Denpasar, 4 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
di Jl. Cendana No.8 Jakarta
TIGA KALI BERMIMPI [1]
Dengan hormat,
Saya mahasiswa program pasca sarjana Universitas Udayana bidang Kajian Budaya. Melalui surat ini saya ingin menyampaikan dukungan dan rasa simpati pada Bapak. Semoga Bapak tetap tabah dan tetap mencintai negara dan bangsa ini, meskipun orang-orang yang pernah sangat dekat dan mungkin dulu menyembah-nyembah Bapak sekarang mulai menghujat dan mencaci-maki.
Saya sangat mengagumi Bapak sebagai seorang pemimpin dan negarawan, sampai-sampai semasa Bapak masih menjabat sebagai Kepala Negara lebih dari tiga kali saya bermimpi berjumpa dengan Bapak. Dalam mimpi itu Bapak memberikan banyak bantuan dan dukungan finansial pada saya. Dan … biasanya saya langsung mengirim surat pada Bapak ketika itu, tetapi tidak satu pun dari surat saya yang mendapat tanggapan ataupun balasan. Tetapi tidak apa, mungkin Bapak sangat sibuk dengan tugas-tugas kenegaraan ketika itu.
Sekarang sekali lagi saya menulis surat sebagai ungkapan rasa simpati dan kagum saya, meskipun amat sangat banyak orang yang berbalik mencaci-maki Bapak. Saya tidak mengharapkan surat balasan, tetapi seandainya Bapak berkenan membalasnya, karena mungkin tidak terlalu sibuk, saya benar-benar akan sangat gembira.
Demikian surat singkat saya, terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi kita semua! (DTS)
Hormat saya,
Tri Budhi Sastrio
Denpasar – Bali
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 213. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.