TAJUK RENCANA: PRESIDEN SOEHARTO MEMBUAT SEJARAH DISARAJEVO

TAJUK RENCANA: PRESIDEN SOEHARTO MEMBUAT SEJARAH DISARAJEVO[1]

Jakarta, Kompas

BEGITULAH tanggapan yang timbul, ketika kita mengikuti perjalanan Presiden Soeharto ke Sarajevo, ibu kota Republik Bosnia-Herzegovina, hari Senin: Presiden Indonesia membuat sejarah di Sarajevo. Mengapa reaksi demikian yang muncul pada banyak orang? Sarajevo memang kota bersejarah, sejak terbunuhnya putra mahkota Austria­ Hongaria, yang menjadi casus belli, dadakan pecalmya Perang Dunia I, Sarajevo, ibu kota Republik Bosnia-Herzegovina, kini menjadi medan peperangan yang membawa aib baru kepadakemanusiaan karena politik pembersihan etnis Serbia. lbu kota itu genting dan terjadi insiden lagi, yang serius menjelang kedatangan Presiden Soeharto. Yaitu ditembakinya pesawat yang ditumpangi oleh utusan khusus PBB Yasushj Akashi sehari sebelumnya. Keputusan Presiden untuk tetap berkunjung ke Sarajevo kernbali mengungkapkan kekhasan kepemimpinannya, ialah mampu mengambil keputusan dalam saat kritis. Juga ditunjukkan semangat panggilan tugas yang tinggi. Ia datang ke Sarajevo baik sebagai Presiden Republik Indonesia maupun sebagai Ketua Gerakan Non Blok.

Bukan saja solidaritas kepada perjuangan kemanusiaan dan kemerdekaan rakyat Bosma yang ditampilkan oleh kunjungan itu. Sekaligusjuga keprihatinan dan upayanya sebagai Ketua Gerakan Non Blok untuk ikut membantu penyelesaian konflik yang berkepanjangan dan minta korban harta dan jiwa.

Konflik di bekas negara Yugoslavia itu menjadi perhatian dunia, karena jenis konflik yang berwama etnis dan religi itu dicemaskan menjadi pola konflik baru di dunia. Orang mencemaskan telah terjadinya berbagai dampak eskalasi di tempat­ tempat lain.

Sebaliknya, jika konflik di bekas negara Yugoslavia bisa diselesaikan secara baik, dampak positifnya juga akan terasa pada upaya penyelesaian konflik yang berpola serupa di tempat-tempat lain. KUNJUNGAN Presiden ke Sarajevo merupakan kunjungan bersejarah, karena dapat diperkirakan, muhibah itu akan dikenang lama dan dicatat sebagai peristiwa yang membangkitkan dampak positif berkepanjangan. Dampak itu ialah diperkuatnya tekad pihak-pihak yang selama ini telah mengupayakan penyelesaian damai di sana. Usaha yang telah melibatkan PBB serta negara-negara Eropa Barat, Rusia, Amerika Serikat serta negara-negara lain mengalarni pasang surut yang berkepanjangan .Karena itu sangat diperlukan hadirnya semangat baru. Lokasi konflik bertempat di Eropa. Namun negara-negara yang terlibat, Bosnia­ Herzegovina, Kroasia maupun Serbia sebagai sesama bekas negara Yugoslavia adalah anggota Gerakan Non Blok. Masuk akal, jika Gerakan Non Blok mempunyai perhatian dan kerisauan khusus. Dan itulah yang disampaikan oleh Presiden Soeharto sebagai Ketua Gerakan Non Blok. Sebagai Presiden Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, hadir simpati dan solidaritas sesama Muslim dalam misi yang diemban oleh Presiden Soeharto. Dalam dimensi itu, bukan saja simpati dan solidaritas Indonesia yang dibawa oleh Kepala Negara ke Sarajevo, akan tetapi juga simpati dan solidaritas Islam dari negara-negara lain.

Agar kunjungan itu lebih besar dan lebih permanen darnpak dan hasilnya ,perlu diusahakan kebijakan dan tindak lanjut. Apakah rnisalnya suatu usaha kolektif bersarna negara-negara lain, baik dalam Gerakan Non Blok maupun dalam Organisasi Konferensi Islam. Sudah waktunya, negara-negara non-Barat memberikan sumbangan lebih besar bagi penyelesaian konflik-konflik yang jenis dan variasinya, ternyata tidak bisa ditangani oleh negara-negara Barat. Sikap ini bukan sikap mengada-ada, melainkan keluar dari rasa tanggungjawab dan disebabkan oleh perubahan keadaan zaman. SEKALIPUN tidak menjadi tujuan maupun pertimbangannya, kunjungan Presiden Soeharto ke Sarajevo dalam konteks dan kondisi keadaan serta perspektif seperti yang kita kemukakan di atas, secara tidak langsung rnemperkukuh dan mencerahkan kepemimpinan tokoh Indonesia itu, ke dalam maupun ke luar. Ke luar melalui konperensi puncak APEC, Indonesia memperoleh nama di negara-negara industri Barat dan di negara-negara berkembang. Dari kunjungan Presiden ke Sarajevo, kembali kita memperoleh nama dari bagian dunia lainnya. Posisi itu mengajak kita untuk rnengernbangkannya secara positif ke dalam maupun ke luar. Kekurangan dan kelemahan kita masih banyak, namun modal-modal positif untuk melangkah maju, juga kita peroleh. Kita bagaimanapun juga adalah bangsa yang mempunyai komitmen dan cita-cita, bukan hanya untuk diri sendiri sekaligus juga untuk bangsa-bangsa lain.

Sumber: KOMPAS (12/03/1995)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 99-101.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.