PRESIDEN SOEHARTO:
UPAYA PENINGKATAN PROGRAM PANGAN JANGAN DIANGGAP RUTIN
Perhatikan pemasaran hasil tanam petani
Presiden Soeharto menekankan upaya peningkatan produksi pangan jangan dianggap sebagai pekerjaan rutin yang statis. Tetapi harus dilakukan terus menerus secara dinamis dan aktif oleh seluruh petani dan aparat yang berkecimpung di bidang itu.
Penekanan itu disampaikan Kepala Negara kepada tim Satuan Pengendali Bimas yang secara khusus dipanggil ke Bina Graha, Kamis kemarin, dalam rangka untuk mensukseskan upaya peningkatan produksi pangan.
Team tersebut terdiri dari Sesdalopbang Solichin GP, Sekjen Depdagri R. Soeprapto, Sekjen Dep. Perhubungan Achmad Tahir, Dirjen Tanaman Pangan Ir. Wardoyo, Dirjen Koperasi Prof. Ir.Dr. Sudjanadi, Dirjen Industri Kimia Dasar Ir. Hartarto, Dirjen Pengairan Ir. Sujono Sastrodarsono, Ass Mensesneg Ir. Ginandjar Kartasasmita, Dirut BRI Permadi SE, Dirut Pusri Ir. Sution Herjanggi dan Dirut Pertani Ir.Rusli Yahya.
Memberikan keterangan kepada pers sesaat setelah diterima Kepala Negara, Sesdalopbang Solichin GP mengatakan secara fungsional tim ini bersama satuan pembina Bimas dan satuan pelaksana Bimas, di daerah-daerah harus mampu mendinamisir upaya peningkatan produksi pangan itu.
Solichin mengatakan bahwa dalam tahun 1981 ini produksi pangan meningkat sampai 21,6 juta ton beras. Sementara tahun 1980 lalu baru 20,2 juta ton.
Presiden, menurut Solichin, berkeyakinan bahwa produksi ini masih akan bisa ditingkatkan lagi untuk waktu-waktu mendatang yakni dengan perbaikan irigasi, pencetakan sawah baru, penyempurnaan intensifikasi dan lain sebaiknya. Dan menjadi tugas tim ini untuk secara optimal meningkatkan produksi pangan itu.
Pemasaran Hasil Tanam
Presiden menekankan pula untuk memperhatikan masalah pemasaran bagi hasil tanam petani itu. Sehingga memberikan rangsangan bagi para petani.
Dalam hubungan ini maka jaminan sarana produksi juga harus mendapat perhatian dan memenuhi lima tempat, yakni tepat dalam jumlah, macamnya, tempat, waktu dan tepat penerimaannya.
Kepada tim, Presiden menekankan pula perlunya penyempurnaan sistim intensifikasi. Untuk itu pengikut kelompok-kelompok Insus agar diperbanyak.
Dengan peningkatan produksi ini maka diharapkan cadangan nasional beras akan bisa mencapai 5 juta ton. Sehingga keadaan pangan akan terjamin. Jumlah ini sepenuhnya akan dihasilkan dalam negeri. Sedangkan saat ini cadangan nasional sekitar 2,5 juta ton dan itu pun sebagian masih berasal dari impor.
Dirjen Tanaman Pangan Ir. Wardoyo yang mendampingi Solichin dalam penjelasannya mengatakan, untuk mencapai cadangan pangan itu akan diusahakan secepat mungkin, meskipun Presiden tidak secara tegas mentargetkan batas waktu pengadaan stock nasional itu.
Tentang pengadaan pupuk bagi upaya peningkatan produksi pangan, hingga saat ini tidak ada masalah. Bahkan Pusri akan menyalurkan pupuk lebih banyak dari yang diterapkan. Sedangkan mengenai masalah kredit Bimas, menurut Dirut BRI Permadi, saat ini juga telah ditingkatkan upaya pengembaliannya. Dan dalam jangka waktu 2 minggu ini sudah berhasil ditagih sebanyak Rp. 3,4 miliyar dari para penunggak.
Mengenai jurnlah kredit yang disalurkan kepada para petani untuk 10 macam kredit massal (termasuk Bimas)saat ini berjumlah Rp.122 miliyar, meliputi kredit kurang lancar Rp. 32,1 miliyar, dirngukan Rp.89, 1 miliyar dan dianggap macet Rp. 800 juga.
Kredit tersebut kini sudah mulai dibayar oleh para penunggak meskipun belum sepenuhnya kembali. (DTS)
…
Jakarta, Angkatan Bersenjata
Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (07/08/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 405-407.