TUNTUTAN N.U WADJAR

TUNTUTAN N.U WADJAR

Galang Persatuan Revolusioner – Tumpas Kontra Revolusi ! [1]

Oleh : Ketua Umum D.M.I. Sabilal Rasjad

 

Djakarta, Berita Yudha

Dalam perdjuangan menghadapi Nekolim dan antek2nja Malaysia, demikian pula masjarakat adil makmur (sosialisme Indonesia) jang mendjadi tjita2 seluruh bangsa Indonesia diperlukan persatuan progresif revolusioner dari segenap potensi nasional kita. Suatu kenjataan sedjarah selama 20 tahun lebih, kemenangan2 jg. diperoleh dalam revolusi dan perdjuangan bangsa Indonesia adalah berkat persatuan dan kerdja sama jang harmonis semua  golongan dan potensi nasional jang revolusioner itu. Dan satu kenjataan sedjarah pula, bahwa disaat kita menghadapi agresi kolonialis Belanda, golongan konta revolusi menghantam kita dari belakang.

Tepat pada saat kita menghadapi perdjuangan jang berat dan akan menentukan bagi kemenangan revolusi besar kita ini, dimana persatuan nasional progresif revolusioner jang telah dibina dengan susah pajah oleh Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno, djustru disaat itu pulalah penghianatan2 jang menamakan dirinja “Gerakan 30 September” mendjalankan petualangan mereka, merebut kekuasaan dari tangan PJM Presiden/Pangti/Pemimpin Besar Revolusi dan membunuh 6 orang Djenderal dan seorang Perwira Pertama T.N.I. Petualangan “Gerakan 30 September” itu adalah perbuatan terkutuk dan penghianatan revolusi, karenanja adalah kontra revolusi.

Seperti apa jang telah diumumkan oleh Majdjen Soeharto, ada bukti2 kuat bahwa petualangan terkutuk “Gerakan 30 September” itu mendapat sokongan dan simpati dari golongan tertentu dan oknum2 tertentu. Dalam kalangan PNI/FM tanda2 kearah itu telah lama kami sinjalir. Tetapi sangat kami sajangkan, sinjalemen kami jang dengan maksud sutji untuk kelangsungan revolusi dan tanda tjinta setia kami kepada Pemimpin Besar Revolusi, mendapat tantangan keras dari beberapa oknum dalam PNI/FM sendiri seperti dibantu oleh golongan terentu. Kampanje setjara luas untuk mendjatuhkan kami, sementara waktu jang relatif singkat berbekas djuga dalam masjarakat. Hal ini dapat kami pahami karena kami mentjapai sasarannja setjara luas seperti jang dimiliki oleh kawan2 politik kami.

Bukan maksudnja mengemukakan hal diatas, bahwa PNI/FM tersangkut setjara langsung dgn. petualangan “Gerakan 30 September” itu, tetapi beberapa oknum dalam PNI/FM pastilah berdiri dibelakang peristiwa itu. Pernjataan DPP-PNI tgl2 Oktober 1965 sebagai hasil rapatnja jang diperluas dengan apa jang mereka namakan Pimpinan GMM menudjukkan keraguan di. Pihak mana kaki mereka akan diindjakkan.”

Oleh karena itu terpaksa menggunakan kata2 bersiap jang berbunji:

“Mendukung tiap gerakan atau tindakan jang dilakukan untuk membersihkan aparatur revolusi dari kaum gadungan dan perongrongan kewibawaan Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno” (Sulindo 2 Oktober 1965).

Dilain bagian Sulindo memuat pula pernjataan pers DPP-PNI jang mengatakan bahwa beberapa orang anggauta PNI jang namanja ditjantumkan dalam susunan “Dewan Revoulusi”, pendjelmaan “Gerakan 30 September” , diantaranja Karim DP, tidak tahu menahu. Bahkan dilain bagian lagi Sulindo memuat pula pernjataan PWI jang berkepala “Nama Karim DP ditjatut”.

Pemuatan berita2 dalam Sulindo terompet PNI Ali-Surachman, setelah warta Bhakti jang dipimpin oleh Karim DP memuat berita lengkap tentang “Gerakan 30 September” dan susunan Dewan Revolusi dimana nama Karim DP tertjantum. Dengan demikian sekali lagi Sulindo membuka kedok dari PNI Ali-Surachman.

Kembali ke pokok diatas, pernjataan Partai NU dan ormas2 dalam lingkungannja (permohonan kepada Presiden/Pangti ABRI/PBR Bung Karno untuk segera membubarkan PKI dan ormas2nja – Redaksi) adalah wadjar dan revolusioner. Oleh karena itu patut mendapatkan sambutan jang wadjar pula dari kekuatan2 revolusioner jang sadar dan insjaf.

Dengan tegas dan tandas dinjatakan bahwa DMI dibawah pimpinan Sabilal Rasjad menjokong pernjataan Partai N.U. tsb. dengan segala konsekwensinja.

Disamping sokongan penuh DMI itu, patut pula diperhatikan dengan seksama penggalangan persatuan tekat dari tenaga2 revolusioner sebaik­-baiknja dan serapi-rapinja, karena medan perdjuangan kita dengan sendirinja bertambah luas; menumpas kontra revolusi dari dalam dan menghadapi Nekolim jg. merongrong kemerdekaan kita dari luar.

MADJU TERUS!

PANTANG MUNDUR!

INNA’L LAHAMA’ANA!

Sumber: BERITA YUDHA( 07/1 0/1965)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku I (1965-1967), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, Hal 14-16

.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.