Tajuk Rencana : ARTI KUNJUNGAN PRESIDEN KE JERMAN

Tajuk Rencana : ARTI KUNJUNGAN PRESIDEN KE JERMAN

 

 

Jakarta, Pelita

Presiden Soeharto baru saja kembali dari kunjungan kenegaraannya ke Jerman Bersatu dengan hasil pembicaraan yang memuaskan kedua belah pihak. Dalam kunjungan ini Presiden Soeharto berdialog dengan Presiden Jerman Bersatu Richard von Weiszaecker, Kanselir Helmut Kohl dan Ketua Parlemen Prof Dr Ny Rita Suessmuth. Selain itu juga dilakukan penandatanganan kerjasama di bidang teknologi dan bidang Lingkungan hidup,dan mengunjungi beberapa kota dan industri di Jerman .

Kemudian dari itu, kunjungan Presiden ke Jerman ini, tidak hanya menarik perhatian dan dapat elisebut berkesan dan bermakna sehingga suasana khusus itu akan mempererat hubungan kerjasama antara kedua negara, tapi juga bernilai strategis dan juga seperti dikemukakan Menteri Riset dan Teknologi/Ketua Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT) Prof. BJ Habibie berdampak masa depan .

Pertama-tama,kunjungan ini bersejarah dan menarik, karena Presiden Soeharto adalah kepala negara pertama di dunia yang berkunjung ke Jerman setelah Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu. Dan kunjungan ini seperti sudah diperhitungkan sungguh tepat waktu dilihat dari beberapa sudut pandang, terutama tentu saja dari segi kepentingan Indonesia (sekaligus negara-negara di kawasan Asia Tenggara) dan negara berkembang pada umumnya.

Presiden Soeharto sendiri mengatakan, bahwa kunjungan ke Jerman ini antara lain, untuk mengetahui bagaimana peranan dan sikap Jerman terhadap berbagai perkembangan di Eropa dan dampaknya bagi negara-negara berkembang. Kepada Presiden Soeharto dikemukakan , bahwa Jerman menjamin negara-negara berkembang tidak akan diabaikan, kendali negara itu harus mengeluarkan dana yang sangat besar untuk pembangunan kawasan timur.

Indonesia sendiri mengharapkan kerja sama yang sudah baik terus dikembangkan. Dan juga mengharapkan, pembangunan kawasan timur Jerman agar melibatkan Indonesia dan memberikan kesempatan kepada negara berkembang lainnya untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari pembangunan kawasan timur Jerman tersebut. Di pihak lain Indonesia membutuhkan bantuan Jerman untuk pembangunan prasarana listrik, telekomunikasi, pelabuhan dan angkutan kapal laut.

Kunjungan ini bernilai strategis antara lain, karena Jerman tentu melihat potensi Indonesia dan posisinya di kawasan Asia Tenggara. Posisi Indonesia di kawasan Asia

Tenggara jelas merupakan faktor penting, baik dari segi ekonomi maupun politik. Indonesia merupakan negara besar, dengan wilayah terdiri dari gugusan pulau dan dengan jumlah penduduk yang besar. Dan karenannya, Indonesia mempunyai pengaruh di kawasan ini.

Lebih dari itu, bagi Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya adalah posisi Jerman di kawasan Eropa, saat ini dan di masa datang. Hubungan perdagangan dunia negara ini secara klasik paling tua dalam sejarah. Dengan penduduk terbesar dengan pendapatan perkapita termasuk tertinggi di Eropa, Jerman merupakan negara industri yang besar dengan produk industri teknologi tinggi yang berkualitas.

Produk industri mempunyai brand image yang kuat. Lain halnya Jepang yang cenderung menguasai pasar dengan produk berkualitas dan harga yang lebih murah dengan membangun pabrik di mana-mana, Jerman terkenal dengan kecanggihan teknologi dan mutu produk industrinya. Begitu kuat pengaruhnya, orang percaya untuk membeli teknologi dan produk industri Jerman.

Jerman adalah pelopor dan mempunyai peranan serta pengaruh besar dalam Masyarakat Eropa dengan mata uang paling stabil. Menghadapi pasar tunggal Eropa dengan mata uang DM (Jerman) sebagai alat tukarnya yang akan mulai berlaku pada akhir 1992, posisi Jerman makin penting. Apalagi tidak seperti negara-negara Eropa maju lainnya yang proteksionistis negara ini menganut prinsip pabean terbuka (free market entry).

Rencana pemberlakuan pasar tunggal Eropa akhir 1992 nanti dan perkembangan terakhir di Eropa Tirnur serta rencana Jerman untuk membangun kawasan timur negara itu yang sudah tentu membutuhkan dana yang sangat besar, menimbulkan kekhawatiran dari negara-negara berkembang.

Dilihat dari sini Presiden Soeharto ibarat juru bicara negara-negara berkembang yang berbicara dengan Presiden dan Kanselir Jerman, kepala negara dan kepala pemerintahan negara yang mempunyai pengaruh kuat dalam Masyarakat Eropa dan pada pasar tunggal Eropa nanti.

Masalahnya sekarang tinggal mengisi jalan yang dilempangkan Presiden Soeharto. Dan kita tak perlu lagi dipengaruhi trauma kekhawatiran berlebihan akan pasar tunggal Eropa.

Apalagi, seperti pengamatan para ahli ekonomi di Eropa sendiri, pasar tunggal Eropa baru akan terkonsolidasi setelah lima tahun. Sebab pasar tunggal masih akan terkendala antara lain perbedaan kultur sosial, tingkat pendapatan, perangkat hukurn dan berbagai kontroversi diantara negara-negara Masyarakat Eropa sendiri.

Selain bantuan dan kerjasama melalui pemerintah Indonesia, yang tak kalah pentingnya adalah peranan swasta. Swasta Indonesia harus mampu melihat dan memanfaatkan peluang yang terbuka. Jerman sudah memberikan jaminan kepada Presiden Soeharto bahwa pasar tunggal Eropa tidak berarti proteksi, dan negara-negara berkembang tetap punya peluang untuk memasarkan ekspornya.

Sebetulnya ini tidaklah merupakan janji kosong, karena Jerman merupakan negara yang free market entry, sehingga negara ini bisa menjadi pintu bagi masuknya ekspor ke negara­ negara Eropa.

Selama ini produk Indonesia ke Jerman sudah memperoleh pasaran baik, misalnya produk kerajinan dan kayu . Selain memperhatikan aspek kualitas produk, agar ekspor kita mampu bersaing dan memiliki daya saing, ada baiknya sejak sekarang kita mencoba memikirkan mengembangkannya dengan aneka produk lain.

Kita masih bisa mengembangkan dengan berbagai produk yang sesuai dengan kebutuhan industri berteknologi tinggi Jerman. Misalnya, industri logam, seperti lempengan baja atau bijih besi. (SA)

 

 

Sumber : PELITA (10/07I1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 103-105.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.