TAK ADA ORANG INDONESIA TERLIBAT PERISTIWA MASJIDIL HARAM
Tiga Dubes Rl yang ditempatkan di Timur Tengah, hari Sabtu dipanggil Presiden Soeharto ke Bina Graha, Presiden ingin mendengar perkembangan situasi terakhir Timur Tengah dari ke-tiga Dubes itu Fuad Hasan (Mesir), Hadi Thayeb (Arab Saudi) dan Munawir (Kuwait).
Tapi yang sempat memberi keterangan kepada pers hanya Dubes Hadi Thayeb, yang mengatakan antara lain melaporkan peristiwa Masjidil Haram di Mekkah. Ia mengatakan, persoalan itu praktis kini sudah selesai dan masjid tersebut sejak 7 Desember telah di buka kembali untuk umum. Dubea Thayeb yang sempat mengunjungi Masjidil Haram mengemukakan, kerusakan tidak seberat yang dibayangkan, dan penjagaanpun tidak berlebihan.
Ia menjelaskan, dalam peristiwa itu tiga orang jemaah haji Indonesia tewas, termasuk seorang yang bermukim di Arab Saudi. Sedangkan yang luka lima orang, di antaranya dua orang Indonesia yang bermukim di Arab Saudi. Seluruh korban orang sipil adalah 26 tewas dan 109 luka.
Tak Ada yang Terlibat
Dubes Hadi Thayeb membantah kabar, seolah ada orang Indonesia yang terlibat dalam serangan atas Mijidil Haram.
"Tidak ada kabar orang Indonesia ada yang terlibat. Sekali lagi, tidak ada," katanya.
Ia mengatakan, kelompok perusuh itu umumnya orang muda dan kebanyakan berasal dari Arab Saudi sendiri. Mereka itu, menurut Dubes, bermotifkan keagamaan dan tidak ada sangkut-paut dengan politik di Arab Saudi, sekalipun ada kabar belum jelas yang menyebutkan mereka itu mahasiswa.
Ditanya posisi Arab Saudi terhadap perkembangan di Iran, ia mengatakan Pemerintah Arab Saudi memang menyayangkan bahwa Shah dijatuhkan, tapi juga gembira dengan terbentuknya negara Islam di Iran.
Sedangkan mengenai soal penyanderaan para diplomat AS di Teheran, dikatakan di Arab Saudi seperti banyak negara lain, tidak timbul kritik atas peristiwa itu; tapi mengharapkan hal tersebut dapat diselesaikan sebaik-baiknya dan memuaskan semua pihak.
Mengenai apakah pemerintah monarki di Arab Saudi merasa khawatir kemungkinan penjatuhan monarki di Iran akan menular di Arab Saudi, Dubes Thayeb hanya berkata sambil tertawa: "Saya kok belum tanya sama Raja."
Hubungan Bilateral
Menjawab pertanyaan mengenai salah-pengertian di Arab Saudi akibat berbagai isyu tentang keadaan di Indonesia sebagaimana pernah diungkapkan Menteri Agama H. Alamsjah, Dubes ternyata mengemukakan, selama ini tidak tetjadi salah-pengertian.
Dikatakan, kalau orang di Arab Saudi tidak mengetahui persis perkembangan di Indonesia, itu adalah serupa dengan orang di Indonesia yang juga tidak tahu mengenai persis perkembangan di Arab Saudi. "Jadi soalnya ada saling meningkatkan penerangan," katanya.
Menteri Agama Alamsjah beberapa bulan lalu ditugaskan ke Arab Saudi dan Kuwait, dan sekembalinya di Jakarta menjelaskan tugas tersebut untuk menghilangkan salah-pengertian di dua negara itu, akibat isyu tak bertanggungjawab yang disiarkan sementara orang Indonesia sendiri.
Isyu itu antara lain menyebutkan seolah di Indonesia terjadi "kristenisasi", pengekangan terhadap golongan Islam dan sebagainya. Alamajah ketika itu menyatakan bahwa "salah-pengertian telah lewat".
Mengenai seretnya petro dollar Arab Saudi mengalir ke Indonesia atau negara Asia Tenggara lainnya, Dubes Hadi Thayeb berpendapat, hal itu sebenarnya tergantung kemampuan RI sendiri untuk dapat menariknya. Sebab, katanya, harus diperhitungkan Arab Saudi dalam memberikan bantuan juga mengharap keuntungan.
Ia menambahkan, kini sedang diusahakan bantuan Arab Saudi dalam bidang produksi pangan di Indonesia, disamping perdagangan termasuk usaha penjualan pesawat hasil rakitan Nurtanio.
"Persoalannya, karena Arab Saudi punya kemampuan beli besar, dia dapat membeli barang-barang terbaik dengan harga lebih mahal pula. Jadi, persaingan mutu dan sebagainya memang berat." (DTS)
…
Jakarta, Kompas
Sumber: KOMPAS (17/12/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 291-293.