Tajuk Rencana: DARI KUNJUNGAN PRESIDEN KE MEKSIKO

Tajuk Rencana: DARI KUNJUNGAN PRESIDEN KE MEKSIKO

 

 

Jakarta, Suara Pembaruan

INDONESIA dan Meksiko telah menyatakan keinginan bersama untuk mengambil makna dan manfaat dari perubahan-perubahan dinamis yang sedang berlangsung di dunia demi kemajuan kedua negara itu serta demi kesejahteraan umat manusia. Hal ini merupakan salah satu hasil pembicaraan Presiden RI Soeharto dan Presiden Meksiko, Carlos Salinas de Gortari.

Dari pengumuman pers yang disampaikan Mensesneg Moerdiono kepada wartawan yang menyertai kuiyungan rombongan Kepala Negara kedua negara Amerika Latin (Meksiko dan Venezuela) dan tiga negara Afrika (Zimbabwe, Tanzania dan Senegal) itu,dapat disarikan beberapa hal penting dari hasil kunjungan Presiden Soeharto ke Meksiko.

Di bidang kerja sama ekonomi, tampaknya kedua Presiden itu menaruh minat mengenai kemungkinan pembelian bahan baku baja oleh Indonesia dari Meksiko.Dan sebaliknya, tampaknya ada kemungkinan Meksiko membeli batu bara dari Indonesia. Menurut Moerdiono, industri baja di Meksiko sudah mencapai taraf yang sangat maju. Karena itu, sudah terjalin ketjasama yang erat antara kedua negara ini di bidang industri baja,khususnya dengan Krakatau Steel Teknisi baja Indonesia sejak beberapa waktu lalu memperoleh pendidikan di Meksiko.

Hasil kunjungan itu telah dirinci penjelasannya oleh Menlu Ali Alatas dan Menko Ekuin dan Wasbang Radius Prawiro yang menyertai Kepala Negara dalam perjalanan terpanjang ke lima negara Amerika Latin dan Afrika itu.

MENLU Al iAlatas menjelaskan, yang menjadi topik pembicaraan antara kedua kepala negara itu adalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 15 yang akan dibuka Kamis mendatang di Karakas (Venezuela).

Seperti diketahui Kelompok 15 dibentuk pada KTT Non Blok di Beograd tahun 1989 dan terdiri atas Yugoslavia, Venezuela, Malaysia, Aljaza ir,Argentina, Brasil, Indonesia, India, Jamaika, Meksiko, Mesir, Nigeria, Peru, Senegal dan Zimbabwe.

Kelompok 15 dianggap sebagai wadah sesama negara Selatan untuk tukarĀ­ menukar pengalaman dalam bidan g pembangunan. Dalam menghadapi isu keterbelakangan, tampaknya negara-negara Selatan menyadari mercka tidak dapat sendirian memecahkan berbagai persoalannya, oleh karenanya mereka membentuk forum kerja sama Kelompok 15 itu yang melaksanakan KTT pertamanya di Kuala Lumpur tahun 1990.

Meksiko dan Indonesia menganggap penting untuk meningkatkan usaha-usaha negara Non Blok untuk menggiatkan kembali dialog Utara-Selatan dan secara lebih umum menggiatkan kembali usaha untuk mendorong maju kepentingan negara-negara berkembang.

Menjawab pertanyaan, Menlu Alatas menegaskan masalah Timor Timur sama sekali, tidak disinggung dan menurutnya hal itu bukan merupakan suatu topik yang hangat antara negara-negara berkembang. Dalam kaitan ini menurut hemat kita sekarang inimasih prematur untuk diramalkan apakah masalah Timor Tirnur ini akan menjadi bahan pembicaraan pada KTT Kelompok 15 yang akan datang di Karakas. Namun melihat pada perkembangan terakhir tentang pelbagai reaksi luar negeri antara Jain sikap Parlemen Eropa dan insiden di Kedubes RI di Australia, maka perlu diantisipasi bahwa setidaknya masalah itu dapat dipertanyakan dalam KIT itu.

Andaikata demikian, maka KTT Kelompok 15 di Karakas itu dapat dijadikan momentum yang baik untuk menyelaskan dan menjernihkan masalah insiden 12 November di Dili, Timtim. Hal initentu penting sekali, mengingat tahun depan KIT Non Blok akan diadakan di Indonesia.

ASPEK lainnya yang secara konkret dibicarakan dalam kunjungan Kepala Negara ke Meksiko adalah hubungan perdagangan bilateral antara kedua negara ini. Walaupun kedua negara ini terpisah oleh Samudera Pasiflk, tampaknya dewasa ini jarak geografls itu tidak lagi menjadi pembatas, berkat perkembangan teknologi komunikasi. Namun kendala teknis seperti perhubungan laut, kelancaran jasa-jasa perdagangan dan perbankan mesti dicari pemecahannya antara kedua negara ini. Untuk mengatasi masalah kesulitan pembukaan Letier of Credit (LO atas transaksi perdagangan dengan Indonesia, yang selama ini oleh pengusaha Meksiko harus dilakukan lewat negara ketiga, kini sedang diusahakan kesepakatan baru antara perbankan Indonesia dan Meksiko. Seperti dikemukakan oleh Menko Radius Prawiro ia telah menyanggupi agar masalah itu diselesaikan antara Bank Sentral dan bank-bank devisa.

Dikatakan, Meksiko menaruh minat pada pembelian kayu lapis, minyak kelapa sawit dan tekstil dariIndonesia. Dengan demikian, volume perdagangan yang sekarang meliputi transaksi seluruhnya hanya 100 sampai 105 juta dolar AS per tahun dapat ditingkatkan.

Tekstil, tampaknya, menurut Menko Ekuin, mempunyai prospek yang baik untuk diekspor ke Meksiko karena dinilai produk Indonesia ini lebih maju dan mempunyai daya saing yang kuat.

KITA tentu perlu mengantisipasi bahwa pembentukan kawasan bebas di Amerika Utara dan AS, Kanada dan Meksiko yang mempunyai potenst pasar enam triliun dolar AS, akan memberikan prospek perdagangan yang cerah bagi produk-produk dari Indonesia. Untuk itu tentu pengurus dan anggota Kadin Indonesia dari sekarang perlu menjajaki peningkatan perdagangan dengan rekan-rekannya di Meksiko.

 

 

Sumber : SUARA PEMBARUAN (28/11/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 280-282.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.