadap peristiwa2 semacam itu, kita harus benar2 waspada dan Pemerintah akan bertindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan makin mantapnya keamanan, Pemerintah telah membebaskan tahanan ex G-30-S/PKI golongan B yang menjelang akhir 1976 berjumlah 2.500 orang. Presiden Soeharto dalam kesempatan itu mengucapkan selamat hari Natal kepada seluruh ummat Kristen dan mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada seluruh masyarakat tanah air. (DTS)

Sumber: MERDEKA (03/01/1977)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 278-280.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.