ULANG TAHUN PERNIKAHAN PRESIDEN KE-45

ULANG TAHUN PERNIKAHAN PRESIDEN KE-45[1]

Jakarta, Kompas

Hari ulang tahun ke-45 pernikahan Presiden Soeharto (71) dengan Ny. Siti Hartinah Soeharto (69) dirayakan di Museum Puma Bakti Pertiwi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, hari Sabtu kemarin (26/12).

Acara ini antara lain ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Ny. Tien Soeharto didampingi oleh Presiden, putra-putri serta cucu-cucu Presiden Soeharto. Sebelumnya para hadirin mendengarkan sambutan dari Ny. Siti Hardiyanti Hastuti Indra Rukmana (43) yang mewakili putra-putri serta cucu-cucu Presiden.

Setelah acara doa yang dibawakan oleh Tarmizi Taher, putri pertama Presiden yang dikenal dengan panggilan Mbak Tutut menyerahkan buku Jejak Langkah Bapak Soeharto kepada Kepala Negara. Hadir dalam acara ini antara lain Wakil Presiden dan Ny. EN Sudharmono, para pejabat tertinggi/tinggi negara, para pejabat kedutaan besar negara-negara  sahabat, sanak keluarga serta handai  taulan keluarga besar Presiden.

Acara yang kali ini tidak diadakan di tempat kediaman di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat, juga dimeriahkan dengan penampilan para artis ibu kota.

Presiden Soeharto yang lahir di Kemusu Yogyakarta 8 Juni 1321 dan Ny. Siti Hartina. Soeharto yang lahir di Solo, menikah tanggal 26 Desember 1947. Ketika pernikahan yang dilangsungkan di Solo pada sore hari, pemuda Soeharto tatkala itu baru berusia 26 tahun dan pemudi Tien berusia 24 tahun. Pesta pernikahan yang dilangsungkan dalam suasana darurat (pada malam hari Solo digelapkan dari cahaya Iampu untuk menghindari kemungkinan serangan udara Belanda) tersebut sama sekali tidak diabadikan dengan pemotretan.

Tiga hari setelah pernikahan, pemuda Soeharto memboyong pemudi Siti Hartinah dari Solo ke Yogyakarta. Selanjutnya Soeharto meneruskan tugas militernya. Pernikahan mereka melahirkan enam orang putra dan putri. Mereka adalah Ny. Siti Hardiyanti Hastuti (lahir 23 Januari 1949), Sigit Haryoyudhanto (1 Mei 1951), Bambang Triatmodjo (23 juli 1953), Siti Hediyanti Hariadi (14 April l959), Hutomo Mandala Putra (15 Juli 1962) dan Siti Hutami Endang Adi-ningsih (23 Agustus 1964).

Dalam buku Soeharto, Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya, Presiden Soeharto memaparkan kisah pernikahan antara lain dengan kata-kata, “Perkawinan kami tidak didahului dengan cinta-cintaan seperti yang dialami oleh anak-anak muda di tahun deIapan puluhan. Kami berpegang teguh pada pepatah witing tresna jalaran saka kulina (datangnya cinta karena pertemuan yang intensif)”(osd).

Sumber: Kompas (27I12/1992)

_____________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 726-727.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.