TAJUK RENCANA: USUL INDONESIA DITERIMA KROASIA­ BOSNIA 

TAJUK RENCANA: USUL INDONESIA DITERIMA KROASIA­ BOSNIA [1]

Jakarta, Suara Karya

DALAM perjalanan pulang ke tanah air dari kunjungan ke luar negeri sejak 8 Maret lalu, Rabu pagi kemarin Qadi bukan Kamis seperti ditulis dalam kolom ini kemarin) Presiden Soeharto memberikan penjelasan kepada para wartawan yang ikut dalam rombongan, mengenai KTT Pembangunan Sosial di Kopenhagen, dan kunjungannya ke bekas wilayah Yugoslavia, khususnya Kroasia dan Bosnia­ Herzegovina. Dalam kolom ini kemarin telah disinggung betapa terasa mencekamnya kunjungan Presiden khususnya ke Sarajevo. Tetapi, kita bersyukur dengan lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa akhimya Presiden Soeharto dan rombongan tiba kembali di tanah air dengan selamat. Dalam penjelasannya kepada wartawan Presiden menguraikan pandangan Indonesia mengenai upaya untuk mengatasi konflik berkepanjangan seperti diusulkan kepada Presiden Kroasia dari Bosnia- Herzegovina, Kepada kedua presiden itu, Presiden Soeharto mengusulkan pembentukan konfederasi di antara negara- negara bekas Yugoslavia. Yakni, Kroasia, Bosnia- Herzegovina. Slovenia, Macedonia dan Serbia- Montenegro (tadinya merupakan negara bagian dari federasi Yugoslavia). MENURUT Presiden Soeharto, usul Indonesia mengenai pembentukan konfederasi dalam rangka penyelesaian yang bersifat integral itu disetujui oleh Presiden Kroasia dan Presiden Bosnia- Herzegovina. Karena itu dalam waktu dekat akan dikirim utusan ke Serbia, Slovenia, dan Macedonia agar mereka mengetahui usul Indonesia sehingga tidak timbul kecurigaan. “Kita hanya bisa mengusulkan dan hanya mereka yang bisa menyelesaikan,”kata Kepala Negara menegaskan.

Mengenai peranan Indonesia, menurut Presiden, Indonesia hanya akan bertindak sebagai fasilitator karena tidak akan mampu menjadi mediator.

“Di mana mereka akan bertemu, terserah mereka. Indonesia tidak perlu menonjolkan diri sebagai mediator. Yang penting, mereka bisa bertemu di mana saja,”kata Presiden.

Kalau usul Indonesia itu diterima, maka melalui konperensi internasional yang juga melibatkan negara-negara lain misalnya kelompok lima (Amerika Serikat,Rusia, Prancis, Jerman,  Inggris)  dengan sendirinya akan terwujud suatu pengakuan internasional. “Kami merasa bersyukur pemikiran-pemikiran penyelesaian secara integral itu (maksudnya, yang diusulkan Indonesia) disetujui dan disepakati oleh kedua presiden (Kroasia dan Bosnia-Herzegovina),”kata Kepala Negara.

MENURUT pengalaman Indonesia (antara lain dalam ikut serta menyelesaikan masalah Kamboja),pertemuan langsung antar pihak-pihak yang terlibat dalam konflik di bekas Yugoslavia, memang prosedur terbaik yang bisa ditempuh. Karena merekalah yang paling tahu penyebab dan sejarah timbulnya konflik serta hambatan-hambatan yang dihadapi. Begitu pula, mereka yang paling tahu di mana terletak titik-titik pertemuan kepentingan bersama demi mengakhiri derita nestapa yang dialami oleh rakyatnya masing-masing. Dengan pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh Presiden Soeharto guna memecahkan konflik di kawasan tersebut secara integral, boleh dikatakan Indonesia telah melakukan “tendangan bola pertama”. Tinggal sekarang bagaimana respon s daripihak-pihak yang bertikai. Oleh karena usul Indonesia telah disetujui oleh Presiden Kroasia dan Bosnia- Herzegovina , agaknya tidak ada alasan mendasar bagi Slovenia, Macedonia dan Serbia-Montenegro untuk menolak usul itu. Namun, apa pun bentuk penyelesaian integral yang ingin dicapai Indonesia mengusulkan beberapa alternatif pada akhirnya terpulang kepada rakyat masing-masing pihak .

Sumber: SUARA KARYA (16/03/ 1995)

_____________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 173-174.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.