Tajuk Rencana: KUNJUNGAN PRESIDEN KE TIGA NEGARA

Tajuk Rencana: KUNJUNGAN PRESIDEN KE TIGA NEGARA[1]

Jakarta, Suara Pembaruan

SEJAK Sabtu (13/ 11) lalu Presiden Soeharto beserta rombongan memulai lawatan selama dua pekan ke tiga negara, masing-masing Tunisia, Amerika Serikat dan Iran, di samping melakukan persinggahan di Malu dan Wina, Austria. Kunjungan ke Tunisia adalah dalam rangka memenuhi undangan yang sebenamya dulu sudah pernah disampaikan Presiden Habib Bourgulba, yang kemudian diperbarui Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang berkunjung ke Indonesia tahun 1992 lalu ketika menghadiri KTT X Gerakan Non Blok.

Tunisia adalah salah satu negara Magribi, bekas protektorat Perancis di Afrika Utara yang berpenduduk  sekitar 9 juta jiwa, yang sejak awal kemerdekaannya menjalin hubungan dan kerja sama baik dengan Indonesia. Negara moderat berpenduduk mayoritas Islam itu, mempunyai pandangan dan pendekatan berbeda dengan Iran dalam menghadapi beberapa masalah di Timur Tengah.

Pembicaraan kedua kepala negara di Turki mulai hari Senin ini, membahas masalah-masalah bilateral dan internasional, juga akan mendiskusikan peran dan partisipasi Tunisia dalam membantu tercapainya tujuan dan program Gerakan Non Blok seperti disepakati di KTT Jakarta, September 1992 lalu.

Dalam keduduk annya selaku Ketua GNB, Presiden Soeharto tentu sangat mengharapkan peran aktif Tunisia dalam mendorong dan memotivasi negara-negara Magribi dan anggota Liga Arab dalam meningkatkan kelja sama anggota Gerakan Non Blok di kawasan tersebut.

DALAM kontek bilateral meskipun secara geografi terdapat jarak yang relatif jauh antara kedua negara, namun diharapkan hubungan dan kerjasama industri perdagangan bisa ditingkatkan di masa-masa mendatang. Sebagaimana diketahui, Indonesia sudah sejak lama banyak mengimpor pupuk (TSP) dari Tunisia, dan sejurnlah petugas pabrik petrokimia dari Gresik pemah mendapat pendidikan dan latihan di industri pengolahan pupuk Tunisia di Gafsa maupun Gabes.

Selain hal-hal kunjungan ke Tunisia, juga memberi kesempatan pertemuan dengan Presiden Palestina, Yasser Arafat. Setelah penandatanganan perjanjian damai antara PLO Israel di Washington, 13 September 1993 lalu, memang terdapat banyak perkembangan yang berkaitan dengan pelaksanaannya maupun tindak lanjut perundingan damai antara kedua pihak.

Sesuai dengan jadual yang disepakati, maka bulan Desember mendatang, pemerintahan otonomi Palestina akan mulai dilaksanakan di Kota Yericho dan jazirah Gaza. Bagaimana persiapan-persiapan terakhir dan langkah-langkah apa yang akan dilakukan Presiden Yasser Arafat untuk memulai pemerintahan dari dalam wilayah Palestina sendiri, tentu merupakan bagian informasi yang sangat bermanfaat bagi Presiden Soeharto, baik sebagai Kepala Negara Indonesia maupun sebagai Ketua Gerakan Non Blok.

KUNJUNGAN ke Iran, tentu diharapkan akan dapat “menetralisasi” pandangan sementara kalangan di negara tersebut yang melihat hubungan Indonesia yang lebih dekat dengan negara-negara Arab dibandingkan dengan negara Persia itu. Selain,itu, pembicaraan Presiden Soeharto  dengan Presiden Rafsanjani di Teheran nanti diharapkan pula dapat mengetahui latar belakang lebih atau sikap negara itu yang menentang perjanjian damai yang disepakati Yasser Arafat dengan PM Israel Yitzhak Rabin beberapa waktu yang lalu.

Bagi Indonesia, posisi Iran yang mempunyai hubungan dekat dengan beberapa negara bekas Uni Soviet, mungkin akan baru dimanfaatkan dalam rangka perluasan hubungan dan kerja sama ekonomi di masa mendatang, baik dalam konteks bilateral maupun dalam rangka pelaksanaan kerja sama ekonorni Gerakan Non Blok.

MENGENAI kunjungan ke Seattle, Amerika Serikat, untuk menghadiri pertemuan informal kepala-kepala pemerintahan APEC , kita mencatat hal itu sebagai suatu hal yang sangat bermanfaat dalam rangka pelaksanaan tugas Indonesia sebagai Sekretariat Eksekutif forum konsultasi itu mulai tahun 1994 mendatang.

Memang, terdapat berbagai pendapat mengenal tujuan dan apa yang hendak dicapai pertemuan Informal tersebut, terutama maksud Presiden Bill Clinton, yang menurut sementara laporan ingin mendorong APEC menjadi suatu blok ekonomi dalam menghadapi Pasar Tunggal Eropa maupun kemungkinan kegagalan dalam merealisasikan NAFTA.

Kita mengharapkan, kunjungan selama dua pekan itu akan membawa manfaat bagi kepentingan dan pelaksanaan pembangunan Indonesia di masa-masa mendatang, serta penunaian tugas selaku Ketua GNB untuk periode 1992-1995 ini.

Sumber :SUARA PEMBARUAN (16/11/1993)

_______________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 289-290.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.