Tajuk Rencana: MEDALI EMAS WHO UNTUK PRESIDEN

Tajuk Rencana: MEDALI EMAS WHO UNTUK PRESIDEN

 

 

Jakarta, Angkatan Bersenjata

PRESIDEN Soeharto Senin lalu menerima Health forAll Gold Medal Award dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) yang diserahkan oleh Dirjen WHO, Hiroshi Nakajima dalam upacara sederhana di Istana Merdeka Jakarta.

Nakajima mengatakan, penghargaan tertinggi WHO itu diberikan karena presiden telah mendoron g secara aktif pengembangan bidang kesehatan di Indonesia, antara lain pembentukan pos-pos pelayanan terpadu, imunisasi serta penurunan angka kematian anak di bawah lima tahun dan peningkatan kesehatan wanita. Penghargaan itu juga diberikan dalam rangka pelaksanaan program Kesehatan untuk semua di tahun 2000.

Berbagai upaya yang dilakukan Indonesia untuk meningkatkan pelayanan kesehatan itujuga telah dicontoh oleh negara-negara lain untuk meningkatkan derajat kesehatan rakyat masing-masing, kata Dirjen WHO itu.

Pembangunan nasional kita yang bersinambung sejak awal era Orde Baru ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas rakyat Indonesia, baik kualitas jasmaninya maupun kualitas keahlian dan keterampilannya agar mampu jadi penggerak dan pendorong pembangunan buat mewujudkan adil makmur yang jadi tujuan kemerdekaan nasional itu sendiri.

Buat meningkatkan kualitas manusia Indonesia itu diutamakan pembangunan sektor-sektor yang berkaitan dan saling menunjang seperti pembangunan pertanian untuk menyediakan pangan bergizi bagi penduduk, kesehatan untuk mendekatkan pelayanan medis kepada rakyat kecil, kependudukan/KB dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, pendidikan nasional dengan wajib belajar tingkat SD yang hendak ditingkatkan jadi wajib belajar tingkat SLTP.

Untuk mencapai tujuan itu pemerintah kita bekerjasama secara erat dengan PBB dan mendapat bantuan teknis dan bantuan dana dari badan-badan Organisasi Dunia itu. Berkat keseriusan pemerintah melaksanakannya dengan dukungan rakyat kita yang giat bekerja hasil yang dicapai di berbagai sektor pembangunan untuk meningkatkan kualitas manusia itu menggembirakan dan dihargai oleh dunia.

Di bidang pertanian umpamanya, sasaran swasembada beras yang telah diperjuangkan sejak awal Orde Baru akhirnya, berkat rakhmat Yang Maha Kuasa, tercapainya di tahun 1984. Hal itu teljaeli di waktu masih banyak negara berkembang sedang beljuang untuk memproduksi cukup pangan bagi rakyatnya, yang sayangnya tidak semuanya berhasil. Negara-negara di selatan dan gurun Sahara di Afrika umpamanya, karena kemarau panjang tidak bertani sama sekali hingga menimbulkan bencana kelaparan terus menerus yang banyak sekali meminta korban jiwa. Di bagian­bagian lain dunia yang iklimnya tidak seganas di Afrika itu gangguan alam seperti badai topan dan banjir bandang menimbulkan kerugian besar di sektor pertanian hingga target produksi pangan tidak tercapai dan kekurangannya ditutup dengan impor.

Dengan latar belakang demikian menonjol prestasi Indonesia berswasembada beras. Itu menggembirakan Organisasi Pangan Sedunia (FAO) yang tahun 1985 memberikan tanda penghargaan di bidang Kependudukan/KB yang menyebabkan Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar menyerahkan medali emas kepada Presiden Soeharto di markas PBB New York Juni 1989. Sebelum itu buat prestasi yang sama lembaga swasta bergengsi di AS, Population Institute memberikan penghargaan khusus kepada Presiden Soeharto awal Desember 1988. Dengan demikian medali emas WHO Senin lalu itu adalah tanda penghargaan ketiga yang diterirna Presiden Soeharto dari PBB.

Kesehatan adalah kekayaan manusia yang tidak terkira nilainya dan modal utama untuk memperjuangkan cita-cita hidupnya. Hasil yang dicapai Indonesia di bidang kesehatan merupakan langkah penting dalam mewujudkan program KB Kesehatan untuk semua di tahun 2000, sesuai Deklarasi Alma Ata, hasil konperensi WHO bersama UNICEF September 1978 di Alma Ata, Ibu kota Kazakstan Uni Soviet. Pasal 5 Deklarasi itu menyatakan, setiap pemerintah bertanggungjawab terhadap pembinaan kesehatan rakyatnya dengan sasaran bahwa setiap orang di tahun 2000 mencapai derajat kesehatan yang memungkinkannya hidup produktif, baik secara sosial maupun ekonomi. Di sini tolok ukur kesehatan tidak lagi dilihat dari ada atau tidaknya penyakit saja. tapi sudah dikaitkan dengan produktivitas manusianya secara sosial dan ekonomi. Itulah sasaran program PBB Kesehatan untuk semua di tahun 2000.

Rupanya itu pula tujuan yang hendak elicapai rapat kelja Kesehatan Nasional yang dibuka Presiden Soeharto di Istana Merdeka Senin lalu. Dalam pengarahannya presiden meminta agar pembangunan kesehatan lebih diarahkan pada masyarakat di daerah terpencil dan eli daerah kumuh perkotaan yang belurn menikmati pelayanan kesehatan yang memadai, khususnya yang berpenghasilan rendah. Presiden meminta

agar mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat agar terus menerus diperbaiki. Untuk itu harus diciptakan lagi kemampuan teknis dan kemampuan manajemen tenaga kesehatan di semua tingkatan.

Sarna halnya dengan semua bidang pembangunan yang lain masyarakat harus ikut serta mengambil bagian aktif dalam pembangunan kesehatan. Ikut sertanya masyarakat sangat besar manfaatnya terutama untuk makin menyebar-luaskan kesadaran dan prilaku hidup sehat di kalangan masyarakat sendiri, kata presiden.

 

 

Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (20/02/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 595-597.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.