Tajuk Rencana : MENINGKAT KAN PERAN DALAM FORUM DUNIA

Tajuk Rencana : MENINGKAT KAN PERAN DALAM FORUM DUNIA

 

 

Jakarta, Pelita

Lawatan Presiden Soeharto selama sebulan penuh ke Amerika Latin dan Afrika dipandang sebagai peristiwa penting, tidak saja dilihat dari hasil-hasil yang dicapai dari lawatan itu, terutama berkaitan dengan pelaksanaan politik luar negeri kita di masa depan.

Lawatan tersebut mungkin termasuk diantara yang terlama dan terpenting yang pemah dilakukan oleh Presiden dan rombongan. Lebih-lebih dalam lawatan kali ini tidak hanya sekedar melakukan kunjungan balasan kepada beberapa negara di Amerika Latin dan Afrika, tetapi bersamaan dengan itu Presiden juga menghadiri dua pertemuan internasional yang sangat penting, yaitu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok-15 (G-15) dan KTT Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Selama masa jabatan Presiden Soeharto yang sudah empat kali itu, jaranglah beliau memimpin sendiri delegasi Indonesia ke forum-forum internasional seperti itu. Lawatan-lawatan ke luar negeri yang dilakukan Presiden di masa lalu lebih banyak ke negara-negara sahabat untuk mempererat persahabatan dan hubungan bilateral.

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa porsi perhatian kita terhadap masalah-­masalah bilateral pada waktu itu lebih besar ketimbang terhadap masalah-masalah multilateral. Dengan kata lain, pada waktu-waktu yang lalu kita tidak menunjukkan adanya keinginan untuk berperan lebih besar dalam masalah-masalah tersebut, karena porsi perhatian kita lebih banyak ke dalam.

Beberapa tahun lalu muncul suara-suara yang menghendaki agar kita berperan lebih besar di forum-forum dunia, karena sekarang keadaan kita sudah memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Pada saat pembangunan kita sudah mengalami tahapan­ tahapan kemajuan yang diakui oleh berbagai negara di dunia, sudah selayaknyalah kita muncul lebih vokal dan lebih dominan dalam percaturan politik internasional.

Hal tersebut sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Sebagian dari kita barangkali masih terkesan oleh masa lalu, ketika kita menjadi sorotan dunia karena peran-peran yang kita lakukan. Memang terkesan agak mengabaikan pembangunan dalam negeri, karena keadaan kita waktu itu masih serba sulit, tidak lama setelah kita merdeka, gagasan-gagasan kita untuk ikut berkiprah menciptakan suatu dunia baru mendorong kita sangat aktif dalam forum-forum internasional.

Kita berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955, dan sepuluh tahun kemudian kita juga berhasil menyelenggarakan Konferensi Islam Asia-Afrika (KIAA) di tempat yang sama. Deklarasi Bandung yang dihasilkan oleh KAA menjadi cikal bakal gagasan untuk membentuk Gerakan Nonblok , di mana kita juga aktif di dalamnya sejak awal bersama negara-negara lainnya sebagai pendiri.

Gerakan itu terbentuk pada tahun 1962, yang para anggotanya terdiri dari negara-negara yang baru merdeka, yang oleh Presiden Soekarno pada waktu diistilahkan sebagai NEFO (New Emerging Forces), yang wilayahnya meliputi Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Kunjungan Presiden Soeharto ke Amerika Latin dan Afrika mengingatkan sebagian kita kepada peristiwa-peristiwa tersebut. Kita akan membangun kembali peran kita yang dahulu dalam bentuknya yang baru, sesuai dengan perkembangan­ perkembangan yang terjadi di dunia.

Hanya bedanya, kalau sebelumnya kita melakukannya dengan mengabaikan pembangunan dalam negeri, sekarang upaya peningkatan peran internasional itu dilakukan Presiden setelah kita mencapai berbagai keberhasilan pembangunan di dalam negeri.

Kemunculan kita secara lebih dominan di forum dunia membuktikan bahwa kita sudah sejak lama dikenal sebagai pemain yang handal di dalam percaturan politik dunia. Apalagi, sekarang, peranan itu dimainkan secara lebih baik, karena kondisi dalam negeri yang lebih mendukung, sehingga memberikan landasan yang baik bagi keberhasilan kita di masa depan.

Dan hal tersebut tampak dalam berbagai hal yang kita tawarkan kepada negara­ negara yang tergabung dalam forum-forum tersebut, maupun kepada negara-negara yang dikunjungi oleh delegasi Indonesia secara bilateral, seperti Mexico, Venezuela, Zimbabwe, dan Tanzania. Dalam forum G-15, kita menawarkan kerjasama yang positif dan akan memberikan manfaat besar kepada rekan-rekan sesama anggota.

Kemudian, kita juga menawarkan gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah bersama seperti mengatasi beban utang yang dirasakan kian memberat.

Dalam forum OKl, di samping menawarkan kerjasama serupa, kita juga telah menunjukkan komitmen yang tinggi untuk menjalin solidaritas guna mempertahankan dan mewujudkan martabat yang lebih tinggi diantara sesama negara dan umat Islam.

Misalnya saja, Presiden menegaskan dukungan bagi peljuangan rakyat Palestina dan melontarkan gagasan untuk mencari upaya melindungi nasib kaum minoritas muslim di negara-negara non-muslim.

Itu semua menunjukkan kepada dunia, bukan saja kita bersedia untuk berdiri di baris terdepan dalam menghadapi berbagai masalah yang ada, melainkan juga menunjukkan bahwa kita cukup punya potensi dan kemampuan untuk melaksanakannya. Inilah kiranya makna yang tersirat dari lawatan tersebut.

Penampilan kita di garis terdepan, baik di OKl, di G-15, di Nonblok maupun di forum-forum lainnya, jelas didasarkan pada tujuan kita untuk secara bersama-sama berkiprah mewujudkan suatu tatanan dunia baru yang lebih adil, damai dan sejahtera, sebagaimana diamanatkan oleh UUD kita.

Dalam keadaan di mana dunia sedang dihadapkan pada berbagai kemungkinan baru, di samping masih menumpuknya masalah-masalah lama, penampilan kita yang lebih vokal memang merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat dikesampingkan. (SA)

 

Sumber : PELITA(13/12/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 405-407.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.