Tajuk Rencana: PRESIDEN: KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW

Tajuk Rencana:

PRESIDEN: KETELADANAN NABI MUHAMMAD SAW [1]

Jakarta, Suara Karya

NABI Muhammad SAW adalah Rasul yang diutus Allah SWT untuk menyampaikan ajaran- ajaran Islam. Selain memuat ketentuan- ketentuan mengenai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, ajaran Islam juga menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai keimanan dan ketakwaan yang baik dan yang buruk dalam hubungan antar manusia dan antar masyarakat beserta lingkungannya. Sama halnya dengan rasul- rasulAllah SWT sebelumnya, Nabi Muhammad SAW menyampaikan ajaran Islam melalui ucapan,sikap, perbuatan dan tingkah laku yang dijabarkan dari prinsip- prinsip dasar yang terkandung dalam ajaran Islam. Karena itu, Nabi Muhammad adalah panutan dan contoh atau model bagi umat Islam dalam mengamalkan ajaran Islam. Nabi yang menjadi panutan dan contoh umat Islam itulah yang pada tanggal l2 Rabiul Awal l416 Hijriah kemarin bertepatan dengan 9 Agustus 1995 diperingati kelahirannya. PADA upacara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Selasa malam 8Agustus lalu, di lstana Negara, Jakarta, Presiden Soeharto mengungkapkan berbagai keteladanan yang patut dicontoh dari Nabi Muhammad SAW. Presiden menegaskan, Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik bagi orang- orang yang beriman. Keteladanan itu antara lain keyakinan Nabi yang tidak tergoyahkan bahwa kebenaran pasti akan dapat ditegakkan. Selain itu. keteladanan Nabi mengenai keteguhan pend irian,kesabaran dan j iwa besar tmtuk rnenciptakan keadaan yang lebih baik. Keteladanan berikutnya dari Nabi Muhammad SAW yang dikemukakan Presiden adalah dalam membina kehidupan masyarakat yang berakhlak. Karena tanpa akhlak yang baik, manusia mudah sekali berubah menjadi rnakhluk yang serakah, kejarn dan kebilangan kesadaran kemanusiaannya keteladanan Nabi juga menyangkut penegakan keadilan dan keseimbangan. KETELADANAN Nabi Muhammad SAW yang ditegaskan Presiden Soeharto selanjutnya adalah cara- cara yang ditempuh Nabi rnemecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat. “Beliau selalu rnengajak masyarakat untu.k mencari penyelesaian melalui musyawarah. Musyawarah itu beliau la.kukan dengan prinsip persamaan derajat, keadilan,. kejujuran dan kebijaksanaan,”kata Presiden. Dan, musyawarah yang dicontohkan oleh Nabi bukan untuk memaksakan kehendak dari golongan yang kuat kepada golongan yang lemah. “Musyawarah itu justru dilakukan untuk mencari titik temu yang dapat memuaskan sernua pihak atas dasar saling rnemberi dan menerima ,” ujar Presiden. Setelah mengajak agar keteladanan Nabi Muhammad SAW dijadikan contoh, Presiden menegaskan, bagi bangsa kita yang bercita- cita membangun masyarakat yang demokratis berdasarkan Pancasila, tidak ada pilihan lain kecuali harus terus meningkatkan keterbukaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. “Ajaran Islam mendorong kita untuk bersikap terbuka dan demokratis,” ujar Kepala Negara. RASANYA tidak ada yang dapat ditanggapi mengenai keteladanan Nabi Muhammad SAW seperti dikemukakan Presiden. Namun, kita ingin menggaris bawahi penegasan Kepala Negara bahwa dalam membangun masyarakat yang demokratis berdasarkan Pancasila, bagi kita tidak ada pilihan lain kecuali harus meningkatkan keterbukaan. Keterbukaan tidak hanya merupakan hakikat demokrasi, tapi juga merupakan poros bagi berkembangnya semangat kekeluargaan. Selain itu, dari keteladanan nabi yang mengutamakan musyawarah untuk mencari penyelesaian masalah, seperti ditegaskan Presiden, maka adanya penilaian bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang diktator, penilaian itu jelas tidak bisa diterima begitu saja oleh umat Islam; lepas dalam konteks apa penilaian itu diberikan.

Sumber : SUARAKARYA( 10/08/1995)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 513-514.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.