TAJUK RENCANA : AJAKAN BAGI PARA PENGUSAHA AS

TAJUK RENCANA: AJAKAN BAGI PARA PENGUSAHA AS [1]

Jakarta, Suara Pembaruan

PIDATO Presiden Soeharto di depan jamuan para pengusaha Amerika Serikat Jumat malam (25/9) di New York dapat dilihat dari dua sudut. Pertama, imbauan Kepala Negara untuk mengajak para penanam modal AS memanfaatkan peluang bisnis dengan berakhirnya Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur yang oleh Kepala Negara disebut sebagai peluang unik yang tak layak dilewatkan begitu saja.

Kedua, dari segi penanaman modal AS di Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir ini dapat dikatakan telah merosot, justru pada saat fasilitas PMA ditingkatkan dengan berbagai kebijakan deregulasi antara lain memungkinkan PMA 100 persen. Peranan yang dominan dari investor AS terutama di bidang eksplorasi dan eksploitasi minyak/gas bumi dan penambangan tembaga/nikel pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an, tampaknya mulai memudar, dan pada awal 1990-an digeser oleh negara­ negara Asia.

Menurut data BKPM, besamya PMA di Indonesia pada tahun 1990 misalnya menunjukkan telah didominasi empat negara Asia, yakni Jepang (2.240,8 juta dolar AS), disusul Hong Kong (933,3juta dolar AS), Korea Selatan (722,9 juta dolar AS) dan Taiwan (618,3 juta dolar AS). Kecenderungan  ini juga tidak terlepas dari pergeseran ekonomi global yang telah mengubah pola investasi. Salah satu di antaranya adalah relokasi atau perpindahan industri dari Jepang ke Indonesia dan Muangthai.

SEPERTI diketahui, Jepang dan negara-negara industri baru yang dikenaljuga sebagai “macan Asia” sedang menghadapi masalah biaya produksi yang tinggi di negaranya, selain penguatan kurs mata uangnya yang tidak menguntungkan ekspor mereka. Sebab itu, pabrik-pabrik mereka dipindahkan terutama ke Asia Tenggara dan Cina, karena penduduk yang besar dengan perturnbuhan pendapatan, sumber alam melimpah, dan keuntungan komparatif (murahnya upah tenaga kerja) dan belum meningkatnya nilai mata uang di negara-negara di kawasan itu.

Adanya relokasi industri dari negara-negara yang kaya tenaga kerja terampil tetapi miskin dalam sumber alam, menunjukkan pola lain dalam pertumbuhan investasi. Pola investasi tradisional di mana negara-negara yang mempunyai landasan ekonomi berteknologi tinggi dan tenaga ahli terampil (expert-based economy) ditunjang negara-negara berkembang yang ekonominya dilandasi kekayaan alam (resource-based economy), kini telah mengalami perubahan .

Dengan adanya pemindahan pabrik-pabrik secara besar-besaran itu, maka perkembangan ekonomi global didorong oleh pola sebaliknya yakni resourcebased economy ditunjang oleh expertbased economy. Khususnya di Asia Tenggara kecenderungan investasi demikian makin menarik karena didukung oleh pasar yang kuat setempat maupun untuk diekspor kernbali.

Kondisi seperti ini sayangnya tidak dapat dikembangkan antara Indonesia dan AS karena berbagai faktor kendala. Antara lain kurang kondusifnya iklim usaha antara kedua negara ini, yang diperparah lagi oleh kecenderungan proteksionisme di AS yang makin meningkat.

SEPERTI dikemukakan oleh Kepala Negara dalam pidatonya itu, Indonesia berniat mengambil bagian dan berperan aktif dalam arena perdagangan dan percaturan ekonomi internasional Menurut Presiden, arus modal dan perdagangan yang lebih bebas antarnegara, serta hilangnya hambatan-hambatan proteksi maupun blok-blok perdagangan, akan memberi peluang lebih baik bagi semua pihak Namun diakui Presiden bahwa banyak masalah rumit yang harus diatasi di bidang ini.

Yang penting juga agar kalangan pengusaha AS lebih banyak mengetahui lagi tentang deregulasi serta kebijakan pemerintah yang akhir-akhir ini ditujukan untuk merangsang penanam an modal asing di Indonesia. Kepada dunia usaha di Amerika itu tentu perlu diberi penjelasan tentang prospek pembangunan di Indonesia, dan bahwa Indonesia telah menganut sistem devisa terbuka yang hasilnya terlihat nyata. Juga tentang sejumlah deregulasi yang dilakukan Indonesia secara sistematis di bidang perdagangan ,internasional, industri dalam negeri,keuangan dan perbankan termasuk fasilitas PMA 100 persen.

Oleh karena itu, pidato Kepala Negara yang disampaikan kepada sekitar 400 pengusaha AS yang intinya mengundang mereka menjadi mitra usaha Indonesia, mempunyai arti strategis jangka panjang.

Sumber: SUARA PEMBARUAN (29/09/1992)

_______________________________________________________________

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 618-619.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.