TUGAS TERBESAR INDONESIA MELANJUTKAN
PEMBANGUNAN
PRESIDEN
Tekad dan tugas terbesar Indonesia dewasa ini dan dalam dasawarsa yang akan datang adalah melanjutkan dan meningkatkan pembangunan seperti dijalankan bangsa Indonesia sampai sekarang.
Demikian dikatakan Presiden Soeharto dalam pidato balasannya setelah menerima surat kepercayaan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Spanyol untuk Republik Indonesia, Eugenio Bregolaty Obiols, hari Senin di Istana Merdeka.
Eugenio Bregolaty Obiols menggantikan dubes yang lama Don Alberto Pascual Villar Dona Mila Perez Hernandez yang sudah selesai tugasnya di Indonesia.
Presiden Soeharto mengatakan dalam usaha memperlancar pembangunan bangsa Indonesia di samping harus mengerahkan segala dana dan daya yang ada didalam negeri juga membuka pintu dan mengadakan kerja sama dengan bangsa2 lain atas dasar saling hormat menghormati dan saling memberi manfaat.
Pembangunan nasional di Indonesia dilaksanakan dengan tepat berjalan kearah tujuan nasional dan dengan menempuh jalan yang dianggap paling baik.
Kepala Negara mengatakan, landasan kerja sama di bidang ekonomi yang demikian itu pulalah yang dijadikan prinsip kerja sama dengan negara2 sahabat termasuk Spanyol yang dewasa ini sedang dalam pelaksanaan.
Dengan landasan berpijak demikian itu kedua negara dapat memperluas kerja sama, khususnya kerja sama di bidang ekonomi.
Dijelaskan Presiden, banyaknya kemajuan yang sudah dicapai, tapi Indonesia sadar jalan yang akan ditempuh masih panjang.
Duta Besar Spanyol yang baru, Eugenio Bregolaty Obiols, mengatakan kerja sama antara Indonesia dan Spanyol bertambah erat terutama di bidang ekonomi.
Hubungan ekonomi antara kedua negara mempunyai prospek yang cerah serta berjalan lancar dan memuaskan, katanya.
Presiden Soeharto di tempat yang sama menerima pula surat-surat kepercayaan Dubes Burma yang baru untuk Indonesia U Than Swe. Ia menggantikan dubes yang lama U Bo Lay.
Presiden Soeharto, dalam pidato balasannya sesudah menerima surat surat kepercayaan Dubes Burma yang baru itu mengatakan, sejarah mencatat bahwa hubungan yang erat antara ke dua negara telah berkembang sejak kedua negara memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaannya dengan kekuatan sendiri.
Karena persamaan sejarah dan cita-cita itulah, Presiden berpendapat, Indonesia dan Burma mempunyai persamaan dasar dalam politik luar negerinya.
Indonesia memiliki politik luar negeri yang bebas dan aktif serta mendasarkan politik luar negerinya pada prinsip menghormati kemerdekaan nasional, perjuangan untuk perdamaian dunia dan kesejahteraan semua bangsa.
Dewasa ini baik Burma maupun Indonesia sedang membangun masyarakatnya masing-masing menurut kepribadiannya sendiri dan untuk mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
Dalam era pembangunan ini kedua negara lebih-lebih sebagai sama-sama negara yang sedang membangun perlu terus mempererat tali persahabatan dan kerja sama yang manfaat bagi pembangunan kedua bangsa, demikian Presiden Soeharto.
Dubes Burma yang baru U Than Swe dalam pidatonya mengatakan, Burma dan Indonesia merupakan dua negara tradisional mempunyai hubungan erat dan akrab dengan dilandasi rasa saling hormat menghormati.
Hubungan yang erat antara kedua negara telah berkembang sejak kedua negara memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, katanya.
Hadir dalam upacara penyerahan surat-surat kepercayaan itu Menlu ad interim M. Panggabean, Mensesneg Sudharmono SH, Sekjen Deplu Soedarmono dan pejabat2 Departemen Luar Negeri lainnya. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (03/05/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 712-714.