TAJUK RENCANA
KUNJUNGAN PRESIDEN SOEHARTO KE PNG DAN JEPANG
MENURUT rencana pada hari Minggu 10 Juni 1979 Presiden Soeharto dan rombongan kembali di Jakarta setelah melakukan kunjungan yang sukses ke Papua Nugini dan Jepang.
Walaupun terdapat perbedaan di antara masalah-masalah yang menonjol selama masing-masing kunjungan tadi, namun kedua-duanya merupakan konkretisasi dari tugas yang diberikan oleh Pembukaan UUD kita untuk ”ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Kedua kunjungan itu telah berhasil untuk meningkatkan hubungan baik, meningkatkan saling pengertian dan meningkatkan kerjasama berdasarkan prinsip persamaan dan saling menguntungkan.
Di dunia kita ini masih terdapat perbedaan-perbedaan antara negara-negara dalam tingkat kemajuan pembangunan mereka. Kita menyadari hal ini apabila membandingkan hubungan kita dengan Papua Nugini dan hubungan kita dengan Jepang.
Namun perbedaan-perbedaan itu tidak mengurangi prinsip bahwa hubungan antar-negara harus sepenuhnya didasarkan kepada persamaan dan saling menguntungkan serta tanggungjawab bersama mengenai perdamaian.
Itu berlaku baik bagi hubungan kita dengan Papua Nugini maupun bagi hubungan kita dengan Jepang.
Dengan kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto dan rombongan ke Papua Nugini maka telah diletakkan dasar-dasar yang kokoh kuat bagi peningkatan hubungan persahabatan dengan tetangga kita disebelah Timur itu.
Berbagai masalah termasuk masalah-masalah psikologis yang pemah dihadapi dalam hubungan kita dengan mereka telah dapat diatasi dan diselesaikan berdasarkan saling pengertian yang mendalam.
Dengan demikian maka hilanglah peluang bagi berbagai kekuatan gelap terutama kekuatan-kekuatan reaksioner dibeberapa negara yang tidak melewatkan tiap kesempatan untuk mengerahkan hubungan antara negara-negara bekas jajahan yang sedang memupuk persahabatan dalam mengatasi yang lebih baik.
Dengan Papua Nugini juga telah diadakan persetujuan untuk meningkatkan kerjasama teknik dalam batas-batas kemampuan kedua pihak.
Kehadiran Menlu Papua Nugini pada Konferensi Menteri Luar Negeri ASEAN yg akan datang berarti bahwa Papua Nugini akan terus membangun hubungan dengan negara-negara ASEAN umumnya.
Kunjungan tidak resmi dari Presiden Soeharto dengan rombongan ke Jepang telah memenuhi harapan Presiden yang telah diungkapkan dalam harian Yomiuri yaitu agar dengan pemimpin-pemimpin Jepang diadakan pembicaraan-pembicaraan yang berisi dan agar pertemuan-pertemuan itu tidak hanya bersifat basa-basi.
Tampaknya selama kunjungan Presiden Soeharto tidak terasa lagi adanya masalah-masalah psikologis yang di waktu yang lalu pernah terdapat dalam hubungan antara kedua negara.
Agaknya kedua pihak dengan sunguh-sunguh telah menarik pelajaran dari pengalaman di waktu yang lalu itu dan kedua pihak secara jujur menyadari bahwa mereka saling memerlukan.
Dalam tajuknya untuk menyambut kunjungan Presiden Soeharto maka Harian Asahi dengan jujur dari realistis menguraikan betapa besar ketergantungan Jepang dari ASEAN dan negara-negara berkembang umumnya.
Oleh sebab itu harian itu menganjurkan agar Jepang menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang dalam KTT negara-negara industri yang akan diadakan di Tokyo akhir bulan Juni 1979.
Harian itu juga mengharapkan agar pemerintahnya terus mengulurkan bantuan yang wajar kepada Indonesia seperti dalam pengembangan proyek pupuk urea dan kerjasama dalam bidang pengembangan sumber-sumber energi yang baru di Indonesia.
Dalam pidatonya selama jamuan makan yang diadakan oleh PM Ohira maka secara terus terang dan jujur Presiden Soeharto mengemukakan bahwa dalam melaksanakan pembangunannya Indonesia memberikan arti yang sangat penting kepada kerjasamanya dengan Jepang.
Pada kesempatan itu Presiden Soeharto berkata bangsa Indonesia merasakan hanya Jepang memahami masalah-masalah pembangunan yang dewasa ini dihadapi.
Presiden Soeharto menyatakan penghargaannya atas kerja keras, effisiensi dan keuletan bangsa Jepang serta masih tetap terasanya kepribadian Jepang meskipun menempati deretan terdepan di antara kekuatan-kekuatan ekonomi di dunia ini.
Kesadaran bahwa kita saling memerlukan dan adanya sikap saling-pengertian dan sating penghargaan seperti diungkapkan dalam tajuk-tajuk dan pidato-pidato selama kunjungan Presiden Soeharto ke Jepang merupakan dasar satu-satunya bagi peningkatan kerjasama di waktu yang akan datang antara Jepang sebagai salah satu negara industri maju dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang.
Jepang telah mencapai kemajuan-kemajuan yang besar sejak dia memasuki era pembangunannya dalam jaman Meiji. Cara-cara mencapai kemajuan itu tidak bebas dari dimensi-dimensi yang penuh kepahitan, baik rakyat Jepang sendiri maupun bagi rakyat di negara-negara Asia yang lain, termasuk rakyat Indonesia.
Sebagai negara Asia yang termasuk negara-negara industri yang termaju di dunia, maka sekarang Jepang demi kepentingannya sendiri ingin meningkatkan kerjasama dengan negara-negara berkembang, termasuk lndonesia.
Jepang juga bertekad untuk menggunakan pengaruhnya di KTT negara-negara industri yang akan datang untuk menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang.
Kita di Indonesia baru saja memasuki dasawarsa kedua pembangunan kita. Di samping merasa gembira berhubung dengan hasil-hasil yang telah kita capai selama dasawarsa pertama pembangunan, maka kita menyadari pula bahwa kita hanya dapat melewati dasawarsa kedua pembangunan kita dengan selamat apabila di samping meningkatkan pembangunan maka kita juga melaksanakan koreksi dan pembaharuan dalam berbagai bidang.
Hal ini diungkapkan oleh istilah-istilah pengawasan, pemerataan partisipasi rakyat dan kelestarian sumber-sumber alam serta pemeliharaan lingkungan hidup yang banyak dikumandangkan di hari-hari yang lalu. Jelas pula bahwa kesadaran mengenai martabat nasional akan makin meresapi pembangunan selama dasawarsa kedua pembangunan kita.
Peningkatan kerjasama dengan Jepang sangat kita perlukan dalam dasawarsa kedua pembangunan kita itu, sepertijuga Jepang sangat memerlukan kerjasama itu. Kita mengharap agar dalam kerjasama itu Jepang memahami masalah-masalah pembangunan kita seperti dikemukakan oleh Presiden Soeharto di Tokyo.
Tetapi yang pertama-tama harus memahami masalah-masalah pembangunan kita itu dan yang harus membela kepentingan-kepentingan serta harkat nasional kita dalam pembangunan itu, adalah pertama-tama kita sendiri.
Kunjungan Presiden Soeharto ke Papua Nugini dan Jepang telah memberikan hasil yang besar dalam rangka upaya kita untuk “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. (DTS)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber: SINAR HARAPAN (09/06/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 94-96.