Tajuk Rencana: LAWATAN PRESIDEN DAN KTT GNB
Jakarta, Suara Karya
HARI Selasa mendatang Presiden Soeharto akan memulai perjalanan ke luar negeri yang terpanjang selama ini, baik dipandang dari segi waktu, jarak maupun daftar negara yang dikunjungi. Pentingnya kunjungan ini kiranya tidak dapat dipisahkan dari posisi Indonesia yang telah terpilih sebagai penyelenggara KTT Non Blok X tahun 1992 nanti. Dengan perjalanan ini tampaknya akan dipertegas pandangan Indonesia tentang perlunya perubahan orientasi Gerakan Non Blok (GNB).
Dengan berakhirnya perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur, muncul pertanyaan apakah GNB masih relevan. Sebab, GNB yang muncul pada tahun 1961, justru bertujuan untuk menjembatani ketegangan kedua blok. Bagi Indonesia GNB masih tetap relevan. Dengan berakhirnya perang dingin tidak berarti berakhir pula eksistensi blok-blok di dunia.
Yang berakhir adalah ketegangan Blok Timur Blok Barat dalam bidang militer dan politik, tetapi sementara blok-blok ekonomi. Di samping pertentangan kepentingan antara dua raksasa ekonomi Jepang dan AS, muncul juga blok-blok ekonomi regional seperti, blok ekonomi Amerika Utara (AS dan Kanada), blok ekonomi Amerika Latin, dan tahun depan Masyarakat Ekonomi Eropa akan mengental menjadi Masyarakat Eropa. Dalam pertentangan kepentingan antar blok ekonomi ini, negara-negara yang sedang berkembang mudah menjadi korban, karena·ketertinggalannya dalam bidang pembangunan ekonomi. Kebanyakan negara-negara ini adalah anggota GNB.
Melihat kenyataan ini Presiden Soeharto dalam pidatonya pada KTT Non Blok IX di Beograd 1989 menekankan pentingnya GNB mengubah orientasi perjuangannya dari bidang politik dan militer ke bidang ekonomi. Tanpa perubahan orientasi ini GNB akan kehilangan relevansinya.
Sebagai tindak lanjut KTT Non Blok IX, 15 negara (G-15) berkem bang berkumpul di Kuala Lumpur Juni 1990 yang lalu dan menekankan pentingnya meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan, khususnya dalam bidang ekonomi. dan teknologi. Ketertinggalan dalam bidang-bidang inilah yang menyebabkan negaranegara GNB menjadi korban pertentangan kepentingan ekonomi negara-negara maju. Ketimpangan ini menyebabkan timbulnya ketegangan-ketegangan. Dengan perkembangan negara-negara Selatan, akan tercipta dialog Utara-Selatan yang lebih berimbang. Dengan demikian tujuan GNB masih tetap yaitu menciptakan peacef Ul coexistence bukan dalam politik melainkan dalam hubungan- hubungan ekonomi.
Kunjungan Presiden Soeharto ke Amerika Latin kiranya akan mempertegas pandangan Indonesia khususnya dan G-15 umumnya tentang pentingnya perubahan orientasi GNB ini. KTT G-15 yang akan diselenggarakan di Venezuela dan akan dihadiri Presiden Soeharto, diharapkan memberikan dukungan pemikiran yang lebih mantap dalam menghadapi penyelenggaraan KTT Non blok nanti.
TETAPI, di lain pihak petjuangan di bidang politik tidak boleh ditinggalkan sama sekali oleh GNB.Meskipun perang dingin telah berakhir, tidak berarti tidak ada lagi ketegangan politik di muka bumi. Konflik-konflik regional masih ada. Salah satu konflik yang punya pengaruh besar terhadap dunia adalah konflik Timur Tengah.
Faktor utamanya adalah diingkarinya hak-hak rakyat Palestina untuk bernegara. Memperjuangkan nasib bangsa Palestina dan mengusahakan perdamaian di Timur Tengah inikiranya merupakan tugas negara-negara yang tergabung dalam GNB. Di sini Indonesia sebagai salah satu pendiri GNB bersikap konsekuen .Ini tampaknya merupakan salah satu tujuan kehadiran Presiden Soeharto pada KTT Organisasi Konperensi Islam (OKI) di Dakkar, Senegal.
Jadi, dilihat dalam rangka penyelenggaraan KTT Non Blok, kunjungan Presiden kali inimempunyai maksud untuk menegaskan pandangan Indonesia mengenai arah perjuangan yang seyogianya diambil GNB dalam situasi dunia yang telah berubah.
Sumber : SUARA KARYA (16/11/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 175-177.