Tajuk Rencana: TANTANGAN DUNIA SEKARANG ADALAH KEMISKINAN DAN KETERBELAKANGAN

Tajuk Rencana: TANTANGAN DUNIA SEKARANG ADALAH KEMISKINAN DAN KETERBELAKANGAN

 

 

Jakarta, Kompas

ITULAH kiranya orientasi dan semangat baru yang disampaikan kepada masyarakat dunia lewat Sidang Majelis Umum PBB oleh Presiden Soeharto.

Berbicara juga sebagai Ketua Gerakan Non Blok, pemimpin Indonesia itu menegaskan, bahwa zaman sedang berubah dan dalam zaman yang sedang berubah itu, dunia dihadapkan pada masalah, kemiskinan, keterbelakangan dan penderitaan sebagian terbesar umat manusia yang hidup di Selatan, di negara-negara berkembang.

Jika sebagian terbesar umat manusia masih miskin dan ketinggalan, konflik akan tetap mengancam serta perdamaian dunia tidak akan kukuh. Karena itu, komitmen dunia harus berubah. Politik dikonsentrasikan untuk memerangi kemiskinan, keterbelakangan dan penderitaan dengan pengembangan nasional. Hanya melalui pengembangan dan pembangunan, situasi dan kondisi miskin serta terbelakang dapat diubah.

Daya, dana dan usaha bangsa-bangsa agar dikonsentrasikan untuk beketja sama membangun tingkat hidup yang lebih makmur dan lebih adil.

Tidak diingkari masih berlangsungnya sisa-sisa konflik politik lama dan munculnya konflik baru seperti yang secara jelas dan tegas dikecamnya terhadap ekspansi, agresi dan kekejaman pada rakyat di Bosnia-Herzegovina.

Gerakan Non Blok bersama negara-negara lain harus berusaha mengakhiri konflik dan ketidakadilan.

Akan tetapi, tanpa mengingkari atau melalaikan kehadiran konflik politik, orientasi dan semangat baru yang diembuskan sebagai tema sentral dalam pidato Presiden Soeharto di New York adalah seruan agar semua negara bekerja sama untuk menghapuskan kemiskinan, ketinggalan dan penderitaan melalui pembangunan.

Bagaimana mencapai tujuan itu? Penggalan kerja sama lewat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Urutan pikirannya dijelaskan oleh Presiden sebagai berikut. Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memelihara dan memperkukuh perdamaian. Seperti dirumuskan dalam Program PBB, tujuan perdamaian harus disertai kemakmuran, kemajuan dan keadilan hidup semua bangsa.

Ditunjukkan oleh pengalaman masa kini, hanya dengan pembangunan nasional, kemajuan dan kemakmuran itu bisa dicapai dan diusahakan. Karena itu, jika untuk mobilisasi dan kerja sama bagi pengembangan nasional, PBB yang dijadikan forumnya, hal itu tetap konsisten dengan tujuan badan tersebut.

INILAH isu sentral lain dalam pidato Presiden Soeharto Bahwa Gerakan Non Blok yang beranggotakan 108 negara berteguh hati untuk bekerja mengusahakan tujuannya lewat dan bekerja sama dengan PBB.

Agar PBB lebih optimal menjalankan peranannya, lembaga internasional itu perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia. Dunia sekarang sudah berubah dibandingkan dengan dunia tahun 1945, setelah berakhirnya Perang Dunia II. Perubahan itu berlangsung dalam jumlah negara merdeka dan berdaulat, perubahan terjadi dalam pergeseran-pergeseran kekuatan. Perubahan juga menyangkut masalah-masalah mendesak yang dihadapi oleh negara-negara anggotanya.

Karena itu PBB memerlukan pembaruan. Pembaruan itu di antaranya, memberikan bobot lebih efektif kepada Majelis Umum PBB, mengatur kernbali keanggotaan dan fungsi Dewan Keamanan, membuat lebih efektif peranan badan sosial-ekonorni PBB.

Konflik politik dan masalah ekonomi yang dihadapi oleh dunia, termasuk negara­negara berkembang hanya bisa diatasi oleh partisipasi semua pihak, negara-negara Selatan maupun negara-negara Utara.

Ajakan bekerja sama dengan negara-negara industri ditawarkan. Itulah semangat baru yang juga menjadi nada dasar pidato Presiden, berkonsultasi, berdialog dan bekerja sama.

Semua negara, anggota PBB, agar bekerja sama dan bertanggung jawab bersama untuk memecahkan konflik-konflik politik serta untuk memerangi kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakadilan.

Di atas prinsip persamaan, kerja sama dan tanggungjawab bersama itulah, tata dunia baru dibangun. DEMIKIANLAH, kita berpendapat, dalam pidatonya di depan Sidang Majelis Umum PBB yang pertama sebagai Presiden RI maupun sebagai Ketua GNB, pemimpin Indonesia itu telah menyampaikan suatu orientasi dan semangat baru.

Ditegaskan bergesernya fokus tantangan dari politik ke ekonorni. Mobilisasi politik diarahkan untuk pembangunan ekonomi bagi rakyat negara-negara yang rniskin dan ketinggalan. Mobilisasi politik difokuskan untuk membangun tata dunia baru, yang berisi keadilan politik dan keadilan ekonomi.

Negara-negara industri bertanggungjawab atas kondisi dunia yang tak merata kemakmuran dan kemajuannya serta tidak adil struktumya. Karena itu pekerjaan besar itu menjadi tanggungjawab bersama dan dilakukan bersama.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menjadi forum dan tumpuan kerja sama. Agar dapat memenuhi tugas tersebut secara efektif, PBB harus disesuaikan dengan perkembangan situasi, tantangan baru serta imbangan kekuatan baru. PBB agar menjadi pusat hubungan multilateral yang efektif bagi negara-negara anggotanya.

PERGESERAN isu, orientasi dan semangat barn yang dikumandangkan Kepala Negara di PBB, memerlukan tindak lanjut di PBB maupun dalam forum-forum multilateral lainnya. Itulah agenda untuk Gerakan Non Blok yang selama 3 tahun ini kepemimpinannya dipercayakan kepada Indonesia.

 

 

Sumber : KOMPAS (28/09/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 328-331.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.