UMAT ISLAM INDONESIA HARAMKAN MEMPERTENTANGKAN PANCASILA
Presiden Soeharto Harapkan:
Presiden Soeharto mengharapkan ummat Islam Indonesia dapat membulatkan tekad untuk mengharamkan mempertentangkan Pancasila, baik sebagai dasar negara, ideologi maupun pandangan hidup bangsa.
Hal ini dikemukakan Presiden dalam sambutannya selaku Ketua Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP) ketika meresmikan Mesjid Al-Kautsar di Depok Timur, Kota Administratif Depok, Jawa Barat, hari Rabu.
Mesjid yang berukuran 19 x 19 meter yang dapat menampung 650 jemaah di dalam dan 1.500 jemaah di luar itu pembangunannya mendapat bantuan dari YAMP sebesar Rp 63 juta, di samping PT. Krakatau Steel, Pemda Bogor dan dermawan lainnya.
Presiden menjelaskan, YAMP adalah badan swasta yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan didirikan pada tahun 1982, untuk menampung keinginan-keinginan rakyat yang ingin melaksanakan dwi dharmanya.
Pertama, kata Presiden, sebagai warga negara Pancasilais yang tergerak untuk turut ambil bagian dalam pembangunan, khususnya pembangunan men tal spiritual. Dalam hal ini, YAMP turut membantu membangun segala fasilitas bagi ummat beragama, khususnya ummat Islam.
Kedua, sebagai warga yang beragama Islam, wajib menyelenggarakan/melaksanakan ajaran agama berdasarkan Qur’an dan hadist di bumi Pancasila.
Karena merasa dirinya dilengkapi dengan hukum yang bersumber Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup, Presiden mengharapkan dengan rasa tentramnya ummat Islam dalam menjalankan kewajibannya itu dapat mengambil sikap lebih positif dan dapat membentengi dirinya dari pengaruh pengaruh yang ingin merongrong Pancasila.
“Syukur bilamana dapat membulatkan tekadnya, sebagai muslim mengharamkan mempertentangkan Pancasila”, katanya.
Mendapat Tanggapan Positif
Berdirinya YAMP menurut Presiden mendapat tanggapan yang positif, khususnya dari Korp Pegawai Negeri.
Setiap bulan, seluruh warga Korpri memberikan amalnya sebesar Rp 50 untuk golongan 1,Rp 100 untuk golongan II, Rp 500 untuk golongan III dan Rp 1000 untuk golongan IV Sehingga, setiap bulan YAMP menghimpun amal Rp 250 juta dari pegawai negeri, dana itu telah terkumpul Rp 14,5 miliar.
Dana sebesar itu, menurut Presiden, dapat dimanfaatkan untuk membantu paling sedikit 200 masjid. Dijelaskannya bahwa YAMP senantiasa bersedia untuk memberi bantuan untuk pembangunan masjid, baik pada tempat pemukiman baru seperti Perumnas/real estate, maupun didaerah-daerah pemukiman transmigran.
Asal Disediakan Tanahnya
Selama ini, YAMP telah memberikan bantuan bagi pembangunan 13 masjid di seluruh Indonesia, dan 13 mesjid lagi masih dalam perencanaan.
YAMP menentukan tiga tipe masjid yang diberi bantuan pembangunannya, yakni ukuran 19 x 19, 17 x 17 dan 16x 16 dengan dana bantuan sekitar Rp 65-70 juta. Selain itu YAMP juga memberikan bantuan dana bagi perbaikan perbaikan masjid yang telah ada.
Bagi pegawai negeri non muslim, sumbangan amal mereka setiap bulannya diserahkan kepada Yayasan Dharmais yang bergerak di bidang sosial, khususnya yatim piatu.
Dana dari pegawai negeri non muslim itu menurut ketua YAMP setiap bulannya terhimpun Rp 25-30 juta, dan kini telah terhimpun Rp 1,4 miliar. Dana-dana amal ini kemudian disalurkan kepada panti-panti asuhan yatim piatu di seluruh Indonesia, katanya.
Yayasan Dharmais yang kini telah berumur 10 tahun, sekarang telah membantu 500 panti asuhan yang, menampung 34.000 yatim piatu di seluruh Indonesia.
Kini Yayasan Dharmais baru mampu memberikan Rp 9000 setiap anak setiap bulannya, kata Presiden yang juga ketua yayasan itu.
Menurut Presiden, sebagai pertanggung jawaban pemasukan uang baik dari pegawai negeri maupun karyawan perusahaan milik negara, YAMP maupun Yayasan Dharmais membuat laporan keuangan sekali dalam tiga bulan dan dimuat di majalah Korpri dan majalah Dharma Wanita.
Majalah tersebut dibaca oleh segenap anggota Korpri dan keluarganya, sehingga dengan demikian mereka mengerti pemanfaatan dana yang relatif kecil tetapi hasilnya besar bagi perkembangan pembangunan nusa dan bangsa.
Sujud Syukur
Presiden dalam sambutannya juga mengharapkan agar mesjid yang di kubahnya bertuliskan huruf Arab “Allahu Akbar” sebagai ciri khas mesjid mendapat bantuan YAMP itu dapat dirasakan manfaatnya oleh ummat Islam khususnya yang tinggal di sekitar Kotip Depok.
Umat Islam setempat juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa handarbeni, rasa ikut memiliki mesjid itu, sehingga turut memelihara dan merawatnya agar mesjid tersebut menjadi mesjid yang bermanfaat untuk seterusnya.
Presiden Soeharto didampingi para menteri Kabinet Pembangunan IV yang juga pengurus-pengurus YAMP antara lain Mensesneg Sudharmono, Menkop Bustanil Arifin, Menmud Ginandjar Kartasasmita, Prof. Dr. Widjojo Nitisastro, Menang Munawir Syadzali, Ketua MUI Dr. Muttaqin, Gubernur Jabar Aang Kunaefi dan pejabat-pejabat setempat kemudian meninjau mesjid tersebut dan membuka selubung prasastinya.
Ketika selubung yang menutup prasasti itu dibuka, serentak terdengar pekik “Allahu Akbar” mengumandang.
Presiden dan pejabat-pejabat yang mendampingi kemudian melakukan sujud syukur di dalam mesjid yang beralaskan permadani hijau itu.
Sesaat sebelum meninggalkan mesjid, Presiden Soeharto dengan senyum sempat melambaikan tangannya kepada ribuan rakyat yang ikut menyaksikan jalannya upacara. (RA).
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (31/01/1985)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 219-221.